Selasa, 28 April 2015

Perencanaan Pembelajaran AUD



1   1.   PENDEKATAN
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif  (Sanjaya,  2008:127).
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,  menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

      2.   MODEL
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.Nah, berikut ini ulasan singkat tentang perbedaan istilah tersebut. Kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran.
Klasifikasi :
  1. Konstruktivisme
  2. Inquiry
  3. Life skill
  4. Integrated approached
  5. STS/STM (Sain Teknologi Masyarakat)
  6. Cooperatif  Learning


3.     METODE
Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode. Metode  adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran.
Secara teknis ada beberapa metode yang tepat untuk diterapkan pada anak usia dini, antara lain :
            1.   Ceramah
2.   Bermain
3.   Bercerita
4.   Bernyanyi
5.   Bercakap ( dialog dengan tanya jawab )
6.   Karya wisata
7.   Praktik langsung
8.   Bermain peran ( sosio-drama )
9.   Penugasan
10. Demonstrasi
11. Eksperimen
12. Diskusi
13. Pemecahan masalah (problem solving)
14. Latihan
4. MEDIA PEMBELAJARAN
Secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar  sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.
Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.

Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan “audio-visual”. Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:
      Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
      Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
      Projected still media : slide; over head projektor (OHP), LCD Proyektor dan sejenisnya
      Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
      Study Tour Media : Pembelajaran langsung ke obyek atau tempat study seperti Museum, Candi, dll.

4. SUMBER PEMBELAJARAN
Sudjana (Suratno, 2008), menuliskan bahwa pengertian Sumber Belajar bisa diartikan secara sempit dan secara luas. Pengertian secara sempit diarahakan pada bahan-bahan cetak. Sedangkan secara luas tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung.






MACAM SUMBER PEMBELAJARAN



5.  PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu (1) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) (2) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
6. BAHAN AJAR
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
7. BAHAN PEMBELAJARAN
            Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Bahan pembelajaran adalah materi yang harus di pelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai standar kompetnsi dan Kompetensi Dasar.





8. DESAIN PEMBELAJARAN
            Desain pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2005:136) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan. Komponen utama dari desain pembelajaran adalah: 1. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan  dikuasai  oleh pembelajar.
2. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik  mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
3. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan  dipelajari.
4. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau  mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar. Bahan Ajar, adalah format materi  yang akan diberikan kepada pembelajar.
5. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi  yang sudah  dikuasai atau belum.
9. PENGERTIAN TEKNIK PEMBELAJARAN
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien? Dengan demikian sebelum seorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi.
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (2005: 1158) teknik adalah metode atau sistem mengerjakan sesuatu, cara membuat atau seni melakukan sesuatu. Gerlach dan Ely (Hamzah B Uno, 2009: 2) mengartikan teknik sebagai jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai. Teknik secara harfiah juga diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengaplikasikan dan mempraktikkan suatu metode.
Wikipedia mendefinisikan pembelajaran sebagai setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Khusus untuk pengertian teknik pembelajaran, Sudrajat (2008:1) menjelaskan teknik pembelajaran sebagai cara yang dilakukan pengajar dalam menerapkan metode pembelajaran tertentu.
Menurut Femilla, Macam-macam teknik pembelajaran meliputi teknik syarahan, Teknik perbincangan, Teknik projek, Teknik penyelesaian masalah, Teknik dapatan, Teknik permainan, Teknik kooperatif.
Menurut shintiaminandar, jenis teknik pembelajaran terbagi dua, yaitu:
 1) Teknik Pembelajaran Teknik Umum (Teknik Umum Mengajar) adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk semua bidang studi; 2) Teknik Khusus (Teknik Khusus Pengajaran Bidang Studi Tertentu) adalah cara mengajarkan (menyajikan atau memantapkan) bahan- bahan pelajaran bidang studi tertentu.
10. STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa (Gerlach dan Ely). Strategi belajar-mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pengajarannya (Dick dan Carey). Strategi belajar-mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu dengan kata lain strategi belajar-mengajar juga merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai (Gropper). Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan. Karena setiap materi dan tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, makajenis kegiatan yang harus dipraktekkan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula.
Menurut Gropper sesuai dengan Ely bahwa perlu adanya kaitan antara strategi belajar mengajar dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Ia mengatakan bahwa strategi belajar-mengajar ialah suatu rencana untuk pencapaian tujuan. Strategi belajar-mengajar terdiri dari metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin siswa betul-betul akan mencapai tujuan, strategi lebih luas daripada metode atau teknik pengajaran.

