LAPORAN
PENELITIAN DAN ANALISIS
ANALISIS
PENGEMBANGAN PENYESUAIAN DIRI MELALUI KEGIATAN PENGENALAN LINGKUNGAN TPA TUNAS
BAHARI
Oleh
JUNI
NIM :
UNIVERSITAS TERBUKA
PROGRAM S1 PAUD
2015
LAPORAN
PENELITIAN DAN ANALISIS
ANALISIS
PENGEMBANGAN PENYESUAIAN DIRI MELALUI KEGIATAN PENGENALAN LINGKUNGAN TPA TUNAS
BAHARI
Oleh
JUNI
NIM :
UNIVERSITAS TERBUKA
PROGRAM S1 PAUD
2015
LEMBAR
IDENTITAS DAN PENGESAHAN
LAPORAN
ANALISIS DAN PENELITIAN
Judul : Analisis Pengembangan penyesuaian diri
melalui kegiatan
pengenalan
lingkungan TPA Tunas Bahari
Disusun oleh : Juni
Nomor Induk
Mahasiswa :
Semester :
Jurusan : Program S1 PG – PAUD Universitas Terbuka
Unit Kerja :
Alamat :
Telepon :
Fokus Penelitian : Pengembangan penyesuaian
diri melalui kegiatan pengenalan
lingkungan TPA Tunas Bahari
Disetujui
sebagai laporan dan analisis mata kuliah analisis kegiatan pengembangan
pendidikan anak usia dini
Menyetujui Tutor, Surabaya, Oktober 2015
Mahasiswa,
JUNI
KATA PENGANTAR
Puji
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga laporan penelitian dan analisis ini
dapat saya selesaikan dengan judul Pengembangan
penyesuaian diri melalui kegiatan pengenalan lingkungan TPA Tunas Bahari dengan
lancar.
Laporan ini penulis susun untuk
menganalisis ketepatan program pengembangan di TPA Tunas Bahari dalam pengembangan
penyesuaian diri melalui kegiatan pengenalan lingkungan TPA Tunas Bahari.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini, terutama kepada :
1.
……..Selaku tutor mata
kuliah Analisis Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini UT Surabaya
2. Kepala
Sekolah TPA Tunas Bahari
3. Pengelola,
Pendidik dan Administrasi TPA Tunas Bahari
4. Semua
pihak yang telah memberikan dukungan
Saran – saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan laporan ini.
Surabaya, Oktober 2015
Mahasiswa
JUNI
NIM :
LAPORAN
PENELITIAN DAN ANALISIS
Judul Penelitian : Pengembangan
Penyesuaian Diri Melalui Kegiatan Pengenalan Lingkungan TPA Tunas Bahari
Waktu Pelaksanaan : 5
Oktober 2015
Tempat Penelitian : TPA
Tunas Bahari, Jl. Arief
Rahman Hakim Surabaya.
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perkembangan pendidikan
anak usia dini saat ini cukup marak di Indonesia, walaupun dapat dikatakan
masih rendah program ini masih didominasi oleh kesadaran beberapa kelompok
masyarakat dalam menyelenggarakan program di daerahnya. Tentunya dengan
berbagai kendala, baik dari pendanaan maupun kualitas pembelajarannya salah
satu jenis layanan pendidikan anak usia dini adalah Tempat Penitipan Anak. TPA
bagi anak usia 0-6 tahun layanan ini merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak
Usia Dini non formal yang diarahkan pada kegiatan pengasuhan anak bagi orang
tua yang mempunyai kesibukan kerja, sehingga memerlukan sebuah layanan pengasuhan
anak yang selain berungsi untuk menjaga anak-anak mereka juga memberikan
pendidikan yang sesuai dengan usia anak-anak mereka.
Tempat Penitipan Anak
merupakan bentuk layanan Pendidikan Anak Usia Dini yang keberadaannya terus
berkembang jumlahnya. TPA memberikan layanan yang holistik dan integrative
dengan seluruh kebutuhan anak, kesehatan, gizi, pendidikan, perlindungan,
berkembang dan mempertahankan kelangsungan hidup; dilayani dalam lembaga
penyelenggara TPA.
