Minggu, 07 Juni 2015

BIOGRAFI DAN PANDANGAN TENTANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JEROME BRUNER

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan investasi yang amat besar bagi keluarga dan bagi bangsa. Anak-anak kita adalah generasi penerus keluarga dan sekaligus penerus bangsa. Betapa bahagianya orangtua yang melihat anak-anaknya berhasil, baik dalam pendidikan, dalam berkeluarga, dalam masyarakat, maupun dalam karir. Pentingnya pendidikan anak usia dini tidak perlu diragukan lagi. Para ahli maupun masyarakat umum lazimnya sudah mengakui betapa esensial dan pentingnya pendidikan yang diberikan kepada anak-anak usia dini. Tokoh-tokoh dan para ahli seperti Pestalozzi, Froebel, Montessori, Ki Hadjar Dewantara, Jerome Bruner dan lain-lain merupakan contoh dari sekian tokoh yang sangat peduli terhadap pendidikan anak usia dini.
Demikian pula dengan semakin maraknya pendirian lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini baik pada jalur formal, nonformal, bahkan informal yang sebagian besar didirikan oleh masyarakat menunjukkan betapa semakin pedulinya masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan anak usia dini ini. Oleh karena itu PAUD yang di sesuaikan dengan tokoh-tokoh dan para ahli seperti Jerome Bruner sangat penting bagi pelaksanaan dan berkembangnya pendidikan anak usia dini.

B.     Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah biografi Jerome Bruner ?
2.      Apa sajakah ciri khas teori pembelajaran menurut Jerome Bruner?
A.    Apa sajakah Implementasi Teori Jerome Bruner Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini
3.      Bagaimana implementasi pandangan Jerome Bruner dalam pembelajaran anak usia dini?



C.    Tujuan
                         Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui bagaimanakah biografi Jerome Bruner
2.      Untuk Ciri Khas Teori Pembelajaran Menurut Jerome Bruner
3.      Untuk mengetahui implementasi teori Jerome Bruner terhadap pendidikan anak usia dini




























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Singkat Jerome Bruner

https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQSJWeGbTW5Hi1YcPEEyZllXpGq1gTfOVK_SUEoD-IVIJOyuC8uTwJerome Bruner lahir pada 1 Oktober 1915 di New York. Ia menerima gelar sarjana di bidang psikologi, pada tahun 1937 dari Duke University. Bruner melanjutkan untuk mendapatkan gelar master di bidang psikologi pada tahun 1939 dan kemudian gelar doktor di bidang psikologi pada tahun 1941 dari Harvard University. 
Pada tahun 1945, Bruner kembali ke Harvard sebagai profesor psikologi dan sangat terlibat dalam penelitian yang berkaitan dengan psikologi kognitif dan psikologi pendidikan. Pada tahun 1970, Bruner meninggalkan Harvard untuk mengajar di Universitas Oxford di Inggris. Dia kembali ke Amerika Serikat pada tahun 1980 untuk melanjutkan penelitian dalam psikologi perkembangan. Pada tahun 1991, Bruner bergabung dengan fakultas di Universitas New York, di mana ia masih mengajarkan siswa hari ini. Sebagai seorang profesor di NYU School of Law, ia mempelajari bagaimana psikologi mempengaruhi praktek hukum. Sepanjang karirnya, Bruner telah diberikan gelar doktor kehormatan dari Yale dan Columbia, serta perguruan tinggi dan universitas di lokasi seperti Sorbonne, Berlin, dan Roma, dan merupakan anggota dari American Academy of Arts dan Ilmu Pengetahuan.

B.     Ciri Khas Teori Pembelajaran Menurut Jerome Bruner
1. Empat Tema tentang Pendidikan
Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong anak untuk untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain.
Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.
Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak.
Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.

2. Model dan Kategori
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri.
Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model seseorang khas bagi dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kita, kita akan membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal-hal yang diketahui.

3.    Belajar sebagai Proses Kognitif
            Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973).
Informasi baru dapat merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat dersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang mempelakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain.Ketiga sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presentation) oleh Bruner (1966). Ketiga cara itu ialah: cara enaktif, cara ikonik dan cara simbolik.
Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. Jadi cara ini terdiri atas penyajian kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik. Misalnya seseorang anak yang enaktif mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.
Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga menyatakan konsep kesegitigaan.
Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik dibuktikan oleh kemampuan seseorang lebih memperhatikan proposisi atau pernyataan daripada objek-objek, memberikan struktur hirarkis pada konsep-konsep dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam suatu cara kombinatorial.
Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran penggunaan timbangan. Anak kecil hanya dapat bertindak berdasarkan ”prinsip-prinsip” timbangan dan menunjukkan hal itu dengan menaiki papan jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah ia harus duduk lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat menyajikan timbangan pada dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran. ”Bayangan” timbangan itu dapat diperinci seperti yang terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu timbangan dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa tanpa pertolongan gambar atau dapat juga dijelaskan secara matematik dengan menggunakan Hukum Newton tentang momen.

4.      Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain
            Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu tentang ”discovery” yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral kurikulum”. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi kegiatan setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang kompleks, dimana kegiatan yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga anak telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara utuh.
            Bruner berpendapat bahwa anak belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan.

