Rabu, 27 Mei 2015

Contoh Lamaran pekerjaan dan CV



                                                                                             Surabaya,    28  Januari 2015

Hal: Lamaran Pekerjaan

Yth. Rektorat
UNIPA (Universitas PGRI Adi Buana Surabaya)
di Surabaya

Dengan Hormat,
Dengan ini saya bermaksud mengajukan permohonan untuk sekiranya dapat diterima sebagai Dosen/Asisten Dosen  PG PAUD di UNIPA.
Adapun data diri saya sebagai berikut:
nama                                       : Devy Intan Pujiawati
tempat/Tangal Lahir              : Magetan, 02 Februari 1992
alamat                                     : Jalan Purubaya II Blok A.24 Kecamatan Magetan   
                    Kabupaten Magetan
telepon                                    : 085648877346
status                                       : Belum menikah
Saya adalah seorang yang menjunjung tinggi profesionalisme dan kedisiplinan dalam pekerjaan, dapat bekerja individu maupun team.
Sebagai  bahan pertimbangan bersama ini saya lampirkan :
·         daftar riwayat hidup ( curriculum vitae )
·         pas foto hitam putih terbaru ukuran 3 x 4
·         foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)
·         foto copy Kartu Tanda Mahasiswa (KTM)
·         foto copy Hasil Tes Toefl
·         transkip Nilai
·         foto copy Ijazah Terakhir

Demikian surat lamaran ini saya sampaikan, besar harapan saya bahwa Bapak/Ibu bersedia mempertimbangkan lamaran saya, dan atas perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.



                                                                                                           Hormat Saya


                                        Devy Intan Pujiawati, S. Pd



DAFTAR  RIWAYAT  HIDUP
(curriculum vitae)

Data Pribadi
Nama
Devy Intan Pujiawati, S. Pd
Alamat Rumah
Jalan Purubaya II Blok A.24 Kecamatan Magetan   
Kabupaten Magetan
Alamat Domisili
Medokan RK V N12 Rungkut Rungkut Surabaya
No. Telepon
085648877346
Email
Tempat / Tanggal Lahir
Magetan, 02 Februari 1992
Jenis Kelamin
Perempuan
Agama
Islam
Kewarganegaraan
Indonesia

Pendidikan
TK
TK Handayani Plaosan
1997-1998
SD
SD Negeri 2 Kepolorejo
1998-2004
SMP
SMP Negeri 1 Magetan
2004-2007
SMA
SMA Negeri 1 Magetan
2007-2010
Perguruan Tinggi
(S1)
Prodi Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
2010
(Ditempuh Dalam 3,5 Tahun)
Perguruan Tinggi
(S2)
DIKDAS Pendidikan Anak Usia Dini, PASCA SARJANA UNESA
2014-Sekarang
(Sedang di tempuh)

 


Pengalaman Organisasi
OSIS SMA Negeri 1 Magetan
Wakil Ketua Sie 4
2007 - 2008
PMR SMA Negeri 1 Magetan
Anggota
2003 - 2004
OSIS SMA Negeri 1 Magetan
Ketua Extra Karawitan
2008-2009
ESKUL PADUAN SUARA SMA Negeri 1 Magetan
Ketua
2010
Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI)
Ketua Bidang Qolaqoh
2010-2011
DEWAN LEGISLATIF MAHASISWA PG PAUD
Anggota
2010 - 2011
DEWAN LEGISLATIF MAHASISWA PG PAUD
Ketua KOMISI PENGAWASAN
2012
DEWAN LEGISLATIF MAHASISWA FIP
Anggota KOMISI ADVOKASI
2012


Riwayat Kerja
Guru privat SD di Surabaya
2011- Sekarang
Guru TK Islam AL FAJAR Surabaya
2014
Pengajar di LBB FBI (Forum Belajar Indonesia) di Surabaya
2012-Sekarang

Kemampuan
·         Pedagogi, afektif, dan psikomotor
·         Berkomunikasi dengan baik
·         Menguasai Bahasa Inggris Pasif
·         Mampu Bermain Opera (Drama Musikal)
·         Mampu Menari/Mencipta Gerak Tari
·         Mampu Bermain Keyboard
·         Mampu mengoperasikan Microsoft Office

Kepada:

Yth. Re
U



.





 

















                              

MODIFIKASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (Teams-Games Tournament) MELALUI PERMAINAN “DENGAR SUARAKU” PADA ANAK TK B


MODIFIKASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (Teams-Games Tournament) MELALUI PERMAINAN “DENGAR SUARAKU” PADA ANAK TK B



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
            Meningkatnya pemahaman masyarakat mengenai perbedaan individual mengakibatkan semakin tingginya tuntutan terhadap variasi metode pembelajaran dalam lingkup pendidikan. Masyarakat menuntut adanya perbaikan sistem pendidikan dari metode pembelajaran yang konvensional menuju metode-metode yang inovatif sehingga penyerapan konsep materi oleh anak dapat menjadi optimal. Selama ini metode pembelajaran konvensional seperti direct method digunakan sebagai solusi atas kondisi pembelajaran di kelas dengan jumlah siswa yang banyak (klasikal). Pembelajaran dengan metode semacam ini dirasa sangat efisien dan tidak membutuhkan usaha yang lebih mengingat konsep materi kegiatan sebagian besar disampaikan melalui ceramah. Guru memegang peranan penting sementara anak cenderung dijadikan objek pembelajaran dan mengabaikan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak-anak usia dini kita.
            Saat ini pemangku kebijakan telah menyadari bahwa pendidikan merupakan investasi masa depan. Sehingga upaya-upaya perbaikan sistem pendidikan terus dikembangkan. Salah satu upaya tersebut adalah perbaikan kurikulum yang di dalamnya mencakup metode pembelajaran di dalam kelas. Kurikulum 2013 yang digunakan hingga saat ini menempatkan anak sebagai subjek pembelajaran dan memainkan peran penting di dalam kelas, sementara guru berfungsi sebagai fasilitator. Anak dituntut untuk memiliki inisiatif dalam pembelajaran sehingga konsep materi yang akan dibahas dapat dipahami secara komprehensif. Selain itu K 13 akan sangat mendukung anak dalam rangka aktualisasi diri menyampaikan gagasannya.
            Salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas adalah metode pembelajaran kooperatif terutama metode pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament). Metode ini menekankan pada interaksi kerjasama selama kegiatan serta sosial emosional antar anak. Metode pembelajaran kooperatif tidak hanya tertuju pada pencapaian prestasi semata namun juga sangat tepat untuk melatih perkembangan anak. Melalui metode kooperatif tipe TGT, anak akan saling bercerita mengenai kegiatan yang akan mainkan. Metode kooperatif tipe TGT memiliki nilai lebih dalam hal mengakomodasi potensi masing-masing anak yang sangat beragam. Pada makalah ini akan membahas mengenai metode pembelajaran koorperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament).

B.     TUJUAN
1. Memahami metode pembelajaran kooperatif.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran kooperatif.
























BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas yang menyangkut strategi, tipe, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas (Nasikan, 2006:17).
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivisme, dimana siswa harus membangun pengetahuannya sendiri. Pembelajaran Kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman, dkk. 2003 : 206).

B.     Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Metode TGT (Teams-Games Tournament) dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward. Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja sama antarkelompok dengan mengembangkan kerja sama antarpersonal. Dalam pembelajaran ini terdapat penggunaan teknik permainan. Permainan ini mengandung persaingan menurut aturan-aturan yang telah ditentukan. Dalam permainan diharapkan tiap-tiap kelompok dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk bersaing agar memperoleh suatu kemenangan. Pembelajaran kooperatif dengan metode TGT ini memiliki kesamaan dengan metode STAD dalam pembentukan kelompok dan penyampaian materi tetapi menggantikan kuis dengan turnamen atau lomba dimana anak memainkan game atau permainan akademik dengan anggota tim atau kelompok lain untuk meyumbangkan poin bagi skor tim atau kelompoknya. Teman satu tim atau kelompok akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu anak sedang bermain dalam game atau permainan, teman yang lain tidak boleh membantu, dan guru perlu memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT ini anak sebelumnya telah belajar secara individual, untuk selanjutnya belajar kembali dalam kelompok masing-masing. Dan kemudian mengadakan turnamen atau lomba atau lomba dengan anggota kelompok lainnya sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Seperti karakteristik pembelajaraan kooperatif lainnya, TGT memunculkan adanya kelompok dan kerjasama dalam belajar. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, anak yang mempunyai kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda dijadikan dalam sebuah tim atau kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 anak. Sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif TGT sangat mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh anak tanpa harus membedakan adanya perbedaan status, melibatkan siswa sebagai tutor sebaya, dan adanya unsur reinforcement (penguatan).
Kemudahan penerapan TGT ini disebabkan dalam pelaksanaanya tidak adanya fasilitas pendukung yang harus tersedia seperti peralatan atau ruangan khusus. Selain mudah diterapkan dalam penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh anak untuk memperoleh konsep yang diinginkan.
Menurut Hopkins (Noornia, 1997:14) Teams-Games Tournament (TGT) merupakan bentuk pembelajaran kooperatif di mana setelah anak belajar secara individual, untuk selanjutnya dalam kelompok masing-masing anggota kelompok. Mengadakan turnamen atau lomba dengan anggota kelompok lainnya sesuai dengan tingkat kemampuannya. TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Model pembelajaran ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya,mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Edi Prayitno (2006: 7-8) mengemukakan bahwa dalam team games tournaments (TGT) setiap tim beranggotakan 4-5 orang yang memiliki kemampuan yang setara atas dasar hasil tes minggu sebelumnya. Siswa yang berprestasi paling rendah pada tiap kelompok mempunyai peluang yang sama untuk memperoleh poin bagi timnya sebagai siswa yang berprestasi tinggi. Meskipun keanggotaan tim tetap sama, tetapi tiga orang yang mewakili tim untuk bertanding dapat berubah berdasarkan penampilan dan prestasi masing-masing anggota. Sebagai contoh siswa yang berprestasi rendah yang sebelumnya bertanding melawan siswa yang kemampuannya setara dapat bertanding melawan siswa yang berprestasi lebih tinggi ketika mereka menjadi lebih mampu.
Dalam Jurnal Internasional The Effects Of Teams Games Tournaments 2010:
“When compared to the external control group, Team Competition students indicated significantly greater improvement on the SAT, reported a higher expectancy of success  at  the  game,  attached  more  importance  to game  success,  reported  more  interest  by  peers  in  their performance, and were more satisfied with the game task.The group classification in this cooperative technique is based on a grouping of four to five students per group. The different groups are each heterogeneous in respect of the learners’ abilities, gender and academic performance in the grade group.  This technique works on the principle of a weekly TGT in the form of games, i.e. an academic spelling tournament, with learners competing against the members of other teams to earn team points.  The winner in each team earns six points for his/her team. Everyone has an equal chance at success.  Team-mates help one another to prepare, but may not help one another during the games”