Usia enam tahun pertama
adalah masa emas anak atau bisa disebut dengan golden age yaitu dalam rentang usia 0-6 tahun. Hal ini sesuai
dengan pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20/2003 ayat 1,
yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6
tahun. Pada masa ini otak anak berkembang sangat pesat hingga mencapai 80%, milyaran sel pada otak anak akan saling berhubungan
membentuk jaringan yang semakin kompleks jika mendapat stimulasi yang tepat
dari lingkungan sekitarnya (Hasan, 2009:41). Seperti halnya keunikan yang
penulis temukan di TPA Tunas Bahari yang mengatasi ketakutan anak baru (siswa baru) dengan pengembangan
penyesuaian diri melalui kegiatan pengenalan lingkungan TPA Tunas Bahari.
Sehingga penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dan analisis pada TPA Tunas Bahari dengan judul
pengembangan penyesuaian diri melalui kegiatan pengenalan lingkungan TPA Tunas
Bahari.
B. Fokus
Penelitian
Setelah diadakan
observasi di TPA Tunas Bahari,
maka penelitian ini terfokus pada salah satu kegiatan pengembangan
penyesuaian diri melalui kegiatan pengenalan lingkungan TPA Tunas Bahari.
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
a. Mengumpulkan data mengenai
1. Alasan pengasuh/pendidik memberikan kegiatan pengembangan
penyesuaian diri melalui kegiatan pengenalan lingkungan
2. Tujuan pengasuh/pendidik melakukan kegiatan tersebut
3. Kebijakan yang mendukung pengasuh/pendidik
melakukan kegiatan tersebut
b. Membuat analisis kritis (critical analysis) mengenai kegiatan tersebut
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk :
1.
Memberi
masukan terhadap kegiatan pengembangan penyesuaian diri anak di TPA
Tunas Bahari
2.
Melatih
mahasiswa melakukan penelitian kelas
3.
Mengembangkan
kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu kegiatan anak di lembaga PAUD
II. LANDASAN TEORI
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment.
Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut
pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri
sebagai usaha penguasaan (mastery).
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan
sama dengan adaptasi (adaptation),
padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam
arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat
dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku
di daerah dingin tersebut.
Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai
sebagai usaha penguasaan (mastery),
yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam
cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.
B. Konsep Dasar Lingkungan
1.
Pengertian
Lingkungan TPA
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan
diartikan sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Dalam Kamus Bahasa
Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam di antaranya adalah circle, area surroundings, sphere, domian,
range dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan
atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling.
Menurut Rohani (dalam Musfiqon 2012: 132) lingkungan
bisa bersifat fisik berupa sekolah, kampus, laboratorium, studio, auitorium,
museum, taman, dan lain-lain.
Dengan demikian lingkungan TPA merupakan kesatuan ruang dengan semua benda
(seperti tumbuhan, hewan, bebatuan, pasir, dsb) dan keadaan makhuk hidup
termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya yang
ada di Taman
Penitipan Anak.
2.
Jenis
Lingkungan
Menurut Hamalik (dalam Husamah 2013: 5), pendidikan
sebaiknya disesuaikan dengan keadaan alam sekitar. Alam sekitar siswa merupakan
lingkungan sekitar kehidupan siswa yang dapat berupa lingkungan alam, sosial,
dan buatan.
a.
Lingkungan
Alam
Alam dalam hal ini, dipandang sebagai sebuah
laboratorium yang sangat besar. Labratorium alam ini menurut Amin (dalam
Husamah 2013: 5), menyediakan sumber belajar yang melimpah ruah, sehingga akan
sayang apabila sumber belajar ini tersia-siakan.
Pengalaman yang harus dimiliki siswa ialah
pengalaman lingkungan fisik yang menyangkut fisik secara mikro yaitu dirinya
sendiri maupun secara makro (alam semesta). Menurut Suherli (dalam Husamah
2013: 5), pemahaman siswa yang benar terhada dirinya dan alam semesta akan
menumbuhkan kesadaran yang tinggi untuk senantiasa, meningkatkan serta
memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya alam bagi kepentingan manusia
dan uumnya.
Menurut Sudjana & Rivai (dalam Husamah 2013: 5),
lingkungan alam berkenaan dengan segala sesuatu yang sifatnya alamiah seperti
keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim, curah hujan.
b.
Lingkungan
Sosial
Menurut Supriatna (dalam Husamah 2013: 7),
masalah-masalah sosial sehari-hari yang dihadapi oleh siswa merupakan pengalaman
belajar sekaligus sebagai sumber belajar. Lingkungan sosial sebagai sumber
belajar berkenaan dengan interaksi manusia dengan kehidupan masyarakat, seperti
organisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan,
pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan, agama dan sistem nilai.
Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan
kemanusiaan.
Menurut Suherli (dalam Husamah 2013: 7), lingkungan
sosial dijadikan pembelajaran agar siswa memiliki bekal hidup dalam sosial atau
dalam masyarakat. Dengan bekal pengetahuan ini, siswa setelah lulus atau tamat
sekolah siap hidup bermasyarakat. Siswa akan dengan cepat menyesuaikan diri
dengan lingkungan dimana ia tinggal. Selain itu siswa juga harus dibekali
dengan pengalaman budaya. Dengan bekal ini, siswa diharapkan memahami,
mencintai, menghargai, dan menikmati serta memilih budaya untuk dirinya sendiri
maupun orang ain sehingga siswa tidak akan terjerumus dalam budaya yang
menyesatkan.
c.
Lingkungan
Buatan
Di samping lingkungan alam dan lingkungan sosial
yang sifatnya alami, ada juga yang disebut lingkungan buatan yakni lingkungan
yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lingkungan buatan antara lain irigasi atau
pengairan, bendungan, pertamanan, kebun binatang, perkebunan, penghijauan, dan
pembangkit tenaga listrik.
Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Husamah 2013: 8),
siswa dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek seperti
prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya dukungnya, serta
aspek-aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan
masyarakat pada umumnya.
3.
Keuntungan
memanfaatkan lingkungan
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar memiliki banyak keuntungan. Beberapa
keuntungan tersebut antara lain:
a.
Menghemat
biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan.
b.
Praktis
dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus seperti listrik.
c.
Memberikan
pengalaman yang riil kepada anak, setiap kegiatan pembelajaran menjadi lebih
konkret.
d.
Sesuai
dengan karakteristik dan kebutuhan anak, karena benda-benda tersebut berasal
dari lingkungan anak. Hal ini juga sesuai dengan pembelajaran kontekstual (contextual learning)
e.
Pengajaran
lebih aplikatif, maksudnya materi yang diperoleh anak melalui sumber yang
berasal dari lingkungan sehingga akan di aplikasikan langsung, karena anak
sering menemui benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya
sehari-hari.
f.
Lingkungan
sebagai sumber belajar memberika pengalaman langsung kepada anak untuk dapat
berinteraksi langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara
alamiah.
g.
Lebih
komunikatif, karena benda dan peristiwa yang ada di lingkungan anak biasanya
mudah dicerna, dibandingkan dengan sumber yang dikemas (didesain)
4.
Langkah
dan Prosedur Penggunaan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Husamah 2013: 12)
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran
memerlukan persiapan dan perencanaan yang seksama dari guru. Tanpa perencanaan
yang matang kegiatan belajar anak dapat tidak terkendali sehingga tujuan
pembelajaran tidak tercapai dan anak tidak melakukan kegiatan yang diharapkan.
Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar, yakni persiapan, pelaksanaan, dan tindak
lanjut.
a.
Langkah
Persiapan
Ada beberapa prosedur yang harus ditempuh pada
langkah persiapan, antara lain:
1.
Menentukan
tujuan belajar yang diharapkan dapat diperoleh anak yang berkaitan dengan
penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar.
2.
Menentukan
objek yang harus dipelajari atau dikunjungi. Dalam menetapkan objek kunjungan
tersebut hendaknya memperhatikan relevansi dengan tujuan belajar serta
kemudahan menjangkaunya
3.
Menentukan
cara belajar anak
4.
Guru
mempersiapkan perizinan jika diperlukan
5.
Persiapan
teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar, seperti tata tertib,
perlengkapan belajar yang harus dibawa, dll.
b.
Langkah
Pelaksanaan
Pada langkah ini adalah melakukan kegiatan belajar
di tempat tujuan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan (yang sudah
tertuang dalam RKH dan RPP)
c.
Langkah
Tindak Lanjut
Tindak lanjut dari kegiatan belajar di atas adalah
kegiatan belajar di kelas untuk membahas hasil belajar dari lingkungan. Guru dapat
meminta kesan-kesan yang diperoleh anak dari kegiatan belajar tersebut di
samping menyimpulkan materi yang diperoleh.
III.
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini
adalah peserta didik, pendidik dan kepala sekolah TPA Tunas Bahari, dengan rincian jumlah
sbb:
1. Laki – laki : 7 anak
Perempuan : 8 anak
3. Pengasuh = 4 orang
4. Kepala sekolah
B. Metode penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode interpretative yaitu menginterpretasikan data mengenai
fenomena/gejala yang diteliti di lapangan
C. Instrumen penelitian
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi, yaitu
untuk melihat fenomena yang unik/menarik untuk dijadikan focus penelitian
2. Wawancara, yaitu untuk menggali informasi
lebih mendalam mengenai fokus penelitian
3. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan bukti – bukti
yang lebih luas mengenai fokus penelitian
IV. ANALISIS DATA
A. Tabulasi Data
Tahapan
|
Observasi
|
Wawancara dengan guru
|
Wawancara dengan pimpinan KB
|
Dokumentasi
|
Persiapan
|
Pada kegiatan
penyambutan guru mempersilahkan anak untuk bernyanyi, bermain bebas dan makan
snack
Setelah
duduk khusuk anak-anak lalu berdoa sebelum melakukan kegiatan
|
Di TPA
kami, kami ingin menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak
Hal
ini kami lakukan untuk pembiasaan agar anak mengetahui bahwa sebelum melakukan
kegiatan kita harus berdoa dulu
Jika
hati anak senang maka akan lebih mudah bagi kita untuk mengarahkan anak pada
pembelajaran selanjutnya
|
Kami
berkeyakinan dengan menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi
anak, maka anak akan termotivasi untuk belajar serta merasa nyaman di TPA
Dalam
hal ini akan sangat berpengaruh pada tingkat kemandirian anak dalam belajar
|
Dalam
rencana kegiatan tertulis bahwa kegiatan penyambutan adalah bernyanyi sambil
bertepuk tangan, bernyanyi, bermain bebas dan makan snack
Dalam
dokumen pendirian lembaga tercantum bahwa salah satu tujuan TPA Tunas Bahari adalah
mengembangkan potensi anak sesuai dengan perkembangan usianya. Salah satunya
adalah menstimulasi kemandirian anak
|
Pelaksanaan
|
Setelah
berdoa anak di ajak bernyanyi sambil bertepuk tangan
Guru
mengajak anak untuk pengenalan terhadap lingkungan sekitar gedung TPA
Anak-anak
secara bergantian memasuki ruangan-ruangan kelas, tempat bermain, kamar mandi,
dll dengan senang hati.
|
Anak-anak
sangat senang berkeliling gedung TPA, karena ketika berkeliling anak di ajak
membuat kereta sambil bernyanyi lagu “naik kereta api”
Ada
juga anak yang terlihat tidak mau masuk dalam ruangan-ruangan kelas sama sekali,
tetapi kami memberi motivasi kepada mereka untuk mencoba masuk
|
Kami
berusaha semaksimal mungkin untuk mengawasi mereka dalam pengenalan
lingkungan sekitar
Kami
mengawasi anak-anak dengan saksama
sehingga tidak ada ruangan yang terlwatkan agar anak lebih nyaman di TPA
|
Salah
satu program yang tercantum dalam program harian TPA Tunas Bahari adalah menanamkan
kemandirian anak sejak dini melalui kegiatan-kegiatan yang menyenangkan bagi
anak
|
|
|
Anak –
anak sangat tertarik dengan aktivitas
di luar ruangan
|
Untuk
kedepannya kami akan melakukan kegiatan-kegiatan yang menunjang bagi
pengembangan anak agar dalam masyarakat anak dapat berkembang dengan baik dan
menjadi anak yang mandiri dan cerdas
|
Melalui pengenalan lingkungan untuk siswa baru di
TPA dapat membantu penyesuaian diri anak
|
Penutup
|
Setelah
pengenalan lingkungan untuk siswa baru di
TPA kemudian anak diminta untuk menceritakan kembali apa
saja yang sudah ia lihat
Kegiatan
lain adalah meronce sesuia dengan warna menggunakan sedotan
|
Setelah pengenalan lingkungan untuk siswa baru di
TPA kemudian anak melakukan
kegiatan berntepuk dan bernyanyi bersama, minum susu dan makan siang
Dengan
kegiatan tersebut mereka dapat lebih mengenal lingkungan baru mereka
Semuanya
kami lakukan untuk melatih social emosional dan penyesuaian diri anak
terhadap lingkungannya yang baru
|
Ketika
anak mengikuti pengenalan lingkungan untuk siswa baru di TPA, rasa
cinta terhapap lingkungan mereka mulai terbentuk dengan anak dapat membuang
sampah pada tempatnya, menjaga lingkungan dimana ia tinggal, dan mulai
tumbuhnya rasa adaptasi dalam diri mereka.
Dan
dengan senang hati mereka menunnjukkan kecintaannya terhadap lingkungan
disekitar mereka
|
Anak
juga dapat mengenal pengasuh dan teman-temannya lebih dekat hal ini membantu
anak belajar lebih banyak bersosialisasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B. Analisis kritis
Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa kegiatan pengembangan penyesuaian
diri melalui kegiatan pengenalan lingkungan TPA Tunas Bahari merupakan
suatu kegiatan yang bermaksud untuk melatih pengembangan penyesuaian diri. Hal
tersebut dapat menunjang persiapan anak memasuki jenjang pendidikan selajutnya
yaitu taman kanak-kanak. Pelaksanaan kegiatan
anak di TPA Tunas Bahari dilaksanakan
dalam berbagai bentuk kegiatan pengenalan
lingkungan yang menarik minat anak menggunakan metode yang dikemas seperti
metode karya wisata agar pembelajaran dapat berlangsung dengan menyenangkan.
Pengembangan penyesuaian diri
melalui kegiatan pengenalan lingkungan TPA Tunas Bahari ini sesuai
dengan pasal 28 Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No 20/2003 ayat 1, yang termasuk anak usia dini
adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Pada masa ini otak anak
berkembang sangat pesat hingga mencapai
80%, milyaran sel pada otak anak akan saling berhubungan membentuk jaringan
yang semakin kompleks jika mendapat stimulasi yang tepat dari lingkungan
sekitarnya (Hasan, 2009:41). Bahwa dalam proses di TPA
hendaknya pengasuh memberikan kesempatan seluas – luasnya pada semua anak untuk
mendapat stimulasi yang tepat oleh lingkungannya.
Pengenalan lingkungan
TPA Tunas Bahari bermaksud untuk mengembangkan penyesuaian diri
anak dimana melalui pengumpulan data dapat dilihat tingkat kemampuan anak dalam
penyesuaian diri ada 2 anak dari 15 anak yang masih memerlukan bantuan dan
bimbingan dari pengasuh.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan pengembangan penyesuaian diri melalui kegiatan pengenalan
lingkungan TPA Tunas Bahari untuk mengembangkan penyesuaian diri anak sesuai dengan teori – teori tersebut di atas
sehingga dalam mencapai hasil yang diharapkan dapat tercapai.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari tabulasi dan analisis data dapat disimpulkan beberapa hal,
yaitu sebagai berikut :
a.
TPA Tunas Bahari mempunyai
program kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan penyesuaian diri anak, kegiatan
tersebut adalah kegiatan pengenalan lingkungan yang bertujuan untuk pengembangan
penyesuaian diri anak yang pelaksanaannya sudah sesuai dengan teori – teori
para ahli
b.
Kegiatan pengenalan lingkungan dapat
mengembangkan penyesuaian diri anak
c.
Kegiatan pengembangan di TPA Tunas Bahari dilaksanakan dengan metode –
metode yang menyenangkan.
d.
Kegiatan pengenalan lingkungan pada anak, TPA Tunas Bahari telah sesuai dengan teori –
teori para ahli yang tersebut di atas.