11. SILABUS
Pengertian Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus harus disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian perkembangan  dasar.
            Silabus pembelajaran di PAUD Formal  dituangkan dalam bentuk perencanaan semester, perencanaan mingguan dan perencanaan harian
1.      Perencanaan Semester
Perencanaan semester merupakan program pembelajaran yang dipetakan berisi jaringan tema, bidang pengembangan, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang ditata secara urut dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya ke dalam semester 1 dan 2.
2.       Perencanaan Mingguan
Perencanaan mingguan disusun dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM). SKM merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan keluasan pembahasan tema dan subtema.
3.       Perencanaan Harian
Perencanaan harian disusun dalam bentuk satuan kegiatan harian (SKH). SKH merupakan penjabaran dari satuan kegiatan mingguan (SKM). SKH memuat kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara individual, kelompok, maupun klasikal dalam satu hari. SKH terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat/makan, dan kegiatan akhir.
12.   MATERI AJAR
            Materi ajar adalah segala bentuk materi yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Materi yang dimaksud bisa berupa materi tertulis, maupun materi tidak tertulis.



Minggu, 26 April 2015

Contoh Daftar Isi Proposal Tesis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR BAGAN iv
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang ..................................................................................................................1
B.  Rumusan Masalah...............................................................................................................8
C.  Tujuan Penelitian.................................................................................................................9
D.  Manfaat Penelitian..............................................................................................................9
E.   Asumsi Penelitian..............................................................................................................10
F.      Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian…………………………………………......11
G.    Definisi Operasional……………………………………………………………………..12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.    Pendekatan Outdoor Learning....................................................................................... 12
1.      Pengertian Pendekatan Outdoor Learning................................................................12
2.      Langkah-langkah Pendekatan Outdoor Learning................................................... ..14
3.      Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Outdoor Learning……………….………......14
4.      Tujuan Pendekatan Outdoor Learning......................................................................16
5.      Persiapan Pendekatan Outdoor Learning………………………………………………..19
B.     Konsep Bilangan.............................................................................................................22
1.      Pengertian Konsep Bilangan......................................................................................22
2.      Kemampuan Mengenal konsep Bilangan.......................................... …………….....23
3.      Teori Konsep Bilangan..............................................................................................24
C.   Konsep Sains………………...………...……………………………………………....30
1.      Pengertian Konsep Sains…………………………………………………………...30
2.      Ketrampilan Sains………………………………………………………………….31
3.      Tujuan Pembembelajaran Sains.................................................................................37
4.      Ruang Lingkup Pembelajaran Sains……………………………………………...…39
D.    Hasil Penelitian Yang Relevan………………………………………………………......42
E.     Kerangka Berfikir……………………………………………………………………....43
BAB III METODE PENELITIAN
A.    Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................................................................45
B.     Rancangan Penelitian ......................................................................................................45
C.     Populasi dan Sampel………….......................................................................................48
D.    Lokasi dan Obyek Penelitian…………………...............................................................49
E.     Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................49
F.      Instrumen Penelitian..................................................................................................... .51
1.      Prosedur Pengembangan Lembar Observasi ............................................................51
2.      Konstruksi Lembar Observasi .................................................................................52
3.      Penilaian .................................................................................................................54
4.      Validitas..................................................................................................................54
5.      Reliabilitas ............................................................................................................. 55
G.    Teknik Analisis Data......................................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................61


