Aliran-aliran
Dalam Perkembangan
Anak Usia Dini
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di
dalam suatu kehidupan semua makhluk hidup mengalami perkembangan dan
pertumbuhan termasuk juga dengan manusia yang mengalami perkembangan atau
secara singkat dapat disebut dengan proses menuju kematangan (kedewasaan). Pentingnya pendidikan telah dirasakan oleh manusia,
setiap manusia memerlukan pendidikan. Hingga pendidikan sangat diprioritaskan
dalam suatu negara, khusunya di Indonesia. Pendidikan merupakan upaya untuk
mengembangkan potensi pesrta didik. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan
berarti bimbingan yang diberikan secara sengaja oleh pendidik kepada anak didik
agar menjadi dewasa. Atau dapat dikatakn bahwa pendidikan adalah tuntunan
kepada pertumbuhan manusia mulai dari lahir sampai tercapainya kedewasaan dalam
jasmaniyah dan rokhaniyah. Selain itu, pendidikan adalah hal yang mutlak pada
diri manusia.
Dilihat dari kehidupan sehari-hari perkembangan berlangsung dalam waktu yang cukup
lama berbagi macam teori pun muncul yang membahas tentang perkembangan manusia.
Untuk dapat mendidik dan mengembangkan
pendidikan tesebut, maka banyak macam-macam aliran pendidikan yang digunakan
untuk memecahkan itu semua. Diantara aliran tersebut adalah aliran empirisme,
aliran nativisme, dan aliran konvergensi. Teori-teori
tersebut dikemukakan oleh psikolog yang berbeda-beda dan tentu saja pandangan
dan pendapat yang mereka kemukakan pun berbeda-beda. Dalam makalah ini kami
menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan yang meliputi aliran
nativisme, empirisme, dan konvergensi.
B. Rumusan masalah
1. Apakah anak perlu
bersosialisasi?
2. Apa
sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pentingnya
Sosialisasi Bagi AUD
Proses
sosialisasi sangat penting bagi manusia karena proses sosialisasi berlangsung
sepanjang hidup dan karena manusia adalah makhluk sosial,makhluk yang tidak
bisa hidup tanpa orang lain,yang sangat membutuhkan teman,membutuhkan
bantuan,membutuhkan keakraban,membutuhkan komunikasi serta membutuhkan
interaksi dengan orang lain,dll. Melalui sosialisasi seseorang akan terbentuk
kepribadian,pembentukan kepribadiannya melalui
proses sosialisasi yang dilakukan melalui interaksi sosial, proses sosialisasi
yang dilakukan melalui proses pendidikan dan pengajaran,dll.
Anak memang dilahirkan seorang diri, namun anak tetap
membutuhkan sosialisasi. Dapat dilihat ketika dalam kandunganpun ia sudah
bersosialisasi dengan ibunya. Beberapa ahli neurologi mengatakan bahwa selama 9
bulan masa kandungan, dalam setiap menit di produksi kurang lebih 250.000 sel
otak. Stimulasi yang terjadi dalam sel otak ini yang membuat otak bayi dapat
berkembang. Disaat otak anak berkembang pesat, anak mampu menyerap semua
rangsangan yang didapatnya dari lingkungan seperti mendengarkan musik atau
suara yang bersifat religious, serta suara ayah dan ibunya sekalipun. Sejak
dini orang tua harus memberikan pendidikan dan berbagai sosialisasi dengan
sebaik-baiknya, karena semua yang diterima anak akan terekam dan terbawa
sepanjang hidupnya.
Anak yang sudah terbiasa untuk bersosialisai dengan
orang lain sejak kecil akan lebih mudah bergaul dan memiliki percaya diri yang
cukup tinggi. Tingginya tingkat kecerdasan anak tidak menjamin bahwa ia akan
menjadi anak yang berprestasi, begitu pula anak yang berprestasi belum tentu
menjadi anak yang memiliki pribadi yang memiliki moral yang baik jika ia tidak
mendapat pendidikan yang baik dari orang tuanya. Perkembangan yang terjadi di
usia emas (o-6 tahun) seperti perkembangan fisik, motorik, kognitif, emosional,
bahasa dan sosial berlangsung begitu pesat. Apabila kita memberikan kesempatan
kepada anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, maka diharapkan
mereka akan banyak mempelajari sesuatu yang akan berguna bagi kehidupannya
kelak, seperti belajar mengendalikan diri, belajar berempati pada orang lain,
bersikap toleransi, keinginan untuk berbagi, dan lainnya yang akan berhubungan
dengan kecerdasan emosi anak.
B. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pertumbuhan
1. Aliran
Nativisme – Teori Kematangan (Maturasional Theory)
Aliran ini berpendapat bahwa pertumbuhan
dan perkembangan individu lebih ditentukan oleh faktor keturunan, bawaan atau
faktor internal atau endogen. Salah satu teori yang beraliran nativisme adalah
teori kematangan, dikemukakan oleh Arnold Gessel (1954), di pengaruhi oleh
teori “rekapitulasi” yang didalamnya terdapat pandangan bahwa perkembangan
individu mencerminkan bahwa perkembangan umum pada speciesnya (species adalah
rumpun makhluk hidup).
Menurut pandangan
Gessel dapat dikatakan, bahwa perubahan biologis yang terjadi pada diri anak
menunjukkan perkembangan yang teratur dan mengikuti tahap-tahap unit,
kecepatan. Perkembangan pada setiap tahap perkembangan tidak sama untuk setiap
individu. Individu berkembang dengan kecepatan atau iramanya masing-masing,
namun dengan mengikuti pola urutan perkembangan yang relatif sama pada setiap
individu. Gessel berpendapat bahwa yang paling berpengaruh terhadap
perkembangan individu adalah faktor internal. Dia menyatakan bahwa kematangan
sebagai suatu proses cenderung lebih dikontrol oleh faktor internal, dalam hal
ini keturunan atau bakat, faktor eksternal juga berpengaruh, namun hanya
bersifat berkala. Dengan demikian perkembangan individu yang erat kaitannya
dengan masalah kematangan lebih dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat
dibandingkan dengan pengaruh faktor lingkungan.
Jauh sebelum teori Gessel muncul telah
lahir seorang filsuf dari prancis bernama Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
yang inti pandangannya merupakan titik mula dari teori kematangannya gessel.
Pandangan Rousseau menjadi titik tolak dari pandangan yang menitik beratkan
faktor dunia dalam atau faktor keturunan sebagai faktor yang lebih menentukan
perkembangan peserta didik.
Karakter yang diperlihatkan oleh seseorang bersifat
intrinsik, oleh karena itu pandangan Rosseau digolongkan kepada pandangan yang
beraliran “Nativisme”.
Semenjak dari dalam kandungan, janin tumbuh
menjadi besar dengan sendirinya, dengan kodrat-kodrat yang dikandungnya
sendiri. Diantara faktor-faktor di dalam dirinya yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan individu adalah:
a. bakat atau pembawaan
Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat
tertentu. Bakat ini dapat diumpamakan sebagai bibit kesanggupan atau bibit
kemungkinan yang terkandung dalam diri anak. Setiap individu memiliki
bermacam-macam bakat sebagai pembawaannya, seperti bakat musik, seni,
agama, akal yang tajam dan sebagainya.
b. sifat-sifat keturunan
Sifat-sifat individu dipusakai dari orang
tua atau nenek moyang dapat berupa fisik dan mental. Mengenai fisik misalnya
bentuk muka, bentuk badan, suatu penyakit. Sedangkan mengenai mental misalnya
sifat pemalas, sifat pemarah, pendiam, dan sebagainya. Dengan demikian jelaslah
bahwa sifat-sifat keturunan ikut menentukan perkembangan seseorang.
c. dorongan dan instink
Dorongan adalah kodrat hidup yang mendorong
manusia melaksanakan sesuatu atau bertindak pada saatnya. Sedang instink atau
naluri adalah kesanggupan atau ilmu tersembunyi yang menyuruh atau mebisikkan
kepada manusia bagaimana cara-cara melaksanakan dorongan batin. Dengan
perkataan lain, instink adalah sesuatu sifat yang dapat menimbulkan perbuatan
yang menyampaikan pada tujuan tanpa didahului dengan latihan. Kemampuan instink
ini pun merupakan pembawaan sejak lahir, yang dalam psikologi kemampuan instink
ini termasuk kapabilitas, yaitu kemampuan berbuat ssuatu dengan tanpa melalui
belajar.