B. Saran – saran
a. TPA Tunas Bahari hendaknya lebih kreatif lagi
dalam menciptakan kegiatan-kegiatan yang inovatif
b. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan sangat
menyenangkan harus didukung oleh sikap dan perilaku guru yang lebih tanggap
terhadap respon dan reaksi anak
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Maimunah.
2009. PAUD(Pendidikan Anak Usia Dini).
Jogjakarta: DIVA Press
Husamah, 2013. Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Musfiqon,
HM. 2012. Perkembangan Media Dan Sumber
Pembelajaran. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20/2003
ayat 1
LAMPIRAN
Wawancara Pengasuh
J : Selamat Pagi ibu
P : Selamat pagi juga ibu
J : Bagaimana Ibu
menstimulasi penyesuaian diri siswa baru di TPA ini ibu?
P : Di TPA, kami ingin menciptakan
suasana yang menyenangkan bagi anak
baik dalam perkembangan kognitif,
social emosional, kognitif, nilai
agama dan moral, dan bahasa,
serta penyesuaian diri anak.
J : Bagaimana cara
Ibu menstimulasi perkembangan bahasa anak
kelompok B di TPA ini?
P : Banyak cara kami sebagai guru, untuk
mengajarkan kepada anak penyesuaian diri
seperti mengajaknya untuk
mengenali lingkungan di sekitar TPA, bernyanyi, bertepuk
bersama, dll
J : Apakah anak-anak tertarik ibu dalam
mengikuti semua kegiatan?
P : Rata-rata anak tertarik dengan
metode kami untuk mengenali lingkungan di sekitar TPA
, namun ada beberapa anak juga
yang kurang tertarik dengan beberapa lingkungan
tertentu.
J : Apasaja lingkungan yang dikenalkan
kepada anak?
P : Banyak yang kami kenalkan kepada
anak, misalkan lingkungan bermain, taman, kelas,
dapur, kamar mandi, dll.
J : Kemudian apakah dengan kegiatan ini
bermanfaat bagi anak?
P : Kami rasa kegiatan ini bermanfaat
untuk melatih social emosional dan penyesuaian diri
anak terhadap lingkungannya yang
baru
J : Iya ibu, terimakasih atas
informasinya. Selamat pagi.
P : Selamat Pagi.
***
NB:
J : Juni
P : Pengasuh
Wawancara Kepala Sekolah
J : Selamat Pagi ibu
K : Selamat pagi juga ibu
J : Mohon maaf mengganggu
K : Iya ibu tidak apa-apa.
J : Bagaimana Ibu menanggapi
stimulasi pengasuh dalam mengembangkan penyesuaian
diri anak ?
K : Kami sangat mendukung
pengasuh dalam mengembangkan penyesuaian diri anak.
Kami berkeyakinan dengan kegiatan
tersebut menciptakan suasana yang nyaman dan
menyenangkan bagi anak, maka anak
akan termotivasi untuk bisa belajar
dengan semangat
J : Apakah anak-anak aman dalam
mengikuti kegiatan tersebut?
K : Kami berusaha semaksimal mungkin
untuk mengawasi mereka dalam pengenalan
lingkungan sekitar. Kami
mengawasi anak-anak dengan saksama
sehingga tidak ada
ruangan yang terlwatkan agar anak lebih
nyaman di TPA
J : Untuk kedepannya
apa harapan ibu untuk TK ini?
G : Untuk kedepannya kami akan melakukan
kegiatan-kegiatan yang menunjang bagi
pengembangan anak agar dalam
masyarakat anak dapat berkembang dengan baik dan
menjadi anak yang mandiri dan
cerdas. Ketika anak mengikuti pengenalan lingkungan
untuk siswa baru di TPA kami berharap, rasa cinta terhapap
lingkungan mereka mulai
terbentuk dengan anak dapat
membuang sampah pada tempatnya, menjaga lingkungan
dimana ia tinggal, dan mulai tumbuhnya rasa adaptasi
dalam diri mereka. Dan dengan
senang hati mereka menunnjukkan
kecintaannya terhadap lingkungan disekitar mereka
J : Iya ibu, terimakasih atas
informasinya. Selamat pagi.
G : Selamat Pagi.
NB:
J : Juni
K : Kepala Sekolah