C.    Implementasi Teori Jerome Bruner Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini
1.      Tahapan Perkembangan Anak
Brunner mengemukakan bahwa proses belajar lebih ditentukan oleh cara mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur seseorang seperti yang telah dikemukakan Piaget. Brunner menjelaskan perkembangan anak usia dini dalam tiga tahap:
a. Enaktif (0-3 tahun) yaitu pemahaman anak dicapai melalui eksplorasi dirinya sendiri dan manipulasi fisik-motorik melalui pengalaman sensori. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
b. Ikonik (3-8 tahun) yaitu perkembangan dimana anak menyadari segala sesuatu ada secara mandiri melalui gambar yang konkret bukan yang abstrak. Maksudnya dalam memhami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
c. Simbolik (>8 tahun) yaitu perkembangan dimana anak sudah memahami simbol-simbol dan konsep seperti bahasa dan angka sebagai representasi simbol. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannnya sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar.
2.      Pembelajaran yang Bermakna
            Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Teori instruksi menurut Bruner hendaknya mencakup:
1.      Pengalaman-pengalaman optimal bagi anak untuk mau dan dapat belajar, ditinjau dari segi aktivasi, pemeliharaan dan pengarahan.
2.      Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal, ditinjau dari segi cara penyajian, ekonomi dan kuasa.
3.      Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajaran secara optimal, dengan memperhatikan faktor-faktor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.
4.      Bentuk dan pemberian reinforsemen.
Beliau berpendapat bahwa seseorang anak belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan mengasingkan benda-benda mengikut ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pengajaran didasarkan kepada perangsang anak terhadap konsep itu dengan pengetahuan sedia ada. Misalnya, anak-anak membentuk konsep segiempat dengan mengenal segiempat mempunyai 4 sisi dan memasukkan semua bentuk bersisi empat kedalam kategori segiempat,dan memasukkan bentuk-bentuk bersisi tiga kedalam kategori segitiga.

3.      Konsep Belajar
      Belajar merupakan aktifitas yang berproses, tentu didalamnya terjadi  perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Dalam konsep belajar penemuan menurut Jerome Bruner, ada tiga episode/tahap yang ditempuh oleh anak, yaitu: tahap informasi (tahap penerimaan materi), tahap transformasi (tahap pengubahan materi) dan tahap evaluasi (tahap penilaian materi). Dari ketiga tahapan konsep penemuan Jerome Bruner tersebut adalah saling berkaitan.
a.      Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya.
b.      Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Informasi itu harus dianalisis , diubah atau ditransformasi kebentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.
c.       Tahap evaluasi (tahap penilaian materi)
Informasi kemudian dinilai sampai dimana pengetahuan yang diproleh  dan ditransformasikan itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
     Dalam proses belajar ketiga tahapan ini selalu ditemukan. Yang menjadi masalah ialah berapa banyak informasi diperlukan agar dapat ditransformasi. Lama tiap tahapan tidak selalu sama. Hal ini antara lain juga tergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi anak belajar, minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri. Konsep ini juga menjelaskan bahwa prinsip pembelajaran harus memperhatikan perubahan kondisi internal anak yang terjadi selama pengalaman belajar diberikan dikelas. Pengalaman yang diberikan dalam pembelajaran harus bersifat penemuan yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh informasi dan keterampilan baru dari pelajaran sebelumya.






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Jerome Bruner merupakan seorang psikolog yang lahir pada 1 Oktober 1915 di New York. Beliau mengungkapkan teori pendidikan teori discovery learning yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Karena dalam pembelajaran ini dilakukan berulang-ulang, maka dikenal dengan kurikulum spiral. Sehingga secara tidak langsung para peserta didik telah menambah ilmunya tanpa mereka ketahui. Teori ini sangat mengedepankan kreativitas pemikiran dari peserta didik untuk melakukan eksperimen. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menerapkan teori ini di pembelajaran dari anak, yaitu dengan memberikan contoh yang nyata, mengembangkan keberanian anak melalui penyampaian pendapat, dan sebagainya. Teori ini pun mempunyai beberapa kelebihan yaitu dapat meningkatkan motivasi, mengembangkan pemikiran dalam menyelesaikan masalah, memperoleh pengalaman, pengetahuan yang di dapat mudah diingat, dan sebagainya. Selain itu teori ini juga mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik dituntut untuk mempunyai kesiapan mental, memakan waktu yang cukup lama, memerlukan kecerdasan anak yang tinggi, dan sebagainya. Bila para pendidik menggunakan teori ini dengan benar dan bijak, maka hasilnya akan baik dan para peserta didik lebih mudah dalam mempelajari suatu ilmu.

B.     Saran
            Sebagai pendidik ataupun calon pendidik anak usia dini, bahkan bagi para orang tua dan calon orangtua sebaiknya mengetahui beberapa tokoh yang berperan penting pada anak usia dini serta memahami tentang pandangan yang mereka kembangkan untuk anak, selain memberikan stimulasi yang tepat pada anak sesuai dengan tahapan perkembangannya karena sangat pentingnya pengaruh tahun-tahun awal dari masa anak usia dini ke masa berikutnya nanti.




Daftar Pustaka

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publiser
Suprihatingrum Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: AR-RUZZ      
           MEDIA
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press
Sujiono Yuliani Nurani. 2008. Materi pokok perkembangan Kognitif. Jakarta: Universitas 
Terbuka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar