Mengidentikasi Masalah Penelitian
Penelitian kuantitatif cenderung menangani masalah-masalah
penelitian yang memerlukan:
|
Penelitian kualitatif cenderung menangani masalah-masalah
penelitian yang memerlukan:
|
v
Deskripsi tentang kecenderungan atau penjelasan tentang
hubungan antar variabel
|
v
Eksplorasi di mana pengetahuan tentang masalah masih
sedikit atau terbatas
|
|
v
Pemahaman yang rinci tentang fenomena sentral (pokok)
|
Menentukan Populasi dan Sampel (Kuantitatif)
Apabila anda menetapkan keseluruhan sekolah untuk
diteliti atau sejumlah individu, anda perlu mempertimbangkan individu-individu
atau sekolah-sekolah apa yang akan diteliti. Pada beberapa situasi kependidikan
tertentu, anda mungkin akan memilih individu-individu untuk penelitian anda
atas dasar siapa yang secara sukarela berpartisipasi atau siapa yang ada
(misalnya siswa-siswa pada kelas tertentu). Walaupun demikian,
individu-individu ini bisa jadi tidak persis sama (dalam hal karakteristik
kepribadian atau kinerja atau sikap) dengan semua individu yang ingin diteliti.
Proses penelitian selanjutnya adalah memilih
individu-individu atau sekolah-sekolah yang reprsentatif bagi keseluruhan
kelompok individu atau sekolah. Representative mengacu pada pemilihan
individu-individu dari sebuah sample populasi sedemikian rupa sehingga
individu-individu yang terpilih tersebut memiliki ciri-ciri yang sama dengan
populasi yang diteliti, yang memungkinkan anda untuk mengambil kesimpulan dari
sampel tersebut tentang populasi secara keseluruhan. Definisi ini memuat istilah-istilah,
dan akan kita pilih istilah-istilah tersebut shingga anda bisa memahami prosedur-prosedur alternatif dalam menentukan
individu-individu atau organisasi-organisasi mana yang akan diteliti.
Pengertian Populasi
Population (populasi) adalah sekelompok individu yang
memiliki karakteristik yang sama. Contoh, semua guru yang membentuk populasi
para guru, dan semua pimpinan (administrator) sekolah menengah pertama dalam
lingkungan dinas pendidikan tertentu yang membentuk populasi dari para adminsitrator
(pimpinan) sekolah menengah. Seperti yang diperlihatkan oleh contoh-contoh ini,
populasi bisa besar bisa juga kecil lingkupnya. Anda perlu menentukan kelompok
mana yang akan anda teliti.
Dalam prakteknya, peneliti kuantitatif memilih sampel
dari sebuah daftar dan nama-nama orang yang ada. Target population (populasi
sasaran) atau kerangka sampel adalah sekelompok individu (atau sekelompok
organisasi) dengan karakteristik pembeda yang sama yang dapat diidentifikasi
dan diteliti oleh si peneliti.
Pengertian Sample (Sampel)
Dari populasi sasaran ini, para peneliti memilih sebuah
sampel untuk diteliti. Sample (sampel) adalah sub kelompok dari populasi
sasaran yang rancananya akan diteliti oleh si peneliti dalam rangka mengambil
generalisasi terhadap populasi sasaran tersebut. Dalam situasi yang ideal, anda
bisa mengambil sampel dari individu-individu yang merupakan representasi dari
keseluruhan populasi. Misalnya, anda bisa jadi memilih sebuah sampel dari
guru-guru sekolah menengah pertama (sampel) dari populasi yang terdiri dari
semua guru sekolah menengah di sebuah kota (populasi). Atau anda mungkin hanya
bisa meneliti guru-guru biologi di dua sekolah di kota tersebut. Skenario
pertama memperlihatkan penarikan sampel yang sistematik dan mantap yang disebut
probabilistic sampling (penarikan sampel probabilitistik) dan skenario
kedua memperlihatkan penarikan sampel yang tidak sistematik dan tidak
pula probabilistik.
Penarikan sampel probabilistik dan non probabilitistik
Para peneliti menggunakan pendekatan penarikan sample
baik yang probabilistik maupun yang non probabilistik. Para peneliti menetapkan
tipe penarikan sampel yang mana yang akan digunakan atas dasar faktor-faktor
seperti sejauh mana keandalan yang diinginkan, karakteristik populasi sasaran
dan ketersediaan parisipan.
1)
Sampel Probabilistik
Dalam probabilistic sampling (penarikan sampel probabilitisk) si
peneliti memilih individu-individu dari populasi yang representatif terhadap
populasi tersebut. Ini merupakan bentuk penarikan sampel yang paling handal
dalam penelitian kuantitatif karena si peneliti bisa menyatakan bahwa sampel
penelitiannya merupakan representasi dari populasi dan karenanya bisa membuat
generalisasi terhadap populasi.
a.
Simple random sampling (penarikan sampel acak sederhana). Bentuk
penarikan sampel probabilistik yang paling handal dari populasi adalah
penarikan sampel acak sederhana. Dalam simple random sampling (penarikan
sampel acak sederhana), si peneliti memilihi partisipan (atau unit analisis,
seperti sekolah) sebagai sampel penelitiannya sehingga setiap orang memiliki
probabilitas yang sama untuk terpilih dari populasi. Tujuan dari penarikan
sampel acak sederhana ini adalah untuk memilih individu-individu yang akan
dijadikan sampel yang representatif terhadap populasi. Setiap bias yang
trdapat di dalam populasi akan tersebar secara merata di antara orang-orang
yang terpilih. Walaupun demikian, penyebaran secara merata tidak selamanya
dimungkinkan, seperti dialami dalam Perang Vietnam ketika para perwira tidak
mampu memutar dengan jumlah yang memadai piringan yang berisikan
nama-nama kandidat potensial sehingga bisa menghasilkan pemeilihan yang acak
(Wilijson & the Task Force on Statistical Inference, 1999).
Prosedur khusus yang digunakan dalam penarikan sampel acak sederhana adalah
dengan memberikan sebuah nomer pada masing-masing individu (atau situs) di dalam
populasi dan kemudian menggunakan random numbers table (tabel angka acak), yang terdapat dalam banyak
buku-buku teks statsitik, untuk memilih individu-individu (atau situs-situs)
yang akan dijadikan sampel. Untuk prosedur ini, anda memerlukan daftar anggota populasi sasaran dan sebuah
nomer harus diberikan kepada masing-masing individu.
Sebuah contoh dari random numbers table (tabel angka-angka acak)
diperlihatkan oleh Tabel 6.1. Untuk menggunakan tabel ini, mula-mula berikan
nomer pada seluruh individu dalam populasi (misalkan, populasi dari 110 anak kelas
satu SD). Kemudian, mulai dari mana saja dari angka-angka dalam tabel
angka-angka acak tersebut, cocokkan nomer tersebut dengan nomer yang ada dalam
daftar yang anda miliki. Mulai dari kiri atas dari Tabel angka-angka acak dan
terus ke bawah di dalam kolom yang sama. Akan terpilih enam orang anak kelas
satu dari popuasi 100 orang anak kelas satu dengan nomer 52, 31, 44, 84, 71,
dan 42. Dan ini terus dilanjutkan sampai anda mendapatkan jumlah anak kelas
satu yang diperlukan sesuai dengan besar sampel yang diinginkan (selanjutnya
dalam bahagian besarnya sampel, kita akan bicarakan berapa banyak anak kelas
satu yang diperlukan).
b. Penarikan sampel sistematik.
Terdapat variasi dalam prosedur penarikan
sampel acak sederhana, yakni dengan menggunakan systematic sampling (penarikan
sampel sistematik). Dalam [rosedur ini, anda memilih setiap individu atau situs
yang ke n di dalam populasi sampai anda mendapatkan jumlah
sesuai dengan besarnya sampel yang diinginkan.Prosedur ini tidak setepat dan
semantap menggunakan tabel angka-angka acak, akan tetapi ia mungkin lebih
nyaman karena para individu tidak harus harus diberi nomer dan tdak mmerlukan
tabel angka-angka acak.
Guna mengilustrasikan penggunaan penarkan
sampel sistematik ini, umpamakan seorang administrator pendidikan di dinas
pendidikan sesuatu wilayah tertentu berkeinginan meneliti tingkat kepuasan para
orang tua terhadap sekolah-sekolah di lingkungan dinas pendidikan tersebut.
Dengan menggunakan penarikan sampel sistematik ini, si administrator tersebut
mula-mua mengkaji sekian persen orang tua (katakan 20%). Apabila jumlah orang
tua semuanya 1.000 orang di wilayah tersebut, si administrasi tentu harus
memilihi 200 orang tua 920%) untuk penelitian dimaksud. Si administrator
menggunakan interval 5 (200/1.000, atau 1 dari 5 untuk memilih orang tua dari
daftar populasi sasaran). Dengan demikian, si administrator memilih setiap
orang tua kelima yang ada di dalam daftar tersebut.
c. Stratified sampling (penarkan sampel berstrata).
Tipe sampel probablitik lainnya adalah
penarikan sampel berstrata. Dalam penarikan sampel berstrata, peneliti membagi
(menstrata) populasi atas dasar karakteristik tertentu (misalnya jender) dan
kemudian, dengan menggunakan penarikan sampel acak sederhana, memilih sampel
dari masing-masing sub kelompok (strata) dari populasi (misalnya laki-laki atau
perempuan). Ini menjamin bahwa sampel akan mencakup karakteristik tertentu yang
ingin dimasukkan oleh si peneliti ke dalam sampel.
Kapan stratifikasi digunakan? Anda menggunakan stratifikasi ketika di dalam
populasi terlihat adanya ketidakseimbangan dalam sampel atas dasar sesuatu
karakteristik tertentu. Misalkan terdapat lebih banyak jumlah laki-laki
ketimbang perempuan di dalam populasi. Sebuah sampel acak sederhana dari
populasi ini akan cenderung menghasilkan pemilihan laki-laki lebih banyak
ketimbang perempuan atau bahkan mungkin tidak ada perempuan. Dalam kasus yang
manapun, pandangan laki-laki tentang pertanyaan-pertanyaan akan mendominasi
atau merupakan pandangan yang eksklusif. Untuk mengoreksi hal ini, peneliti
menggunakan penarikan sampel berstrata. Stfratifikasi menjamin bahwa strata
yang diinginkan (perempuan) akan tewakili di dalam sampel sesuai proporsi
keberadaannya di dalam populasi.
Sratifikasi juga digunakan apabila prosedur penraikan sampel acak sederhana
akan menghasilkan lebih sedikit jumlah partisipan pada kategori tertentu
(misalnya perempuan) ketimbang yang dibutuhkan bagi analisis statistik yang
handal. Dengan adanya jumlah perempuan yang sedikit dalam populasi, misalnya,
akan berujung pada kecenderung untuk memilih perempuan secara acak dengan
jumlah yang sedikit. Ini pada gilirannya akan mendapatan jumlah yang terlampau
sedikit untuk bisa dianalisis secara statistik.
Prosedur untuk memilih sampel acak berstrata terdiri dari (a) memilah
populasi atas strata (misalnya laki-laki dan perempuan) dan (b) menarik sampel
untuk masing-masing kelompok (misalnya perempuan dulu kemudian diikuti oleh
laki-laki) sehingga individu-individu yang terpilih proporsional (sebanding)
dengan keterwakilannya di dalam populasi. Coba lihat contoh bagimana prosedur
ini diterapkan.
Dengan memperhatikan Diagram 6.3, kita bisa melihat bahwa 9.000 orang
anak-anak asli Amerika di negara bahgian, 3.000 adalah perempuan dan 6.000
adalah laki-laki. Seorang peneliti menetapkan untuk memilih sebuah sampel yang
terdiri dari 300 orang dari populasi yang terdiri dari 9.000 orang anak. Sampel
acak sederhana akan menghasilkan jumlah anak-anak laki yang paling banyak
karena di dalam populasi lebih banyak anak laki-laki etimbang ana-anak
perempuan. Untuk menjamin terpilihnya anak laki-laki sesuai dengan poporsi
keterwakilannya di dalam populasi, ia memilah daftar dari 9.000 orang anak ini
menjadi anak laki-laki dan anak perempuan. Kemudian sepertiga (3.000/9.000)
dari sampel itu dipilih perempuan dan dan dua pertiganya dipilih (6.000/9.000)
laki-laki. Prosedur stratifikasi ini terdiri dari menstratifikasikan populasi
menjadi dua kelompok (laki-laki dan perempuan) dan kemudian memilih
individu-individu secara proporsiona; sesuai dengan keterwakilannya di dalam populasi secara
keseluruhan, 200 orang anak laki-laki dan 100 orang anak perempuan.
d. Multistage cluster sampling (penarikan sampel gugus bertingkat/berthap
jamak).
Bentuk keempat dari penarikan sampel probabilistik
adalah penarikan sampel gugus bertingkat jamak. Dalam penarikan sampel gugus
bertingkat jamak ini, si peneliti memilih sebuah sampel dalam dua atau lebih
tahap karena si peneliti tidak bisa mengidentifikasi populasi dengan mudah atau
populasinya sangat besar. Apabila ini terjadi, akan sulit mendapatkan daftar
yang komplit dari anggota populasi.
Walaupun demikian, mendapatkan daftar yang
komplit dari kelompok atau gugus di dalam populasi boleh jadi dimungkinkan
(Vogt, 1999). Contoh, populasi dari semua siswa yang ber-resiko di
seantero Amerika Serikat boleh jadi sulit untuk diidentifikasi, akan tetapi
seorang peneliti bisa mendapatkan daftar dari siswa yang ber-resiko di
sesuatu wilayah dinas pendidikan tertentu. Dengan menggunakan prosedur penarikan
sampel gugus yang bertingkat jamak, si peneliti secara acak memilih
wilayah-wilayah dinas pendidikan diseantero negeri dan mendapatkan daftar
anak-anak yang ber-resiko dari
masing-masing wilayah dinas pendidikan. Kemudian si peneliti memilih secara acak
sampel daru masing-masing wilayah dinas pendidikan. Dengan memecak proses
seperti ini membuatnya lebih mudah mengidentifikasi kelompok-kelompok dan
membuat daftarnya. Walaupun demikian, dengan beberapa tahap dalam rancangan
ini, prosedur ini menjadi rumit dan sanat tergantung pada karakteristik
populasi (Babbie, 1998).
Penggunaan prosedur penarikan sampel
probabilistik di dalam penelitian pendidikan tidak selamanya dapat dilakukan.
Sebagai gantinya, si peneliti bisa menggunakan penarikan sampel yang non
probabilistik.
2)
Sampel Non Probabilistik
Dalam non probabilistic sampling (penarikan
sampel non probabilistik), si peneliti memilihi individu-individu karena mereka tersedia, mudah diakses, dan
mewakili sesuatu karakteristik yang memang ingin diteliti oleh si peneliti.
Dalam beberapa situasi, anda boleh jadi perlu melibatkan partisipan yang secara
sukarela berpartisipasi dan yang bersedia diteliti. Disamping itu, andapun tidak bermaksud
menggeneralisasikan temuan-temuan penelitian pada populasi secara keseluruhan,
akan tetapi terbatas hanya sekedar mendeskripsikan sekelompok kecil populasi
dalam penelitian. Perhitungan-perhitungan statistik deskriptif bisa jadi tepat
digunakan pada sampel-ampel seperti ini dan membandingkannya dengan populasi
yang lebih besar dalam rangka membuat inferensi dari sampel ke populasi.
Para peneliti menggunakan dua pendekatan populer dalam penarikan sampel non
probabilistik: convenience dan snowball sampling.
a. Convenience sampling
Dalam convenience sampling, si peneliti
memilih partisipan karena mereka bersedia dan mudah diakses untuk diteliti.
Dalam hal ini, si peneliti tidak bisa menyatakan secara confident (penuh
percaya diri) bahwa individu-individu merupakan representasi dari populasi.
Walaupun demikian, sampel tersebut bisa memberikan informasi yang berguna dalam
rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan dan hipotesis. Coba lihat contoh convenience
sampling berikut:
Seorang peneliti melakukan
penelitian yang melibatkan para siswa pribumi Amerika menemukan bahwa
sebahagian besar para siswa di sebuah sekolah adalah ana-anak pribum Amerika.
Si peneliti memutuskan untuk meneliti kelompok ini di satu sekolah ini karena
mereka tersedia (mudah diakses) karena si [eneliti memiliki izin dari kepala
sekolahnya dan bisa mendapatkan persetujuan dari para siswa pribum Amerika
tersebut untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Ini merupakan convenience
sampling karena para partisipannya mudah diakses dan tersedia untuk
diteliti.
b. Snowball sampling.
Sebuah alternatif lain dari convenience
sampling adalah snowball sampling. Dalam snowball
sampling, si peneliti minta partisipan untuk mengusulkan orang-orang lain
untuk anggota sampel. Contoh, anda mungkin mengirimkan survai ke pengawas
sekolah dan minta yang bersangkutan untuk selanjutnya mengirimkan survai
tersebut kepada kepala-kepala sekolah di wilayah dinas pendidikan tersebut.
Kepala-kepala sekolah tersebut menjadi anggota sampel. Bentuk penarikan sample
seperti ini memiliki kelebihan, yakni bisa merekrut sejumlah besar partisipan
untuk penelitian.
Walaupun demikian, dengan menggunakan proses
seperti ini, anda tidak bisa mengetahui secara tepat individu-individu macam
apa yang akan menjadi anggota sampel anda. Ia juga akan mengeliminasi peluang
untuk bisa mengidentifikasi siapa-siapa saja yang tidak mengembalikan survai,
dan mereka-mereka yang mengembalikan bisa jadi tidak representatif bagi
populasi yang ingin anda teliti. Contoh,
partisipan yang menerima survai (misalnya, kepala-kepala sekolah yang
menghadiri pertemuan pagi Minggu dengan si pengawas) boleh jadi tidak
representatif bagi semua individu--individu dalam populasi (dalam hal ini,
semua kepala sekolah di wilayah dinas pendidikan tertentu).
Besarnya sampel
Ketika memilih partisipan untuk suatu penelitian, perlu
ditenukan besarya sampel yang anda perlukan. Aturan yang bersifat umum adalah
memilih sampel sebesar mungkin dari populasi. Makin besar sample, akan makin
sedikit potensi kesalahan bahwa sampel tersebut akan berbeda dari populasi.
Perbedaan antara taksiran skor sampel dan skor populasi yang sebenarnya disebut
sampling error (kesalahan penarikan sampel). Seandainya anda secara
terus menerus menarik sebuah sampel, rata-rata skor dari masing-masing sampel
tersebut cenderung akan berbeda dari rata-rata skor sesungguhnya untuk
keseluruhan populasi.
Contoh, apabila kita mendapatkan skor dari anak-anak
kelas enam di seantero negeri tentang pentingnya hubungan antara orang
tua-anak, skor rata-rata, misalkan 30
dari nilai berskala 50. Tentu saja, kita tak mungkin meneliti setiap anak kelas
enam, tapi kita mendapatkan sampel dari sebuah wilayah dinas pendidikan dan
misalkan kita memperoleh rata-rata skor 35. Pada kesempatan lain, kita mungkin
mendapakan angka 33, dan selanjutnya lagi 36, karena sampel kita berubah dari
satu wilayah ke wilayah lainnya. Ini bermakna bahwa rata-rata skor yang kita
dapatkan berbeda lima angka, tiga angka,
dan satu angka dari angka rata-rata populasi yang sebenarnya. Perbedaan antara
skor taksiran untuk sample dan skor populassi yang sebenarnya adalah kesalahan
dalam penarikan sampel (sampling error).Karenanya, karena anda bisanya
tidak mengetahui skor populasi yang sebenarnya (true population score),
penting kiranya memilih sampel sebesar mungkin dari populasi untuk meminimalkan
sampling error.
Dalam beberapa penelitian, anda mungkin memiliki jumlah
partisipan yang terbatas yang dengan mudah tersedia untuk diteliti. Dalam
kasus-kasus lain, faktor-faktor seperti akses, pendanaan, jumlah populassi
secara keseluruhan, dan jumlah varoabel juga akan berpengaruh terhadap besarnya
sampel.
Salah satu cara untuk menentukan besarnya sampel adalah
memilih partisipan dengan jumlah yang memadai untuk prosedur-prosedur statistik
yang anda ingin gunakan. Ini mengasumsikan bahwa anda telah mengidentifikasi
statistik yang akan digunakan dalam analisis datanya nanti. Sebagai taksiran
kasar, seorang peneliti dalam bidang pendidikan memerlukan:
·
Kira-kira 15 orang partisipan pada setiap kelompok dalam
sebuah eksperimen (lihat Bab 11)
·
Kira-kira 30 orang partisipan untuk penelitian korelasion
al yang mengaitkan variabel-variabel (lihat Bab 12)
·
Kira-kira 350 orang individu untuk penelitian survai,
akan tetapi besarnya sampel ini tergantung pada beberapa faktor (lihat Bab 13)
Angka-angka ini adalah taksiran atas dasar besarnya
sampel yang diperlukan untuk prosedur-prosedur statistik sehingga sampel
tersebut cenderung merupakan estimasi yang bagus bagi karakteristik
populasi. Angka-angka tersebut tidaklah
memberikan estimasi yang persis dari besarnya sampel melalui sample size
formula (rumus besarnya sampel).
Sample size formula memberikan cara mengkalkulasi besarnya sampel
anda atas dasar beberapa faktor. Penggunaan sebuah rumus menghindari
terka-terkaan dalam menentukan banyaknya individu yang akan diteliti dan
memberikan estimasi yang persis dari besarnya sampel. Rumus-rumus itu
mempertimbangkan beberapa faktor pentig dalam menentukan besarnya sampel,
seperti signifikansi dalam penggunaan uji statistik dan sampling error.
Selanjutnya, anda tak perlu menghitung besarya sampel dengan menggunakan rumus. Dengan informasi
yang minim, anda bisa mengidentifikasi besarnya sampel dengan menggunakan tabel
yang tersedia bagi para peneliti.
Dua buah rumus yang digunakan adalah rumus besarnya
sampel untuk survai (lihat Fink & Kosekoff, 1985; Fowler, 1988) dan a
power analysis formula untuk
penelitian ekperimen (Cohen, 1977;lipsey, 1990; Murphy & Myors, 1998).
Lampiran B pada akhir buku teks ini memberikan faktor-faktor yang dapat anda
masukkan ke dalam umus-rumus ini untuk menentukan jumlah partisipan untuk
penelitian anda.
KUALITATAIF
1) Pengambilan Sampel Bertujuan (Sampling purposif)
Istilah
penelitian yang digunakan dalam sampling kualitatif adalah purposive
sampling (pengambilan sampel secara purposif). Dalam purposive
sampling, para peneliti dengan sengaja memilih individu-individu dan
situs-situs guna mempelajari atau memahami fenomena sentral. Standar yang
digunakan untuk memilih partisipan dan situs adalah apakah partisipan atau
situs tersebut information rich (sarat dengan informasi)(Patton, 1990,
halaman 169). Pada setiap penelitian kualitatif, anda bisa menetapkan untuk
diteliti sebuah situs (misalnya kampus perguruan tinggi), beberapa buah situs
(tiga buah kampus fakultas sastra yang tergolong kecil), individu-individu atau
kelompok (mahasiswa baru perguruan tinggi), atau kombinasi (dua buah kampus
fakultas sastra dan beberapa orang mahasiswa baru pada kampus tersebut).
Pemilihan sampel purposif berlaku untuk keduanya, individu-individu dan situs.
Apabila
anda melakukan penelitian dengan menggunakan sampel purposif (sampel
bertujuan), anda perlu mengidentifikasi strategi pemilihan sampel dan harus
mampu mempertahankan penggunaannya. Kepustakaan (literatur) mengidentifikasi beberapa
strategi pengambilan sampel purposif (lihat misalnya Miles & Huberman,
1994; Patton, 1990). Seperti terlihat dalam Diagram 8.2, anda memiliki opsi
untuk memilih satu dari sembilan strategi yang biasanya digunakan oleh para
peneliti bidang pendidikan. Strategi-strategi ini dibedakan atas dasar apakah
ia dipilih sebelum pengumpulan data dimulai atau setelah pengumpulan data
berlangsung (suatu pendekatan yang sejalan dengan konsep emerging design).
Selanjutnya, masing-masing strategi tersebut memiliki tujuan yang berbeda,
tergantung pada masalah dan pertanyaan penelitian yang ingin anda cari jawabnya
dalam penelitian anda. Semua strategi berlaku apakah untuk single time
(satu kali memilih sampel) atau multiple time (sampel dipilih beberapa
kali) selama penelitian. Anda bisa menggunakannya untuk memilih individu, atau
kelompok, atau keseluruhan organisasi dan situs (lihat Patton, 1990, untuk
pembicaraan lanjutan).
2)
Maximal
Variation Sampling
Salah
satu karakteristik dari penelitian kualitatif adalah untuk menampilkan
perspektif yang multi ragam dari para individu dalam melihat kompleksitas dunia
ini (lihat bab 2 bahagian “mengidentifikasi masalah penelitian”). Dengan
demikian, salah satu strategi pemilihan sampel
adalah membangun kompleksitas itu ke dalam penelitian kita melalui
pemilihan partisipan dan situs . Maximal variation sampling adalah
strategi pengambilan sampel bertujuan di mana si peneliti memilih kasus-kasus
atau individu-individu tertentu yang berbeda dalam berbagai karakteristik atau
ciri (misalnya umur). Tentu saja sebelum menentukan sampel, kita harus
mengidentifikasi karakteristik sampel dan kemudian menemukan stus-situs atau
individu-individu yang memperlihatkan dimensi yang berbeda dari karakteritik
tersebut. Misalnya, si peneliti boleh
jadi menemukan karakteristik komposisi etnik dari berbagai SMA di suatu
daerah tertentu.Dan kemudian dengan sengaja si peneliti memilih tiga buah SMA
yang memiliki karakteristik yang berbeda: satu SMA dengan siswa yang didominasi
oleh etnik Melayu, satu SMA yang didominasi oleh etnik Minangkabau, dan satu
SMA dengan berbagai etnik (Melayu, Minang, Jawa, batak, Cina dll).
3)
Extreme
Case Sampling
Kadang-kadang
seseorang tertarik untuk meneliti sesuatu kasus yang luar biasa mengganggu atau
bermasalah ataupun sebaliknya sangat baik, atau
kasus yang istimewa baik karena suksesnya ataupun karena kegagalannya
(Patton, 190). Extreme case sampling adalah salah satu bentuk
pemilihan sampel di mana anda meneliti sebuah outlier case atau kasus
yang memperlihatkan karakteristik istimewa. Si peneliti mengidentifikasi
kasus-kasus seperti ini dan mencari
orang-orang atau organisasi yang dirujuk orang-orang lain karena prestasinya
atau karena karakteristiknya yang berbeda (misalnya pendidikan dasar tertentu
bagi anak marginal, program-program pendidikan untuk anak-anak austis dsb-nya
yang akan mendapat bantuan dari pemerintah).
4)
Typical
Sampling
Beberapa
pertanyaan penelitian berkaitan dengan, “Apa yang normal?” atau “Apa yang
tipikal (khusus?)”. Typical sampling adalah strategi pemilihan sampel
purposif yang memungkinkan seseorang peneliti meneliti seseorang individu atau
situs yang tipikal. Apa yang dimaksudkan dengan tipikal , tentu saja, terbuka
untuk interpretasi yang berbeda. Anda misalnya meneliti seorang dosen pada
sesuatu fakultas ilmu sastra karena individu tersebut telah bekerja di fakultas
tersebut lebih dari 29 tahun dan telah merupakan bahagian yang tak terpisahkan
dari fakultas tersebut yang tidak ada duanya orang seperti itu di fakultas ini.
5)
Theory
or concept sampling
Anda
mungkin memilih situs-situs atau orang-orang tertentu karena situs atau orang
itu membantu anda memahami sesuatu konsep atau teori. Theory or concept
sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif dengan sengaja memilih
individu-individu atau situs-situs tertentu karena individu-individu atau
situs-situs tersebut diperkirakan akan sangat membantu anda melahirkan atau
menemukan sesuatu teory atau konsep-konsep spesifik tertentu dalam ruang
lingkup sesuatu theori. Untuk bisa menggunakan sampel seperti ini, anda harus
memiliki pemahaman yang jelas tentang konsep tersebut atau teori yang lebih
luas diharapkan akan lahir atau muncul selama penelitian. Dalam penelitian
berkenaan dengan lima situs yang telah mengalami pembelajaran jarak jauh, misalnya, kita memilih situs-situs ini
karena dijadikannya situs tersebut sebagai sampel akan membantu kita melahirkan
teori tentang sikap mahasiswa terhadap pembelajaran jarak jauh.
6)
Homogeneous
sampling
Anda
berkemungkinan memilih situs-situs atau orang-orang tertentu karena situs atau
orang itu memiliki ciri atau karakteristik yang sama. Homogenous sampling
adalah strategi pemilihan sample purposif dengan jalan memilih situs-situs atau
individu-individu tertentu atas dasar keanggotaan dalam subkelompok yang
memiliki karakteritik atau ciri-ciri yang sama. Untuk dapat menggunakan
strategi ini, kita perlu mengidentifikasi karakteristik atau ciri tertentu dan
kemudian menemukan individu-individu atau situs-situs yang memiliki
karaketristik atau ciri dimaksud.
Contohnya, dalam masyarakat pedesaan, semua orang tua yang memiliki
anak-anak di sebuah sekolah berpartisipasi dalam kegiatan orang tua murid yang
dikoordinir oleh Komite Sekolah. Pemilihan mereka yang terlibat dalam
kegiatan/program ini merupakan salah satu perwujudan dari homgenous sampling
karena masing-masingnya merupakan anggota sub-kelompok dalam masyarakat yang
memiliki kesamaan tertentu.
7)
Critical
sampling
Kadang-kadang
individu atau situs penelitian mewakili fenomena sentral secara dramatis
(Patton, 1990). Strategi pemilihan sampelnya di sini adalah meneliti sample
kritis. Critical sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif
dengan jalan memilih individu-indvidu atau situs-situs khusus karena adanya
kasus istimewa sehingga memungkinkan si peneliti memiliki pemahaman yang lebih
dalam tentang fenomena yang diteliti. Misalnya, tindak kekerasan yang dilakukan
remaja di sekolah di mana seorang siswa dengan menggunakan senjata api mengancam
seorang guru.Hal ini merupakan insiden yang dramatis yang memperlihatkan sejauh
mana remaja-remaja tertentu terlibat dalam tindak kekerasan di sekolah.
8)
Opportunistic
sampling
Setelah
data-data terkumpul, si penelit boleh jadi memerlukan informasi baru untuk
menjawab pertanyaan penelitian secara lebih baik lagi. Opportunistic
sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif dengan jalan memilih
situs atau individu tertentu dalam rangka mendapatkan informasi tambahan
sebagai akibat dari terungkapnya hal-hal baru setelah dilakukan pengumpuan dan
analisis data. Strategi ini muncul pada saat penelitian sudah berjalan. Si
peneliti harus hati-hati karena bisa menyimpang dari tujuan awal penelitian.
Contohnya, anda mungkin mulai penelitian anda dengan menggunakan maximal
variation sampling dari sejumlah remaja hamil di sekolah. Dalam proses
selanjutnya, anda menemukan remaja hamil yang berencana akan membawa bayinya
kelak kemudian hari ke sekolah setiap hari. Karena data dan infromasi tentang
remaja ini akan memberikan pemahaman baru tentang penyeimbangan antara
anak-anak dan sekolah, mengkaji kegiatan remaja tersebut sehari-hari selama
masa kehamilannya di sekolah dan pada bulan-bulan setelah melahirkan
diperlukan. Kasus seperti inilah yang disebut opportunistic sampling.
9)
Snowball
sampling
Pada
situasi-situasi penelitian tertentu, si peneliti tidak tahu siapa orang-orang
terbaik yang harus diteliti karena belum dikenalnya dengan baik topik atau
kompleksitas peristiwa yang diteliti. Snowball sampling adalah strategi
pemilihan sampel purposif yang dilakukan setelah penelitian berjalan dan ini
dilakukan ketika si peneliti mendapatkan rekomendasi dari para partisipan
siapa-siapa saja individu lain yang perlu diteliti. Peneliti mungkin mengajukan
permintaan itu selama wawancara atau melalui percakapan informal dengan
individu-individu saat sedang berada di situs penelitian. Contoh, pada studi
kasus “gunman incident” (Asmussen & Creswell, 1995), si peneliti
menanyakan kepada mereka-mereka yang diwawancarai kalau ada mereka memiliki
nama-nama orang lain yang direkomendasikan untuk diwawancarai lagi yang mungkin
bisa memberikan reaksi terhadap insisden tersebut. Prosedur seperti ini menjadi
pemilihan sampel purposisf atas individu-individu yang pada awalnya tidak
diantisipasi sebagai partisipan. Mewawancarai “pakar” psikologi yang dibawa ke
kampus untuk membantu individu-indvidu yang mengalami krisis merupakan contoh
lain dari snowball sampling ini.
10) Conforming atau disconforming sampling
Bentuk
terakhir dari purposif sampling ini, juga digunakan setelah penelitian
berlangsung, adalah untuk memilih individu-individu atau situs-situs tertentu
untuk mengkonfirmasi atau mendiskonfirmasikan temuan-temuan awal. Conforming
and disconfirming sampling adalah
strategi pemilihan sampel purposif selama penelitian berlangsung untuk
menindaklanjuti sesuatu kasus khusus tertentu guna mengetes, mengecek atau menelusuri selanjutnya
temuan-temuan khusus. Walaupun pemilihan sampel seperti ini berfungsi untuk
memverifikasi keakuratan temuan selama penelitian berlangsung, ia juga
merupakan prosedur pemilihan sampel yang digunakan selama penelitian. Contoh,
anda menemukan bahwa pembantu dekan bidang akademis di sebuah fakultas
memberikan dukungan bagi para dosen dalam rangka pengembangan mereka untuk
menjadi guru atau mentor di sekolah menengah. Setelah melakukan wawancara awal
dengan dekan, anda selanjutnya perlu mngkonfirmasi peranan mentor melalui
sampel dan meneliti para dosen yang mungkin kebetulan mendapatkan penghargaan
dari fakultas sebagai mentor yang berprestasi.
Besar Sampel atau Jumlah Situs Penelitian
Jumlah orang dan situs yang disampel bervariasi dari satu
penelitian kualitatif ke penelitian kualitatif lainnya. Anda bisa rujuk
beberapa penelitian kualitatif yang sudah dipublikasikan dan lihat berapa
jumlah situs atau partisipan yang digunakan para penelitinya. Beberapa petunjuk
dapat diungkapkan disini:
·
Umum dalam
penelitian kualitatif untuk meneliti sejumlah kecil individu atau kasus. Ini
disebabkan karena kemampuan menyeluruh dari si peneliti untuk memberikan
gambaran yang mendalam akan terkuras oleh setiap kali penambahan
indivdu-individu atau situs-situs baru. Salah satu tujuan dari penelitian
kualitatif adalah untuk menyajikan kerumitan dari suatu situs atau informasi
yang diberikan oleh para individu.
·
Dalam beberapa
kasus, anda bisa meneliti seorang individu atau sebuah situs. Dalam kasus-kasus
yang lain, jumlahnya bisa beberapa orang atau situs, bervariasi antara 1 atau 2
sampai 30 atau 40. Karena keharusan untuk melaporkan secara rinci masing-masing
individu atau kasus, maka jumlah kasus yang makin besar akan makin sulit dan bisa
menghasilkan perspektif yang dangkal. Disamping itu, pengumpulan data-data
kualitatif dan kemudian menganalisisnya memakan waktu yang cukup lama, dan setiap tambahan individu atau
kasus hanya akan memperpanjang waktu.
·
Pada bahagian
3, akan dibicarakan lagi beberapa rancangan khusus (seperti etnografi, studi
kasus, teori alas/grounded, dan penelitian naratif) dalam rangka penelitian
kualitatif. Sekali kita menetapkan prosedur atau rancangan penelitian kita,
pendekatannya akan menjurus pada pemilihan jumlah individu yang diperlukan
dalam penelitian tersebut. Ini bisa bervariasi dari satu orang individu saja
sampai pada keseluruhan kelompok orang.
Mari kita ambil beberapa contoh khusus untuk melihat berapa banyak
individu atau situs yang digunakan. Para peneliti kualitatif bisa jadi
mengumpulkan data-data dari seorang individu. Contoh, dalam penelitian studi
kasus tentang Basil McGee, seorang guru mata pelajaran IPA, Brickhouse dan
Bodner (1992) menelusuri keyakinan guru tersebut tentang IPA dan pengajaran IPA
dan bagaimana keyakinannya itu membentuk cara-cara dia mengajarkan IPA. Pada
tempat lain, beberapa orang individu berpartisipasi dalam penelitian kualitatif
tipe teori alas/grounded. Para penelitinya meneliti 20 orang tua dari anak-anak
yang terkategori sebagai jenius (ADHD)(Reid, Hertzog, & Snyder, 1996).
Pengumpulan data yang lebih ekstensif digunakan dalam penelitian kualitatif
etnografis budaya tentang kehidupan fraternity (kehidupan sekelompok
orang di asrama) yang terkait dengan ekploitasi dan menjadikan wanita sebagai
korban. Rhoads (1995) melakukan 12 kali wawancara formal dan 18 kali wawancara
informal, disamping melakukan observasi dan mengumpulkan sejumlah dokumen.