Jurnal diatas dapat diartikan dengan (Bila dibandingkan dengan kelompok control eksternal, siswa Kompetisi Tim menunjukkan peningkatan signifikan lebih besar pada SAT, melaporkan harapan keberhasilan yang lebih tinggi di permainan, melekat lebih penting untuk kesuksesan permainan, dilaporkan lebih tertarik oleh rekan-rekan dalam kinerja mereka , dan lebihpuas dengan tugas. Klasifikasi kelompok dalam teknik kooperatif didasarkan pada pengelompokan empat sampailima siswa per kelompok. Kelompok-kelompok yang berbeda masing-masing heterogen dalam hal, jenis kelaminkemampuan para peserta didik dan prestasi akademik pada kelompok kelas. Teknik ini bekerja pada prinsip TGT mingguan dalam bentuk permainan, yaitu turnamen eja anak ademik, peserta didik dengan bersaing melawan anggotatim lain untuk mendapatkan poin tim. pemenang di masing-masing tim mendapatkan enam poin untuknya / timnya. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Tim-pasangan saling membantu untuk mempersiapkan, tetapi tidak dapat membantu satu sama lain selama permainan).
C.    Komponen-Komponen dalam Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Secara umum ada 5 komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu:
1)      Penyajian Kelas (Class Presentations)
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas atau sering juga disebut dengan presentasi kelas (class presentations). Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah yang dipimpin oleh guru.
Pada saat penyajian kelas ini anak harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu anak bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game atau permainan karena skor game atau permainan akan menentukan skor kelompok.
2)      Kelompok (Teams)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang anak yang anggotanya heterogen dilihat dari perkembangan anak, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau permainan. Setelah guru memberikan penyajian kelas, kelompok (tim atau kelompok belajar) bertugas untuk mempelajari tugas yang diberikan. Dalam belajar kelompok ini kegiatan anak adalah mendiskusikan masalah-masalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep temannya jika teman satu kelompok melakukan kesalahan.
3)      Permainan (Games)
Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat anak dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana. Game atau permainan ini dimainkan pada meja turnamen atau lomba oleh 3 orang anak yang mewakili tim atau kelompoknya masing-masing. Anak yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan anak untuk turnamen atau lomba mingguan.
4)      Turnamen atau Lomba (Tournament)
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan terjadi. Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presensi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja siswa (LKS). Turnamen atau lomba pertama guru membagi anak ke dalam beberapa meja turnamen atau lomba. Tiga anak tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5)      Penghargaan Kelompok (Team Recognition)
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor mendapat bintang 4, “Great Team” apabila rata-rata skor mendapat bintang 3 dan “Good Team” apabila rata-ratanya skor mendapat bintang 2 kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para siswa atas prestasi yang telah mereka buat.
Sesuai dengan kelima komponen diatas, maka secara singkat skenario dalam model TGT ini adalah sebagai berikut:
a)      Guru menyampaiakan tujuan yang ingin dicapai dan menyampaiakan materi yang akan dibahas pada hari itu. Kemudian membuat kelompok anak heterogen 4-5 orang, kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan.
b)      Menyiapkan meja turnamen atau lomba secukupnya, misal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 anak yang berkemampuan setara, meja pertama diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja kesepuluh ditempati oleh anak yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap anak yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
c)      Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen atau lomba, setiap anak mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit). Anak bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen atau lomba untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Anak pada tiap meja turnamen atau lomba sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar)  superior, very good, good dan medium.
d)     Begitu juga untuk turnamen atau lomba ketiga-keempat,  dan seterusnya. Dan dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen atau lomba sesuai dengan sebutan gelar tadi, anak superior dalam kelompok meja turnamen atau lomba yang sama, begitu pula untuk meja turnamen atau lomba yang lainnya diisi oleh anak dengan gelar yang sama.
e)      Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
D.    Pentingnya Pembelajaran Kooperatif Model TGT
            Dalam Jurnal Nasional pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Anak :
Model TGT membawa pengaruh besar khususnya terhadap kemampuan anak dalam hal aspek afektif. Dengan pembelajaran kooperatif model TGT, anak akan meningkatkan kerjasama dengtan teman, saling membantu, berani bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru atau dari teman sejawat mengenai suatu materi yang dipelajari serta dapat meningkatkan kemampuan anak yang lain, sehingga pembelajaran tidak hanya diihat dari peningkatan dari aspek kognitif saja, akan tetapi juga dilihat dari aspek afektif.
Penerapan pembelajaran kooperatif model TGT memang sangat penting, karena TGT sebagai bagian dari metode pembelajaran dalam K 13 mampu memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi jika dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Berikut tinjauan dari konsep kompetensi yang disebutkan Gordon (Mulyasa, 2002:38-39):
1)      Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam aspek kognitif, dengan menggunakan TGT pengetahuan anak mengenai konsep materi akan lebih mendalam karena dalam TGT ada unsur tutor sebaya.
2)      Pemahaman (understanding); yaitu kedalam kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Di samping memahami meteri pelajaran dengan TGT anak juga dilatih untuk memahami perasaan orang lain.
3)      Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Kompetensi ini dapat dengan mudah diperoleh anak, karena dalam TGT mengembangkan banyak kompetensi diantaranya membuat pertanyaan dan menjelaskan kepada anak lain.
4)      Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Kompetensi ini pada TGT terkandung dalam kejujuran dalam merahasiakan soal masing-masing individu, keterbukaan dalam memberikan penjelasan kepada teman lain dan demokrasinya terlihat ketika berdiskusi untuk menyatukan pendapat yang berbeda.
5)      Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang akan datang dari luar. Kompetensi sikap diperoleh anak karena dalam TGT anak belajar dengan kelompok masing-masing tanpa ada tekanan dari guru, sehingga anak merasa senang dan santai.
6)      Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Adanya turnamen dalam TGT meningkatkan minat belajar anak untuk mempelajari konsep materi.
Jika ditinjau dari prinsip pendukung pengembangan K 13 yang tercantum dalam Depdiknas pembelajaran kooperatif model TGT merupakan metode pembelajaran yang benar-benar efektif dan efisien. Berikut ini analisis penerapan pembalajaran kooperatif model TGT terhadap prinsip pendukung pengembangan K 13.
1)      Berpusat pada peserta didik
Dalam TGT anak diposisikan sebagai subjek belajar, artinya yang melaksanakan K13 adalah anak. K 13 dengan TGT ini dilakukan dengan melakukan turnamen yaitu saling menanyakan antar anggota dalam kelompok, sehingga konsep diperoleh berdasarkan hasil diskusi dalam masing-masing kelompok dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
2)      Mengembangkan kreativitas anak
K 13 perlu dipilih dan dirancang agar memberikan kesempatan dan kesempatan anak untuk berkreasi secara berkesinambungan guna mengembangkan dan mengoptimalkan kreativitas anak. Pada TGT pengembangan kreativitas ini terwujud dengan pemberian tugas individu siswa.
3)      Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang
Proses pembelajaran dalam TGT dilaksanakan oleh setiap kelompok sehingga dapat berjalan lebih rileks. Suasana belajar yang menyenangkan sangat diperlukan karena otak tidak akan bekerja secara optimal bila perasaan dalam keadaan tertekan. Selain itu dalam turnamen pada proses pembelajaran TGT setiap anak bersaing untuk memperoleh nilai yang setinggi-tingginya, sehingga dengan persaingan tersebut anak akan merasa lebih tertantang untuk menjadi yang terbaik.
4)      Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai
Anak akan belajar secara optimal jika pengalaman belajar yang disajikan dapat mengembangkan berbagai kemampuan seperti kemampuan logis matematis, bahasa, musik, kinestetik, dan kemampuan inter ataupun intra personal. Pengembangan kemampuan dalam TGT terbukti dengan adanya tugas, kerjasama untuk saling melengkapi dalam memperoleh konsep yang benar dan adanya kebiasaan untuk berusaha memahami anak lain.
5)      Menyediakan pengalaman belajar yang beragam
Keragaman pengalaman belajar menuntut keragaman penyediaan sumber belajar, keragaman cara penilaian, keragaman tempat belajar, keragaman waktu, dan keragaman organisasi kelas. Pengalaman belajar juga menyediakan proporsi yang seimbang antara pemberian informasi dan penyajian terapannya. Metode TGT memberikan pengalaman yang sangat beragam pula diantaranya cara memberikan penjelasan kepada orang lain, melakukan penilaian dan cara bekerjasama dalam suatu tim. Penyediaan proporsi yang seimbang dalam TGT terbukti adanya perlengkapan konsep oleh guru yang memerlukan adanya tambahan media atau bahan amatan, seperti: ape, model atau bahan asli.
6)      Belajar melalui berbuat
Melalui TGT anak belajar berbuat untuk memperoleh konsep dengan bekerjasama dalam setiap kelompok. Hasil belajar akan meningkat bila kegiatan pembelajaran dalam TGT dikondisiskan sedemikian rupa agar anak melakukan kegiatan praktis, seperti penggunaan telinga untuk mendengarkan penjelasan teman.