Kamis, 16 April 2015

SIFAT-SIFAT PEMAHAMAN ANAK DALAM NILAI-NILAI AGAMA DAN MORAL




           
SIFAT-SIFAT PEMAHAMAN ANAK DALAM NILAI-NILAI AGAMA DAN MORAL

 Devy Intan Pujiawati, S. Pd


Pemahaman dan penanaman nilai agama dan moral yang semakin bertambah, akan sangat membantu anak dalam melakukan komunikasi secara baik, yang memungkinkan anak diterima oleh lingkungan social sekitar dengan baik. Seiring dengan meningkatnya perkembangan moral pada anak maka meningkat pulalah ketrampilan sosialisasi anak. Kita juga sering mendengar anak bertanya dengan polosnya. Tidak jarang mereka mampu mengajukan pertanyaan dengan jeli dan kritis. Bahkan anak masih memiliki persepsi yang keliru dalam memahami konsep. Unreflektif, egocentis, misunderstand, verbalis dan ritualis, merupakan sifat-sifat pemahaman anak terhadap nilai-nilai keagamaan.
1.      UNREFLEKTIF
      Menurut John Eckol (1995) islilah unreflektif dapat dimaknai sebagai tidak mendalam/ tidak/kurang dapat memikarkan secara mendalam atau anak tidak dapat menerangkannya. Artinya salah satu sifat anak dalam memahami pengetahuan yang berkaitan dengan hal-hal yang abstrak seperti pengetahuan / ajaran agama tidak merupakan hal yang harus dipedulikan dengan serius. Kalaupun mereka belajar dan mengerjakannya, itu mereka lakukan dengan sikap dan sifat dasar kekanakannya, tidak serius, bercanda, dan main-main asal mengikuti apapun yang diperintahkan kepadanya.
            Seperti diminta gurunya mengerjakan ibadah solat berjamaah dengan tertib, maka sangat manusiawi jika ada yang mengerjakan dengan bercanda, main-main, dan kurang serius. Contoh lain ketika anak belajar mengucapkan hafalan doa kita dapat mendengarkan kemampuan vokalnya yang kurang maksimal. Terkadang masih cadel, pelo, dan kurang sempurna.
            Hal demikian jangan kita jadikan sebagai sebuah masalah ketidak berhasilan suatu kompetensi belajar, namun harus dijadikan sebagai hal yang objektif itulah hakikat anak dengan prestasi dan kompetensi sesungguhnya, yang harus kita hargai dengan baik, tidak memaksakan kehendak seperti memaksa untuk mengikuti/mencontoh dengan tepat dan persis serta tidak member hukuman dan memarahi anak.
2.      EGOCENTRIS
            Sifat yang kedua ini memiliki makna bahwa pada diri anak sesuai dengan perkembangan kejiwaannya, lebih mementingkan kemauannya sendiri dalam segala hal. Tidak peduli dengan urusan orang lain dan lebih terfokus pada hal-hal yang menguntungkan dirinya. Demikian pula dengan sifat anak dalam mempelajari nilai-nilai agama yang dipelajarinya. Anak sering bertindak kurang konsisten terhadap apa yang mereka kerjakan. Terkadang anak begitu rajin mengerjakna kegiatan keagamaan seperti membaca kitap suci, belajar sembahyang, dan pergi ke tempat ibadah. Namun disisi yang lain, kita tak jarang menemukan perilaku yang sebaliknya. Meski berulang kali mengingatkan anak untuk melakukan kegiatan tersebut, namun jika anak tidak mood, malas, dan lebih asyik bermain maka semua perintah dan anjuran kitapun tidak dipedulikannya.
            Memperhatikan sifat egocentris ini, maka kita sebagai orangtua dan guru sangat tepat apabila menganggap bahwa sifat tersebut merupakan hal yang wajar, karena memang kondisi psikologis anak yang masih labil dan belum matang. Kita harus memaklumi itu, namun tidak berarti membiarkan tanpa upaya pada arah yang positif. Kita harus tetap melakukan pendekatan yang progresif, dan tetap menggunakan pendekatan penyadaran kepada anak.
3.      MISUNDERSTANDING
Seperti yang diungkapkan oleh system pendidikan neo humanis dalam masalah Spiritualitas dikatakan bahwa: bagi anak kecil, segala-galanya itu semua hidup, dan menjadi sumber kekaguman (I. Ketut, 1999: 84). Ketika mendengar bahwa Allah itu Maha Besar maka akan muncul pemahaman yang keliru dari diri anak yang membayangkan bahwa Tuhan itu seperti raksasa. Ketika anak mendapat penjelasan bahwa Allah bersifat Maha Pemberi/Penyayang maka anak pun akan membayangkan bahwa dia bias diberi uang, kue, atau es cream langsung dari Tuhan jika melakukan permohonan melalui doa. Serta ketika anak mendengar bahwa Allah Maha Melihat, akan terbayang pada pemikiran anak, seberapa besar mata Tuhan itu.
