Sabtu, 27 Agustus 2016

Mengidentikasi Masalah Penelitian, Populasi, dan Sampel

Mengidentikasi Masalah Penelitian
Penelitian kuantitatif cenderung menangani masalah-masalah penelitian yang memerlukan:
Penelitian kualitatif cenderung menangani masalah-masalah penelitian yang memerlukan:
v  Deskripsi tentang kecenderungan atau penjelasan tentang hubungan antar variabel
v  Eksplorasi di mana pengetahuan tentang masalah masih sedikit atau terbatas

v  Pemahaman yang rinci tentang fenomena sentral (pokok)

Menentukan Populasi dan Sampel (Kuantitatif)
Apabila anda menetapkan keseluruhan sekolah untuk diteliti atau sejumlah individu, anda perlu mempertimbangkan individu-individu atau sekolah-sekolah apa yang akan diteliti. Pada beberapa situasi kependidikan tertentu, anda mungkin akan memilih individu-individu untuk penelitian anda atas dasar siapa yang secara sukarela berpartisipasi atau siapa yang ada (misalnya siswa-siswa pada kelas tertentu). Walaupun demikian, individu-individu ini bisa jadi tidak persis sama (dalam hal karakteristik kepribadian atau kinerja atau sikap) dengan semua individu yang ingin diteliti.
Proses penelitian selanjutnya adalah memilih individu-individu atau sekolah-sekolah yang reprsentatif bagi keseluruhan kelompok individu atau sekolah. Representative mengacu pada pemilihan individu-individu dari sebuah sample populasi sedemikian rupa sehingga individu-individu yang terpilih tersebut memiliki ciri-ciri yang sama dengan populasi yang diteliti, yang memungkinkan anda untuk mengambil kesimpulan dari sampel tersebut tentang populasi secara keseluruhan. Definisi ini memuat istilah-istilah, dan akan kita pilih istilah-istilah tersebut shingga anda bisa memahami  prosedur-prosedur alternatif dalam menentukan individu-individu atau organisasi-organisasi mana yang akan diteliti.

Pengertian Populasi
Population (populasi) adalah sekelompok individu yang memiliki karakteristik yang sama. Contoh, semua guru yang membentuk populasi para guru, dan semua pimpinan (administrator) sekolah menengah pertama dalam lingkungan dinas pendidikan tertentu yang membentuk populasi dari para adminsitrator (pimpinan) sekolah menengah. Seperti yang diperlihatkan oleh contoh-contoh ini, populasi bisa besar bisa juga kecil lingkupnya. Anda perlu menentukan kelompok mana yang akan anda teliti.
Dalam prakteknya, peneliti kuantitatif memilih sampel dari sebuah daftar dan nama-nama orang yang ada. Target population (populasi sasaran) atau kerangka sampel adalah sekelompok individu (atau sekelompok organisasi) dengan karakteristik pembeda yang sama yang dapat diidentifikasi dan diteliti oleh si peneliti.

Pengertian Sample (Sampel)
Dari populasi sasaran ini, para peneliti memilih sebuah sampel untuk diteliti. Sample (sampel) adalah sub kelompok dari populasi sasaran yang rancananya akan diteliti oleh si peneliti dalam rangka mengambil generalisasi terhadap populasi sasaran tersebut. Dalam situasi yang ideal, anda bisa mengambil sampel dari individu-individu yang merupakan representasi dari keseluruhan populasi. Misalnya, anda bisa jadi memilih sebuah sampel dari guru-guru sekolah menengah pertama (sampel) dari populasi yang terdiri dari semua guru sekolah menengah di sebuah kota (populasi). Atau anda mungkin hanya bisa meneliti guru-guru biologi di dua sekolah di kota tersebut. Skenario pertama memperlihatkan penarikan sampel yang sistematik dan mantap yang disebut probabilistic sampling (penarikan sampel probabilitistik) dan skenario kedua memperlihatkan penarikan sampel yang tidak sistematik dan tidak pula probabilistik.

Penarikan sampel probabilistik dan non probabilitistik
Para peneliti menggunakan pendekatan penarikan sample baik yang probabilistik maupun yang non probabilistik. Para peneliti menetapkan tipe penarikan sampel yang mana yang akan digunakan atas dasar faktor-faktor seperti sejauh mana keandalan yang diinginkan, karakteristik populasi sasaran dan ketersediaan parisipan.
1)      Sampel Probabilistik
Dalam probabilistic sampling (penarikan sampel probabilitisk) si peneliti memilih individu-individu dari populasi yang representatif terhadap populasi tersebut. Ini merupakan bentuk penarikan sampel yang paling handal dalam penelitian kuantitatif karena si peneliti bisa menyatakan bahwa sampel penelitiannya merupakan representasi dari populasi dan karenanya bisa membuat generalisasi terhadap populasi.
a.       Simple random sampling (penarikan sampel acak sederhana). Bentuk penarikan sampel probabilistik yang paling handal dari populasi adalah penarikan sampel acak sederhana. Dalam simple random sampling (penarikan sampel acak sederhana), si peneliti memilihi partisipan (atau unit analisis, seperti sekolah) sebagai sampel penelitiannya sehingga setiap orang memiliki probabilitas yang sama untuk terpilih dari populasi. Tujuan dari penarikan sampel acak sederhana ini adalah untuk memilih individu-individu yang akan dijadikan sampel yang representatif terhadap populasi. Setiap bias yang trdapat di dalam populasi akan tersebar secara merata di antara orang-orang yang terpilih. Walaupun demikian, penyebaran secara merata tidak selamanya dimungkinkan, seperti dialami dalam Perang Vietnam ketika para perwira tidak mampu memutar dengan jumlah yang memadai piringan yang berisikan nama-nama kandidat potensial sehingga bisa menghasilkan pemeilihan yang acak (Wilijson & the Task Force on Statistical Inference, 1999).
Prosedur khusus yang digunakan dalam penarikan sampel acak sederhana adalah dengan memberikan sebuah nomer pada masing-masing individu (atau situs) di dalam populasi dan kemudian menggunakan random numbers table  (tabel angka acak), yang terdapat dalam banyak buku-buku teks statsitik, untuk memilih individu-individu (atau situs-situs) yang akan dijadikan sampel. Untuk prosedur ini, anda memerlukan  daftar anggota populasi sasaran dan sebuah nomer harus diberikan kepada masing-masing individu.
Sebuah contoh dari random numbers table (tabel angka-angka acak) diperlihatkan oleh Tabel 6.1. Untuk menggunakan tabel ini, mula-mula berikan nomer pada seluruh individu dalam populasi (misalkan, populasi dari 110 anak kelas satu SD). Kemudian, mulai dari mana saja dari angka-angka dalam tabel angka-angka acak tersebut, cocokkan nomer tersebut dengan nomer yang ada dalam daftar yang anda miliki. Mulai dari kiri atas dari Tabel angka-angka acak dan terus ke bawah di dalam kolom yang sama. Akan terpilih enam orang anak kelas satu dari popuasi 100 orang anak kelas satu dengan nomer 52, 31, 44, 84, 71, dan 42. Dan ini terus dilanjutkan sampai anda mendapatkan jumlah anak kelas satu yang diperlukan sesuai dengan besar sampel yang diinginkan (selanjutnya dalam bahagian besarnya sampel, kita akan bicarakan berapa banyak anak kelas satu yang diperlukan).
b.      Penarikan sampel sistematik.
Terdapat variasi dalam prosedur penarikan sampel acak sederhana, yakni dengan menggunakan systematic sampling (penarikan sampel sistematik). Dalam [rosedur ini, anda memilih setiap individu atau situs yang ke n di dalam populasi sampai anda mendapatkan jumlah sesuai dengan besarnya sampel yang diinginkan.Prosedur ini tidak setepat dan semantap menggunakan tabel angka-angka acak, akan tetapi ia mungkin lebih nyaman karena para individu tidak harus harus diberi nomer dan tdak mmerlukan tabel angka-angka acak.
Guna mengilustrasikan penggunaan penarkan sampel sistematik ini, umpamakan seorang administrator pendidikan di dinas pendidikan sesuatu wilayah tertentu berkeinginan meneliti tingkat kepuasan para orang tua terhadap sekolah-sekolah di lingkungan dinas pendidikan tersebut. Dengan menggunakan penarikan sampel sistematik ini, si administrator tersebut mula-mua mengkaji sekian persen orang tua (katakan 20%). Apabila jumlah orang tua semuanya 1.000 orang di wilayah tersebut, si administrasi tentu harus memilihi 200 orang tua 920%) untuk penelitian dimaksud. Si administrator menggunakan interval 5 (200/1.000, atau 1 dari 5 untuk memilih orang tua dari daftar populasi sasaran). Dengan demikian, si administrator memilih setiap orang tua kelima yang ada di dalam daftar tersebut.
c.       Stratified sampling (penarkan sampel berstrata).
Tipe sampel probablitik lainnya adalah penarikan sampel berstrata. Dalam penarikan sampel berstrata, peneliti membagi (menstrata) populasi atas dasar karakteristik tertentu (misalnya jender) dan kemudian, dengan menggunakan penarikan sampel acak sederhana, memilih sampel dari masing-masing sub kelompok (strata) dari populasi (misalnya laki-laki atau perempuan). Ini menjamin bahwa sampel akan mencakup karakteristik tertentu yang ingin dimasukkan oleh si peneliti ke dalam sampel.
Kapan stratifikasi digunakan? Anda menggunakan stratifikasi ketika di dalam populasi terlihat adanya ketidakseimbangan dalam sampel atas dasar sesuatu karakteristik tertentu. Misalkan terdapat lebih banyak jumlah laki-laki ketimbang perempuan di dalam populasi. Sebuah sampel acak sederhana dari populasi ini akan cenderung menghasilkan pemilihan laki-laki lebih banyak ketimbang perempuan atau bahkan mungkin tidak ada perempuan. Dalam kasus yang manapun, pandangan laki-laki tentang pertanyaan-pertanyaan akan mendominasi atau merupakan pandangan yang eksklusif. Untuk mengoreksi hal ini, peneliti menggunakan penarikan sampel berstrata. Stfratifikasi menjamin bahwa strata yang diinginkan (perempuan) akan tewakili di dalam sampel sesuai proporsi keberadaannya di dalam populasi.
Sratifikasi juga digunakan apabila prosedur penraikan sampel acak sederhana akan menghasilkan lebih sedikit jumlah partisipan pada kategori tertentu (misalnya perempuan) ketimbang yang dibutuhkan bagi analisis statistik yang handal. Dengan adanya jumlah perempuan yang sedikit dalam populasi, misalnya, akan berujung pada kecenderung untuk memilih perempuan secara acak dengan jumlah yang sedikit. Ini pada gilirannya akan mendapatan jumlah yang terlampau sedikit untuk bisa dianalisis secara statistik.
Prosedur untuk memilih sampel acak berstrata terdiri dari (a) memilah populasi atas strata (misalnya laki-laki dan perempuan) dan (b) menarik sampel untuk masing-masing kelompok (misalnya perempuan dulu kemudian diikuti oleh laki-laki) sehingga individu-individu yang terpilih proporsional (sebanding) dengan keterwakilannya di dalam populasi. Coba lihat contoh bagimana prosedur ini diterapkan.
Dengan memperhatikan Diagram 6.3, kita bisa melihat bahwa 9.000 orang anak-anak asli Amerika di negara bahgian, 3.000 adalah perempuan dan 6.000 adalah laki-laki. Seorang peneliti menetapkan untuk memilih sebuah sampel yang terdiri dari 300 orang dari populasi yang terdiri dari 9.000 orang anak. Sampel acak sederhana akan menghasilkan jumlah anak-anak laki yang paling banyak karena di dalam populasi lebih banyak anak laki-laki etimbang ana-anak perempuan. Untuk menjamin terpilihnya anak laki-laki sesuai dengan poporsi keterwakilannya di dalam populasi, ia memilah daftar dari 9.000 orang anak ini menjadi anak laki-laki dan anak perempuan. Kemudian sepertiga (3.000/9.000) dari sampel itu dipilih perempuan dan dan dua pertiganya dipilih (6.000/9.000) laki-laki. Prosedur stratifikasi ini terdiri dari menstratifikasikan populasi menjadi dua kelompok (laki-laki dan perempuan) dan kemudian memilih individu-individu secara proporsiona; sesuai dengan  keterwakilannya di dalam populasi secara keseluruhan, 200 orang anak laki-laki dan 100 orang anak perempuan.
d.      Multistage cluster sampling (penarikan sampel gugus bertingkat/berthap jamak).
Bentuk keempat dari penarikan sampel probabilistik adalah penarikan sampel gugus bertingkat jamak. Dalam penarikan sampel gugus bertingkat jamak ini, si peneliti memilih sebuah sampel dalam dua atau lebih tahap karena si peneliti tidak bisa mengidentifikasi populasi dengan mudah atau populasinya sangat besar. Apabila ini terjadi, akan sulit mendapatkan daftar yang komplit dari anggota populasi.
Walaupun demikian, mendapatkan daftar yang komplit dari kelompok atau gugus di dalam populasi boleh jadi dimungkinkan (Vogt, 1999). Contoh, populasi dari semua siswa yang ber-resiko di seantero Amerika Serikat boleh jadi sulit untuk diidentifikasi, akan tetapi seorang peneliti bisa mendapatkan daftar dari siswa yang ber-resiko di sesuatu wilayah dinas pendidikan tertentu. Dengan menggunakan prosedur penarikan sampel gugus yang bertingkat jamak, si peneliti secara acak memilih wilayah-wilayah dinas pendidikan diseantero negeri dan mendapatkan daftar anak-anak yang ber-resiko  dari masing-masing wilayah dinas pendidikan. Kemudian si peneliti memilih secara acak sampel daru masing-masing wilayah dinas pendidikan. Dengan memecak proses seperti ini membuatnya lebih mudah mengidentifikasi kelompok-kelompok dan membuat daftarnya. Walaupun demikian, dengan beberapa tahap dalam rancangan ini, prosedur ini menjadi rumit dan sanat tergantung pada karakteristik populasi (Babbie, 1998).
Penggunaan prosedur penarikan sampel probabilistik di dalam penelitian pendidikan tidak selamanya dapat dilakukan. Sebagai gantinya, si peneliti bisa menggunakan penarikan sampel yang non probabilistik.
2)      Sampel Non Probabilistik
Dalam non probabilistic sampling (penarikan sampel non probabilistik), si peneliti memilihi individu-individu  karena mereka tersedia, mudah diakses, dan mewakili sesuatu karakteristik yang memang ingin diteliti oleh si peneliti. Dalam beberapa situasi, anda boleh jadi perlu melibatkan partisipan yang secara sukarela berpartisipasi dan yang bersedia diteliti.  Disamping itu, andapun tidak bermaksud menggeneralisasikan temuan-temuan penelitian pada populasi secara keseluruhan, akan tetapi terbatas hanya sekedar mendeskripsikan sekelompok kecil populasi dalam penelitian. Perhitungan-perhitungan statistik deskriptif bisa jadi tepat digunakan pada sampel-ampel seperti ini dan membandingkannya dengan populasi yang lebih besar dalam rangka membuat inferensi dari sampel ke populasi. Para peneliti menggunakan dua pendekatan populer dalam penarikan sampel non probabilistik: convenience dan snowball sampling.
a.       Convenience sampling
Dalam convenience sampling, si peneliti memilih partisipan karena mereka bersedia dan mudah diakses untuk diteliti. Dalam hal ini, si peneliti tidak bisa menyatakan secara confident (penuh percaya diri) bahwa individu-individu merupakan representasi dari populasi. Walaupun demikian, sampel tersebut bisa memberikan informasi yang berguna dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan dan hipotesis. Coba lihat contoh convenience sampling berikut:  
 Seorang peneliti melakukan penelitian yang melibatkan para siswa pribumi Amerika menemukan bahwa sebahagian besar para siswa di sebuah sekolah adalah ana-anak pribum Amerika. Si peneliti memutuskan untuk meneliti kelompok ini di satu sekolah ini karena mereka tersedia (mudah diakses) karena si [eneliti memiliki izin dari kepala sekolahnya dan bisa mendapatkan persetujuan dari para siswa pribum Amerika tersebut untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Ini merupakan convenience sampling karena para partisipannya mudah diakses dan tersedia untuk diteliti.

b.      Snowball sampling.
Sebuah alternatif lain dari convenience sampling adalah snowball sampling. Dalam snowball sampling, si peneliti minta partisipan untuk mengusulkan orang-orang lain untuk anggota sampel. Contoh, anda mungkin mengirimkan survai ke pengawas sekolah dan minta yang bersangkutan untuk selanjutnya mengirimkan survai tersebut kepada kepala-kepala sekolah di wilayah dinas pendidikan tersebut. Kepala-kepala sekolah tersebut menjadi anggota sampel. Bentuk penarikan sample seperti ini memiliki kelebihan, yakni bisa merekrut sejumlah besar partisipan untuk penelitian.
Walaupun demikian, dengan menggunakan proses seperti ini, anda tidak bisa mengetahui secara tepat individu-individu macam apa yang akan menjadi anggota sampel anda. Ia juga akan mengeliminasi peluang untuk bisa mengidentifikasi siapa-siapa saja yang tidak mengembalikan survai, dan mereka-mereka yang mengembalikan bisa jadi tidak representatif bagi populasi yang ingin anda teliti.  Contoh, partisipan yang menerima survai (misalnya, kepala-kepala sekolah yang menghadiri pertemuan pagi Minggu dengan si pengawas) boleh jadi tidak representatif bagi semua individu--individu dalam populasi (dalam hal ini, semua kepala sekolah di wilayah dinas pendidikan tertentu).

Besarnya sampel
Ketika memilih partisipan untuk suatu penelitian, perlu ditenukan besarya sampel yang anda perlukan. Aturan yang bersifat umum adalah memilih sampel sebesar mungkin dari populasi. Makin besar sample, akan makin sedikit potensi kesalahan bahwa sampel tersebut akan berbeda dari populasi. Perbedaan antara taksiran skor sampel dan skor populasi yang sebenarnya disebut sampling error (kesalahan penarikan sampel). Seandainya anda secara terus menerus menarik sebuah sampel, rata-rata skor dari masing-masing sampel tersebut cenderung akan berbeda dari rata-rata skor sesungguhnya untuk keseluruhan populasi.
Contoh, apabila kita mendapatkan skor dari anak-anak kelas enam di seantero negeri tentang pentingnya hubungan antara orang tua-anak, skor  rata-rata, misalkan 30 dari nilai berskala 50. Tentu saja, kita tak mungkin meneliti setiap anak kelas enam, tapi kita mendapatkan sampel dari sebuah wilayah dinas pendidikan dan misalkan kita memperoleh rata-rata skor 35. Pada kesempatan lain, kita mungkin mendapakan angka 33, dan selanjutnya lagi 36, karena sampel kita berubah dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Ini bermakna bahwa rata-rata skor yang kita dapatkan berbeda  lima angka, tiga angka, dan satu angka dari angka rata-rata populasi yang sebenarnya. Perbedaan antara skor taksiran untuk sample dan skor populassi yang sebenarnya adalah kesalahan dalam penarikan sampel (sampling error).Karenanya, karena anda bisanya tidak mengetahui skor populasi yang sebenarnya (true population score), penting kiranya memilih sampel sebesar mungkin dari populasi untuk meminimalkan sampling error.
Dalam beberapa penelitian, anda mungkin memiliki jumlah partisipan yang terbatas yang dengan mudah tersedia untuk diteliti. Dalam kasus-kasus lain, faktor-faktor seperti akses, pendanaan, jumlah populassi secara keseluruhan, dan jumlah varoabel juga akan berpengaruh terhadap besarnya sampel.
Salah satu cara untuk menentukan besarnya sampel adalah memilih partisipan dengan jumlah yang memadai untuk prosedur-prosedur statistik yang anda ingin gunakan. Ini mengasumsikan bahwa anda telah mengidentifikasi statistik yang akan digunakan dalam analisis datanya nanti. Sebagai taksiran kasar, seorang peneliti dalam bidang pendidikan memerlukan:
·         Kira-kira 15 orang partisipan pada setiap kelompok dalam sebuah eksperimen (lihat Bab 11)
·         Kira-kira 30 orang partisipan untuk penelitian korelasion al yang mengaitkan variabel-variabel (lihat Bab 12)
·         Kira-kira 350 orang individu untuk penelitian survai, akan tetapi besarnya sampel ini tergantung pada beberapa faktor (lihat Bab 13)
Angka-angka ini adalah taksiran atas dasar besarnya sampel yang diperlukan untuk prosedur-prosedur statistik sehingga sampel tersebut cenderung merupakan estimasi yang bagus bagi karakteristik populasi.  Angka-angka tersebut tidaklah memberikan estimasi yang persis dari besarnya sampel melalui sample size formula (rumus besarnya sampel).

Sample size formula memberikan cara mengkalkulasi besarnya sampel anda atas dasar beberapa faktor. Penggunaan sebuah rumus menghindari terka-terkaan dalam menentukan banyaknya individu yang akan diteliti dan memberikan estimasi yang persis dari besarnya sampel. Rumus-rumus itu mempertimbangkan beberapa faktor pentig dalam menentukan besarnya sampel, seperti signifikansi dalam penggunaan uji statistik dan sampling error. Selanjutnya, anda tak perlu menghitung besarya sampel  dengan menggunakan rumus. Dengan informasi yang minim, anda bisa mengidentifikasi besarnya sampel dengan menggunakan tabel yang tersedia bagi para peneliti.
Dua buah rumus yang digunakan adalah rumus besarnya sampel untuk survai (lihat Fink & Kosekoff, 1985; Fowler, 1988) dan a power analysis formula  untuk penelitian ekperimen (Cohen, 1977;lipsey, 1990; Murphy & Myors, 1998). Lampiran B pada akhir buku teks ini memberikan faktor-faktor yang dapat anda masukkan ke dalam umus-rumus ini untuk menentukan jumlah partisipan untuk penelitian anda.


KUALITATAIF
1)      Pengambilan Sampel Bertujuan (Sampling purposif)
Istilah penelitian yang digunakan dalam sampling kualitatif adalah purposive sampling (pengambilan sampel secara purposif). Dalam purposive sampling, para peneliti dengan sengaja memilih individu-individu dan situs-situs guna mempelajari atau memahami fenomena sentral. Standar yang digunakan untuk memilih partisipan dan situs adalah apakah partisipan atau situs tersebut information rich (sarat dengan informasi)(Patton, 1990, halaman 169). Pada setiap penelitian kualitatif, anda bisa menetapkan untuk diteliti sebuah situs (misalnya kampus perguruan tinggi), beberapa buah situs (tiga buah kampus fakultas sastra yang tergolong kecil), individu-individu atau kelompok (mahasiswa baru perguruan tinggi), atau kombinasi (dua buah kampus fakultas sastra dan beberapa orang mahasiswa baru pada kampus tersebut). Pemilihan sampel purposif berlaku untuk keduanya, individu-individu dan situs.
Apabila anda melakukan penelitian dengan menggunakan sampel purposif (sampel bertujuan), anda perlu mengidentifikasi strategi pemilihan sampel dan harus mampu mempertahankan penggunaannya. Kepustakaan (literatur) mengidentifikasi beberapa strategi pengambilan sampel purposif (lihat misalnya Miles & Huberman, 1994; Patton, 1990). Seperti terlihat dalam Diagram 8.2, anda memiliki opsi untuk memilih satu dari sembilan strategi yang biasanya digunakan oleh para peneliti bidang pendidikan. Strategi-strategi ini dibedakan atas dasar apakah ia dipilih sebelum pengumpulan data dimulai atau setelah pengumpulan data berlangsung (suatu pendekatan yang sejalan dengan konsep emerging design). Selanjutnya, masing-masing strategi tersebut memiliki tujuan yang berbeda, tergantung pada masalah dan pertanyaan penelitian yang ingin anda cari jawabnya dalam penelitian anda. Semua strategi berlaku apakah untuk single time (satu kali memilih sampel) atau multiple time (sampel dipilih beberapa kali) selama penelitian. Anda bisa menggunakannya untuk memilih individu, atau kelompok, atau keseluruhan organisasi dan situs (lihat Patton, 1990, untuk pembicaraan lanjutan).
2)      Maximal Variation Sampling
Salah satu karakteristik dari penelitian kualitatif adalah untuk menampilkan perspektif yang multi ragam dari para individu dalam melihat kompleksitas dunia ini (lihat bab 2 bahagian “mengidentifikasi masalah penelitian”). Dengan demikian, salah satu strategi pemilihan sampel  adalah membangun kompleksitas itu ke dalam penelitian kita melalui pemilihan partisipan dan situs . Maximal variation sampling adalah strategi pengambilan sampel bertujuan di mana si peneliti memilih kasus-kasus atau individu-individu tertentu yang berbeda dalam berbagai karakteristik atau ciri (misalnya umur). Tentu saja sebelum menentukan sampel, kita harus mengidentifikasi karakteristik sampel dan kemudian menemukan stus-situs atau individu-individu yang memperlihatkan dimensi yang berbeda dari karakteritik tersebut.  Misalnya, si peneliti boleh jadi menemukan karakteristik komposisi etnik dari berbagai SMA di suatu daerah tertentu.Dan kemudian dengan sengaja si peneliti memilih tiga buah SMA yang memiliki karakteristik yang berbeda: satu SMA dengan siswa yang didominasi oleh etnik Melayu, satu SMA yang didominasi oleh etnik Minangkabau, dan satu SMA dengan berbagai etnik (Melayu, Minang, Jawa, batak, Cina dll).
3)      Extreme Case Sampling
Kadang-kadang seseorang tertarik untuk meneliti sesuatu kasus yang luar biasa mengganggu atau bermasalah ataupun sebaliknya sangat baik, atau  kasus yang istimewa baik karena suksesnya ataupun karena kegagalannya (Patton, 190). Extreme case sampling adalah salah satu bentuk pemilihan sampel di mana anda meneliti sebuah outlier case atau kasus yang memperlihatkan karakteristik istimewa. Si peneliti mengidentifikasi kasus-kasus  seperti ini dan mencari orang-orang atau organisasi yang dirujuk orang-orang lain karena prestasinya atau karena karakteristiknya yang berbeda (misalnya pendidikan dasar tertentu bagi anak marginal, program-program pendidikan untuk anak-anak austis dsb-nya yang akan mendapat bantuan dari pemerintah).
4)      Typical Sampling
Beberapa pertanyaan penelitian berkaitan dengan, “Apa yang normal?” atau “Apa yang tipikal (khusus?)”. Typical sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif yang memungkinkan seseorang peneliti meneliti seseorang individu atau situs yang tipikal. Apa yang dimaksudkan dengan tipikal , tentu saja, terbuka untuk interpretasi yang berbeda. Anda misalnya meneliti seorang dosen pada sesuatu fakultas ilmu sastra karena individu tersebut telah bekerja di fakultas tersebut lebih dari 29 tahun dan telah merupakan bahagian yang tak terpisahkan dari fakultas tersebut yang tidak ada duanya orang seperti itu di fakultas ini.
5)      Theory or concept sampling
Anda mungkin memilih situs-situs atau orang-orang tertentu karena situs atau orang itu membantu anda memahami sesuatu konsep atau teori. Theory or concept sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif dengan sengaja memilih individu-individu atau situs-situs tertentu karena individu-individu atau situs-situs tersebut diperkirakan akan sangat membantu anda melahirkan atau menemukan sesuatu teory atau konsep-konsep spesifik tertentu dalam ruang lingkup sesuatu theori. Untuk bisa menggunakan sampel seperti ini, anda harus memiliki pemahaman yang jelas tentang konsep tersebut atau teori yang lebih luas diharapkan akan lahir atau muncul selama penelitian. Dalam penelitian berkenaan dengan lima situs yang telah mengalami pembelajaran jarak  jauh, misalnya, kita memilih situs-situs ini karena dijadikannya situs tersebut sebagai sampel akan membantu kita melahirkan teori tentang sikap mahasiswa terhadap pembelajaran jarak jauh.
6)      Homogeneous sampling
Anda berkemungkinan memilih situs-situs atau orang-orang tertentu karena situs atau orang itu memiliki ciri atau karakteristik yang sama. Homogenous sampling adalah strategi pemilihan sample purposif dengan jalan memilih situs-situs atau individu-individu tertentu atas dasar keanggotaan dalam subkelompok yang memiliki karakteritik atau ciri-ciri yang sama. Untuk dapat menggunakan strategi ini, kita perlu mengidentifikasi karakteristik atau ciri tertentu dan kemudian menemukan individu-individu atau situs-situs yang memiliki karaketristik atau ciri dimaksud.  Contohnya, dalam masyarakat pedesaan, semua orang tua yang memiliki anak-anak di sebuah sekolah berpartisipasi dalam kegiatan orang tua murid yang dikoordinir oleh Komite Sekolah. Pemilihan mereka yang terlibat dalam kegiatan/program ini merupakan salah satu perwujudan dari homgenous sampling karena masing-masingnya merupakan anggota sub-kelompok dalam masyarakat yang memiliki kesamaan tertentu.
7)      Critical sampling
Kadang-kadang individu atau situs penelitian mewakili fenomena sentral secara dramatis (Patton, 1990). Strategi pemilihan sampelnya di sini adalah meneliti sample kritis. Critical sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif dengan jalan memilih individu-indvidu atau situs-situs khusus karena adanya kasus istimewa sehingga memungkinkan si peneliti memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang fenomena yang diteliti. Misalnya, tindak kekerasan yang dilakukan remaja di sekolah di mana seorang siswa dengan menggunakan senjata api mengancam seorang guru.Hal ini merupakan insiden yang dramatis yang memperlihatkan sejauh mana remaja-remaja tertentu terlibat dalam tindak kekerasan di sekolah.
8)      Opportunistic sampling
Setelah data-data terkumpul, si penelit boleh jadi memerlukan informasi baru untuk menjawab pertanyaan penelitian secara lebih baik lagi. Opportunistic sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif dengan jalan memilih situs atau individu tertentu dalam rangka mendapatkan informasi tambahan sebagai akibat dari terungkapnya hal-hal baru setelah dilakukan pengumpuan dan analisis data. Strategi ini muncul pada saat penelitian sudah berjalan. Si peneliti harus hati-hati karena bisa menyimpang dari tujuan awal penelitian. Contohnya, anda mungkin mulai penelitian anda dengan menggunakan maximal variation sampling dari sejumlah remaja hamil di sekolah. Dalam proses selanjutnya, anda menemukan remaja hamil yang berencana akan membawa bayinya kelak kemudian hari ke sekolah setiap hari. Karena data dan infromasi tentang remaja ini akan memberikan pemahaman baru tentang penyeimbangan antara anak-anak dan sekolah, mengkaji kegiatan remaja tersebut sehari-hari selama masa kehamilannya di sekolah dan pada bulan-bulan setelah melahirkan diperlukan. Kasus seperti inilah yang disebut opportunistic sampling.
9)      Snowball sampling
Pada situasi-situasi penelitian tertentu, si peneliti tidak tahu siapa orang-orang terbaik yang harus diteliti karena belum dikenalnya dengan baik topik atau kompleksitas peristiwa yang diteliti. Snowball sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif yang dilakukan setelah penelitian berjalan dan ini dilakukan ketika si peneliti mendapatkan rekomendasi dari para partisipan siapa-siapa saja individu lain yang perlu diteliti. Peneliti mungkin mengajukan permintaan itu selama wawancara atau melalui percakapan informal dengan individu-individu saat sedang berada di situs penelitian. Contoh, pada studi kasus “gunman incident” (Asmussen & Creswell, 1995), si peneliti menanyakan kepada mereka-mereka yang diwawancarai kalau ada mereka memiliki nama-nama orang lain yang direkomendasikan untuk diwawancarai lagi yang mungkin bisa memberikan reaksi terhadap insisden tersebut. Prosedur seperti ini menjadi pemilihan sampel purposisf atas individu-individu yang pada awalnya tidak diantisipasi sebagai partisipan. Mewawancarai “pakar” psikologi yang dibawa ke kampus untuk membantu individu-indvidu yang mengalami krisis merupakan contoh lain dari snowball sampling ini. 
10)  Conforming atau disconforming sampling
Bentuk terakhir dari purposif sampling ini, juga digunakan setelah penelitian berlangsung, adalah untuk memilih individu-individu atau situs-situs tertentu untuk mengkonfirmasi atau mendiskonfirmasikan temuan-temuan awal. Conforming and  disconfirming sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif selama penelitian berlangsung untuk menindaklanjuti sesuatu kasus khusus tertentu guna mengetes,  mengecek atau menelusuri selanjutnya temuan-temuan khusus. Walaupun pemilihan sampel seperti ini berfungsi untuk memverifikasi keakuratan temuan selama penelitian berlangsung, ia juga merupakan prosedur pemilihan sampel yang digunakan selama penelitian. Contoh, anda menemukan bahwa pembantu dekan bidang akademis di sebuah fakultas memberikan dukungan bagi para dosen dalam rangka pengembangan mereka untuk menjadi guru atau mentor di sekolah menengah. Setelah melakukan wawancara awal dengan dekan, anda selanjutnya perlu mngkonfirmasi peranan mentor melalui sampel dan meneliti para dosen yang mungkin kebetulan mendapatkan penghargaan dari fakultas sebagai mentor yang berprestasi. 

Besar Sampel atau Jumlah Situs Penelitian
Jumlah orang dan situs yang disampel bervariasi dari satu penelitian kualitatif ke penelitian kualitatif lainnya. Anda bisa rujuk beberapa penelitian kualitatif yang sudah dipublikasikan dan lihat berapa jumlah situs atau partisipan yang digunakan para penelitinya. Beberapa petunjuk dapat diungkapkan disini:
·           Umum dalam penelitian kualitatif untuk meneliti sejumlah kecil individu atau kasus. Ini disebabkan karena kemampuan menyeluruh dari si peneliti untuk memberikan gambaran yang mendalam akan terkuras oleh setiap kali penambahan indivdu-individu atau situs-situs baru. Salah satu tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk menyajikan kerumitan dari suatu situs atau informasi yang diberikan oleh para individu.
·           Dalam beberapa kasus, anda bisa meneliti seorang individu atau sebuah situs. Dalam kasus-kasus yang lain, jumlahnya bisa beberapa orang atau situs, bervariasi antara 1 atau 2 sampai 30 atau 40. Karena keharusan untuk melaporkan secara rinci masing-masing individu atau kasus, maka jumlah kasus yang makin besar akan makin sulit dan bisa menghasilkan perspektif yang dangkal. Disamping itu, pengumpulan data-data kualitatif dan kemudian menganalisisnya memakan waktu yang  cukup lama, dan setiap tambahan individu atau kasus hanya akan memperpanjang waktu.
·           Pada bahagian 3, akan dibicarakan lagi beberapa rancangan khusus (seperti etnografi, studi kasus, teori alas/grounded, dan penelitian naratif) dalam rangka penelitian kualitatif. Sekali kita menetapkan prosedur atau rancangan penelitian kita, pendekatannya akan menjurus pada pemilihan jumlah individu yang diperlukan dalam penelitian tersebut. Ini bisa bervariasi dari satu orang individu saja sampai pada keseluruhan kelompok orang.

Mari kita ambil beberapa contoh khusus untuk melihat berapa banyak individu atau situs yang digunakan. Para peneliti kualitatif bisa jadi mengumpulkan data-data dari seorang individu. Contoh, dalam penelitian studi kasus tentang Basil McGee, seorang guru mata pelajaran IPA, Brickhouse dan Bodner (1992) menelusuri keyakinan guru tersebut tentang IPA dan pengajaran IPA dan bagaimana keyakinannya itu membentuk cara-cara dia mengajarkan IPA. Pada tempat lain, beberapa orang individu berpartisipasi dalam penelitian kualitatif tipe teori alas/grounded. Para penelitinya meneliti 20 orang tua dari anak-anak yang terkategori sebagai jenius (ADHD)(Reid, Hertzog, & Snyder, 1996). Pengumpulan data yang lebih ekstensif digunakan dalam penelitian kualitatif etnografis budaya tentang kehidupan fraternity (kehidupan sekelompok orang di asrama) yang terkait dengan ekploitasi dan menjadikan wanita sebagai korban. Rhoads (1995) melakukan 12 kali wawancara formal dan 18 kali wawancara informal, disamping melakukan observasi dan mengumpulkan sejumlah dokumen.