E.     Kekurangan dan Kelebihan pada Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Dalam Jurnal Nasional Biodidaktis, volume 5, Nomor 1, Desember 2011 :
Depdiknas ( 2000 ) menegaskan dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembelajran koopertaif mempunyai kelebihan : 1. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu 2. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam 3. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan anak (Student Center) 4. Mendidik anak untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain 5. Rasa harga diri lebih tinggi 6. Memperbaiki kehadiran 7. Motivasi belajar tinggi 8. Hasil perkembangan belajar lebih tinggi 9. Retensi lebih lama 10. Meningkatkan kebaikan budi kepekaan, dan toleransi.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
a)      Model TGT tidak hanya membuat anak yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi anak yang memiliki perkembangan lebih lambat juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya.
b)      Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.
c)      Dalam model pembelajaran ini, membuat anak lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada anak atau kelompok terbaik.
d)     Dalam pembelajaran anak ini membuat anak menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini.

Kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
a)      Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat lama.
b)      Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk model ini.
c)  Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya membuat pertanyaan atau permainan, dan guru harus tahu urutan perkembangan anak dari yang tercepat hingga terlambat.





F. Permainan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe TGT
“Dengarlah suaraku!

Kelompok                       :TK B
Tema                               : Binatang / jenis binatang/ binatang peliharaan (suara binatang)
Kegiatan                          : Menebak macam-macam suara binatang
Konsep                            : Mengenal macam-macam suara binatang
TujuanKegiatan               :
·         A = Anak TK B
·         B = Mampu mengenal empat macam suara binatang yang sudah direkam
·         C = Setelah perdengarkan suara rekaman
·         D =Denganbenar sesuai suara yang didengarkan
Metode                        :
·         Bermain, bercakap-cakap
Bahan dan alat                        :
1.      2 Hp
2.      2 Headset
Prosedur/Petunjuk       :
A.    Pembukaan
1.      Sebelum masuk ke kelas, anak berbaris di halaman dan masuk kelas dengan bergiliran
2.      Ketika dalam kelas, anak dipimpin untuk berdoa bersama sebelum memulai kegiatan. Setelah itu anak dibiasakan untuk mengucapkan salam.
3.      Untuk menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, guru memimpin untuk bernyanyi“ Anak ayam” bersama.
B.     Inti
1.      Sebelum memulai kegiatan, guru bercakap-cakap tentang berbagai macam suara hewan. Misalnya, suara kucing meong, meoang.
2.      Guru memberikan suatu permainan yang berhubungan dengan suara. Permainnya yaitu menebak macam-macam suara binatang (kucing, burung, ayam, anjing)
3.      Sebelumnya, guru menjelaskan tentang permainan dan kesepakatan yang akan dilakukan.
4.      Kemudian guru membagi anak menjadi dua kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari tiga orang.
5.      Dua kelompok yang sudah dibagi, diminta berjajar menjadi 2 banjar.
6.      Setelah itu guru memanggil anak yang paling depan dari masing-masing kelompok untuk maju dan mendengarkan suara apa yang ia dengarkan melalui heatset.
7.      Ketikaanak yang paling depanberhasilmenjawabdenganbenar, kemudiananak “Tos” dengan teman yang ada di belakangnya dan lari kebarisan yang paling belakang.
8.      Kemudian begitu seterusnya sampai semua anak mendapatkan giliran
C.     Penutup
1.      Tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilaksanakan, yaitu bertanya jawab tentang berbagai suara hewan.
2.      Bernyanyi bersama lagu “Hely”
3.      Beres-beres untuk bergegas pulang
4.      Berdoa
5.      Salam
6.      Pulang
KriteriaPenilaian :
= Anak mampu mengidentifikasi empat macam suara hewan setelah diperdengarkan suara hewan, dengan benar sesuai suara yang didengarkan.
= Anak mampu mengidentifikasi tiga macam suara hewan setelah diperdengarkan suara hewan, dengan benar sesuai suara yang didengarkan.
= Anak mampu mengidentifikasi dua macam suara hewan setelah diperdengarkan suara hewan,dengan benar sesuai suara yang didengarkan.
= Anak mampu mengidentifikasi satu macam suara hewan setelah diperdengarkan suara hewan, dengan benar sesuai suara yang didengarkan.

BAB III
KESIMPULAN

1.      Model pembelajaran kooperatif adalah pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas yang menyangkut strategi, tipe, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas.
2.      Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivisme, dimana anak harus membangun pengetahuannya sendiri.
3.      Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran yang mengacu pada pendekatan kerja sama antar kelompok dengan mengembangkan kerja sama antarpersonal.
4.      Model pembelajaran TGT mempunyai lima komponen penting, yaitu: penyajian kelas, kelompok, permainan, turnamen atau lomba atau perlombaan, dan penghargaan kelompok.
5.      Pembelajaran TGT dapat diterapkan pada berbagai pengenalan konsep.














DAFTAR PUSTAKA

Devries, Hulton. (1976). The Effects Of Teams Games Tournament.
Anonim. 2010. Model Pembeajaran Kooperatif Tipe TGThttp://suhadinet.wordpress.com.            Diakses tanggal 17 Mei 2015, pukul 09.09 WIB.
Depdiknas.2000.Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatf Tipe Teams Games Tounament (TGT). Volume 5, Nomor 1, Desember 2011.
Devries, Hulton. (1976). The Effects Of Teams Games Tournament.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
ISSN: 2231-5373 International Journal of Mathematics Trends and Technology, 2012.
ISSN : 1907-7157 Model Belajar Teams Games Tounament ( TGT ), 2002.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Rosdakarya.
Nasikan. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pada Pokok Bahasan Logika Matematika di SMK PGRI Sukodadi. Lamongan: UNISDA.
Sharan, Shlomo. 2009. HANBOOK OF COOPERATIVE LEARNING: Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran untuk Memacu Keberhasilan Siswa Di kelas. Yogyakarta: Imperium.
Slavin, E.R. (1995). Cooperative Learning. Teory, Research and Practice. Seccond Edition. Boston: Allyn and bacon.
Sobel, max a., dan Maletsky, evan m. 2004. Mengajar Matematika: Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas, dan Strategi. Jakarta: Erlangga.