Setiap anak dilahirkan dengan
dorongan-instink yang dikandung di dalam jiwanya. Ada dorongan yang selama
perkembangan berlangsung atau selama hidup manusia aktif terus mempengaruhi
hidup kejiwaan., seperti dorongan mempertahankan diri, dorongan seksual, dan
dorongan sosial. Dorongan mempertahankan diri misalnya tampak pada bayi ketika
mencari makanan. Dengan instink yang dimilikinya ia berusaha mencari susu
ibunya, sehingga memperoleh makanan untuk mempertahankan hidupnya. Dorongan dan
instink ini juga sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan social emosional
tiap individu.
2. Aliran
Empirisme- Teori keperilakuan (Behavioral Theory)
Aliran ini menyatakan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan individu lebih dipengaruhi oleh lingkungan atau engalaman atau
eksternal atau endogen. Salah satu teorinya adalah teori keperilakuan ini
merupakan kebalikan dari teori kematangan. Apabila menurut teori kematangan
menganggap bahwa faktor internal (keturunan) lebih menentukan faktor
perkembangan individu, maka menurut teori keperilakuan menganggap sebaliknya
bahwa faktor eksternal lah (lingkungan) yang lebih menentuka perkembangan
individu. Teori keperilakuan ini disebut pula “teori lingkungan”.
Beberapa ahli psikologi yang telah
mengembangkan teori ini antara lain: ivan pavlov, jhon waston, edward, thorndike,
B.F.Skinner, Bijou dengan don baer, dan lain-lain. menurut teori ini, dipandang
dari perspektif perilaku, individu dianggap pasif dan reaktif. Artinya individu
akan berbuat apabila ada rangsangan dari lingkungannya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa hubungan antara rangsangan (stimulus) dengan tanggapan (respon)
merupakan bagian-bagian dasar perilaku individu. Yang menjadi cikal bakal teori
ini adalah ketika seorang filsuf dari inggris bernama jhon locke (1632-1704)
mengembangkan bahwa pengalaman dan pendidikan merupakan faktor yang paling
menentukan dalam perkembangan anak atau peserta didik.
Jhon locke memperkenalkan teorinya yang
dikenal dengan “tabularasa”. Ia mengumpamakan bayi yang baru lahir sebagai
secarik kertas yang masih bersih. Jadi goresan yang ditinggalkan pada kertas
itu, menentukan bagaimana kertas tersebut jadinya. Pandangan/aliran jhon locke
dikenal dengan “empirisme” (pengalaman) atau “environtmentalisme” (lingkungan).
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa
perkembangan ialah dorongan dari dalam, dan dorongan itu dapat melaju atau
terhambat oleh faktor-faktor yang berada diluar dirinya. Diantara faktor-faktor
luar yang mempengaruhi perkembangan individu adalah:
a. Makanan
Makanan meruopakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu. Hal ini terutama pada tahun-tahun pertama
dari kehidupan anak, makanan merupakan faktor yang sangat penting bagi
pertumbuhan yang normal dari setiap individu. Oleh sebab itu dalam rangka
perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi sehat dan kuat, perlu memperhatikan
makanan, tidak saja dari segi kuantitas (jumlah) makanan yang dimakan,
melainkan juga dari segi kualitas (mutu) makanan itu sendiri.
b. Iklim
Iklim atau keadaan cuaca juga berpengaruh
terhadap perkembangan dan kehidupan anak. Sifat-sifat iklim alam dan udara
mempengaruhi pula sifat-sifat individu dan jiwa bangsa yang berada dalam iklim
yang bersangkutan. Seseorang yang hidup dalam iklim tropis yang kaya raya
misalnya, akan terlihat jiwanya lebih tenang, lebih “nrimo”, dibandingkan
dengan seseorang yang hidup dalam iklim dingin, karena iklim tropis keadaan
alamnya tidak sekeras di iklim dingin, sehingga perjuangan hidupnya pun
cenderung lebih santai.
Hal ini juga terlihat pada besar tubuh
seorang anak, kesehatan dan kematangan usianya banyak dipengaruhi oleh
banyaknya udara yang segar dan bersih serta sinar matahari yang diperolehnya,
khususnya pada tahun-tahun pertama dari kehidupannya. Kenyataan itu akan lebih
nyata jika kita membandingkan antara anak-anak yang hidup dilingkungan yang
baik dan sehat dengan anak-anak yang hidup di lingkungan yang buruk (kumuh) dan
tidak sehat.
Keadaan iklim dan llingkungan tersebut
cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak,
meskipun para ahli masih terus berdebat tentang sejauh mana pengaruh-pengaruh
itu terjadi pada perkembangan anak.
c. Kebudayaan
Latar belakang kebudayaan suatu bangsa
sedikit banyak juga mempengaruhi perkembangan seseorang. Misalnya latar
belakang budaya desa, keadaan jiwanya masih murni, masih yakin akan kebesaran
dan kekuasaan Tuhan, akan terlihat lebih tenang, karena jiwanya masih berada
dalam lingkungan kultur, kebudayaan bangsa sendiri yang mengandung petunjuk-petunjuk
dan falsafah yang diramu dari pandangan hidup keagamaan. Lain halnya dengan
seseorang yang hidup dalam kebudayaan kota yang sudah dipengaruhi oleh
kebudayaan asing.
d. Ekonomi
Latar belakang ekonomi juga berpengaruh
terhadap perkembangan anak. Orang tua yang ekonominya lemah, yang tidak sanggup
memenuhi kebutuhan pokok anak-anaknya dengan baik, sering kurang memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Mereka menderita
kekurangan-kekurangan secara ekonomis, sehingga menghambat pertumbuhan jasmani
dan perkembangan jiwa anak-anaknya. Bahkan tidak jarang tekanan ekonomi
mengakibatkan pada tekanan jiwa, yang pada gilirannya menimbulkan konflik
antara ibu dan bapak, antara anak dan orang tua, sehingga melahirkan rasa
rendah diri pada anak.
e. Kedudukan anak dalam
lingkungan keluarga
Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga
juga mempengaruhi perkembangannya. Bila anak itu
merupakan anak tunggal, biasanya perhatian orang tua tercurah kepadanya,
sehingga ia cenderung memiliki sifat-sifat seperti: manja, kurang bisa bergaul
dengan teman-teman sebayanya,menarik perhatian dengan cara kekanak-kanakkan,
dan sebagainya. Sebaliknya, seorang anak yang mempunyai banyak saudara, jelas
orang tua akan sibuk membagi perhatian terhadap saudara-saudaranya itu. Oleh
sebab itu anak kedua, ketiga keempat, dan seterusnya dalam suatu keluarga
menunjukkan perkembangan social emosional yang lebih cepat dibandingkan dengan
anak yang pertama. Hal ini dimungkinkan karena anak-anak yang lebih muda akan
banyak meniru dan belajar dari kakak-kakaknya.
3. Aliran
Konvergensi- Teori Kognitif (cognitive theory)
Aliran ini menjelaskan bahwa pertumbuhan
dan perkembangan individu dipengaruhi oleh pembawaan maupun lingkungan.
Pengaruh yang lebih kuat dari keturunan atau lingkungan yang akan lebih
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu. Teorinya adalah teori
kognitif ini yang meupakan teori perpaduan (konfergensi) antara teori
kematangan dan teori keperilakuan. Konsepsi konvergensi dirumuskan secara baik
oleh william stern dari jerman.
Aliran konvergensi ini berpendapat bahwa
dalam perkembangan individu itu baik bakat (pembawaan) maupun lingkungan
memainkan peran penting. Dia menggabungkan kedua pandangan nativisme dan
empirisme kedalam pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan yang dialami anak adalah pengaruh dari unsur lingkungan dan
pembawaan atau eksterna dan internal, kedua pengaruh itu dimisalkan dengan dua
buah garis yang bertemu atau bergabung pada satu tempat kemudian menjadi satu
garis yang kuat.
Salah satu lain mengembangkan teori ini
adalah jean piaget (1952). Ia mengemukakan bahwa individu dapat mempengaruhi
lingkungan dan sebaliknya lingkungan dapat mempengaruhi individu (terjadi
interaksi). Menurut teori ini proses perkembangan individu dipengaruhi oleh
pertumbuhan biologis, pengalaman, hubungan sosial dan setiap orang dewasa
terutama orang tuanya serta sifat yang ada pada diri manusia pada umumnya yang
cenderung mencari keseimbangan dengan lingkungan dan dalam dirinya sendiri.
Tokoh lain yang beraliran konvergensi
adalah anne anastasi (1958), seorang psikolog wanita terkenal yang pernha
menjabat presiden dari “American Psichological association” ia mengajukan
sebuah makalah yang dianggap bisa memuaskan semua pihak, setidaknya meredakan
pertentangan antara aliran nativisme dan aliran empirisme.
Beberapa pernyataan yang dikemukakannya antara lain:
a. Faktor lingkungan
dan faktor konstitusi menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan tingkah
laku,
b. Kedua faktor ini tidak dapat berfungsi secara terpisah,
melainkan saling berhubungan,
c. Bentuk interaksi social yang terjadi dapat
dikonseptualisasikan sebagai bentuk hubungan yang majemuk, artinya suatu
hubungan yang terjadi mempengaruhi hubungan-hubungan lain yang akan terjadi.
Maka dapat disimpulkan menurut teori konvergensi hasil
pendidikan anak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pembawaan dan lingkungan.
Diakui bahwa anak lahir telah memiliki potensi yang berupa pembawaan. Namun
pembawaan yang sifatnya potensial itu harus dikembangkan melalui pengaruh
lingkungan, termasuk lingkungan pendidikan, oleh sebab itu tugas pendidik
adalah menghantarkan perkembangan social emosional anak semaksimal mungkin
potensi anak sehingga kelak menjadi orang yang berguna bagi diri, keluarga,
masyarakat, nusa, dan bangsanya.
BAB III
KESIMPULAN
Proses sosialisasi sangat penting bagi manusia karena proses
sosialisasi berlangsung sepanjang hidup dan karena manusia adalah makhluk
sosial,makhluk yang tidak bisa hidup tanpa orang lain, yang sangat membutuhkan
teman, membutuhkan bantuan, membutuhkan keakraban, membutuhkan komunikasi serta
membutuhkan interaksi dengan orang lain,dll. Melalui sosialisasi seseorang akan
terbentuk kepribadian, pembentukan
kepribadiannya melalui proses sosialisasi yang dilakukan melalui interaksi
sosial, proses sosialisasi yang dilakukan melalui proses pendidikan dan
pengajaran, dll. Dari penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah suatu proses dimana dari yang
semula bersifat global (menyeluruh) semakin lama semakin jelas. Dalam arti
perkembangan itu adalah proses kematangan seseorang atau proses pendewasaan. Dalam
perkembangan seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan tempat dia
bersosialisasi, dimana kepribadian seseorang akan menjadi baik ketika
lingkungannya memberi efek baik pada orang tersebut begitupun sebaliknya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu: (1) Aliran Nativisme – Teori Kematangan
(Maturasional Theory); Aliran ini berpendapat bahwa pertumbuhan dan
perkembangan individu lebih ditentukan oleh faktor keturunan, bawaan atau
faktor internal atau endogen. (2) Aliran Empirisme- Teori keperilakuan (Behavioral
Theory); Aliran ini menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu
lebih dipengaruhi oleh lingkungan atau engalaman atau eksternal atau endogen
(3) Aliran Konvergensi- Teori Kognitif (cognitive theory); Aliran ini
menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi oleh
pembawaan maupun lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Husdarta, Nurlan Kusmaedi, 2010. pertumbuhan & perkembangan peserta didik, Bandung:
Alfabeta.
Desmita, 2012. Psikologi
perkembangan peserta didik, Bandung:
Rosda Karya.