Kejelian dan kedewasaan adalah syarat yang seharusnya dimiliki oleh setiap guru dan orangtua dalam hal tersebut. Sebab apabila kita tidak demikian maka akan banyak terjadi para guru dan orang tua melakukan pendekatan yang kurang tepat seperti mencemooh, menyalahkan anak langsung di depan teman-temannya, mempermalukan anak di depan kelas hanya karena anak mengungkapkan kekeliruan dalam pemahaman tersebut.
4.      VERBALIS DAN RITUALIS
Seperti yang diungkapkan oleh Elizabeth B. H (1997:188); setiap anak belajar berbicara, mereka berbicara hamper tidak putus-putusnya. Keterampilan baru yang diperoleh, menimbulkan rasa penting bagi mereka. Diperkirakan bahwa rata-rata anak yang berusia 3-4 tahun menggunakan 15.000 kata setiap hari atau dalam setahunnya menggunakan kata kira-kira 5,5 juta kata. Kondisi seperti itu dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan nilai-nilai agama pada diri mereka, dengan cara memperkenalkan istilah, bacaan, dan ungkapan yang bersifat agamis. Seperti shalat, naik haji, infak, berjamaah, hafalan doa, hafalan surat-surat pendek, nama malaikat, dll, sekaligus dapat dijadikan sebagai latihan pengembangan verbal mereka. Kadang sering kita temui ketika anak mengenalsatu kata baru anak selalu menggunakan kata tersebut dalam setiap berbicara terlepas cocok atau tidaknya menggunakan islilah tersebut dengan konteks yang dimaksud anak.
Demikian halnya dengan hakikat anak prasekolah dalam melakukan sesuatu. Menurut landasan keilmuan tentang bagaimana anak prasekolah belajar. Hal-hal yang perlu diperhatikan orangtua dan guru ialah: anak membutuhkan latihan dan rutinitas, pengalaman langsung adalah hal yang kritis bagi anak (Early Childhood Education & Development Center, 2003 : 14, 16). Melakukan sesuatu secara berulang adalah suatu keharusan dan kesenangan bagi anak. Mereka tak pernah bosan melakukan sesuatu dalam frekuensi tinggi atau rentang waktu yang singkat. Rutinitas juga menjadi hal penting dalam kehidupan anak karena pengulangan(repetisi) merupakan keharusan dalam proses belajar anak dan rutinitas menjadi hal yang krusial dalam mengembangkan kebiasaan yang baik.
Kondisi seperti itu seharusnya dapat dijadikan landasan untuk mengembangkan nilai-nilai agama pada anak, melalui strategi atau pendekatan praktek langsung. Misalnya kita dapat mengenalkan kegiatan praktek sholat, berwudhu, berkunjung ke masjid, dll. Pengalaman nyata seperti itu akan memberikan pengalaman belajar yang baik bagi pembentukan moralitas anak. Sehingga anak tidak melulu dijejali dengan hal-hal yang bersifat informatif.
5.      IMITATIVE
            Kemampuan anak dalam fase perkembangannya masih berada dalam tahap dasar. Anak belajar dari apa yang pernah dilihat sebagai pengalaman belajar. Hal ini dilandasi oleh masih terbatasnya kemampuan anak dalam mengungkapkan kata-kata, kebaranian bertanya dan mengeluarkan gagasan sehingga lebih banyak meniru dari orang disekitarnya (Satibi 2008). Hal ini dapat menjadi pendorong bagi guru dan orang tua agar mampu menjadi sosok manusia yang memberikan contoh yang terbaik yang akan mereka tiru. Kita harus mempersiapkan diri dengan menguasai materi agar pengucapan doa, gerakan sholat, dll yang kita contohkan sempurna, sehingga apa yang kita ajarkan kepada mereka dapat memberikan contoh yang baik dan benar.
Daftar Pustaka
Developmentally Appropriate Practice. 2003. Bandung: Al Mabrur.
Hurlock, E. B. 1997. Perkembangan Anak I dan II. Jakarta: Erlangga.
Ketut I. Anak Masa Depan. Jakarta: Persatuan ananda Marga Indonesia.
Satibi H. O. (2008). Metode Pengembangan Moral dan Nilai-Nilai Agama. Jakarta: Universitas
              Terbuka.