MODIFIKASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (Teams-Games
Tournament) MELALUI PERMAINAN “DENGAR SUARAKU” PADA ANAK TK B
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Meningkatnya pemahaman masyarakat
mengenai perbedaan individual mengakibatkan semakin tingginya tuntutan terhadap
variasi metode pembelajaran dalam lingkup pendidikan. Masyarakat menuntut
adanya perbaikan sistem pendidikan dari metode pembelajaran yang konvensional
menuju metode-metode yang inovatif sehingga penyerapan konsep materi oleh anak
dapat menjadi optimal. Selama ini metode pembelajaran konvensional seperti direct method digunakan sebagai solusi
atas kondisi pembelajaran di kelas dengan jumlah siswa yang banyak (klasikal).
Pembelajaran dengan metode semacam ini dirasa sangat efisien dan tidak
membutuhkan usaha yang lebih mengingat konsep materi kegiatan sebagian besar
disampaikan melalui ceramah. Guru memegang peranan penting sementara anak
cenderung dijadikan objek pembelajaran dan mengabaikan potensi-potensi yang
dimiliki oleh anak-anak usia dini kita.
Saat ini pemangku kebijakan telah
menyadari bahwa pendidikan merupakan investasi masa depan. Sehingga upaya-upaya
perbaikan sistem pendidikan terus dikembangkan. Salah satu upaya tersebut
adalah perbaikan kurikulum yang di dalamnya mencakup metode pembelajaran di
dalam kelas. Kurikulum 2013 yang digunakan hingga saat ini menempatkan anak
sebagai subjek pembelajaran dan memainkan peran penting di dalam kelas,
sementara guru berfungsi sebagai fasilitator. Anak dituntut untuk memiliki
inisiatif dalam pembelajaran sehingga konsep materi yang akan dibahas dapat
dipahami secara komprehensif. Selain itu K 13 akan sangat mendukung anak dalam
rangka aktualisasi diri menyampaikan gagasannya.
Salah satu metode yang digunakan
dalam pembelajaran di kelas adalah metode pembelajaran kooperatif terutama
metode pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament). Metode
ini menekankan pada interaksi kerjasama selama kegiatan serta sosial emosional
antar anak. Metode pembelajaran kooperatif tidak hanya tertuju pada pencapaian
prestasi semata namun juga sangat tepat untuk melatih perkembangan anak.
Melalui metode kooperatif tipe TGT, anak akan saling bercerita mengenai
kegiatan yang akan mainkan. Metode kooperatif tipe TGT memiliki nilai lebih
dalam hal mengakomodasi potensi masing-masing anak yang sangat beragam. Pada
makalah ini akan membahas mengenai metode pembelajaran koorperatif tipe TGT (Teams-Games
Tournament).
B. TUJUAN
1. Memahami metode pembelajaran kooperatif.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran kooperatif.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Model Pembelajaran Kooperatif
Model
pembelajaran kooperatif adalah pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas
yang menyangkut strategi, tipe, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas (Nasikan, 2006:17).
Pembelajaran
kooperatif atau cooperative learning adalah salah satu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivisme, dimana siswa harus
membangun pengetahuannya sendiri. Pembelajaran Kooperatif merupakan
salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena
mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui
berpikir rasional (Rustaman, dkk. 2003 : 206).
B. Pengertian
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Metode TGT
(Teams-Games Tournament) dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan
Keith Edward. Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja sama antarkelompok
dengan mengembangkan kerja sama antarpersonal. Dalam pembelajaran ini terdapat
penggunaan teknik permainan. Permainan ini mengandung persaingan menurut
aturan-aturan yang telah ditentukan. Dalam permainan diharapkan tiap-tiap
kelompok dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk bersaing agar
memperoleh suatu kemenangan. Pembelajaran kooperatif dengan metode TGT ini
memiliki kesamaan dengan metode STAD dalam pembentukan kelompok dan penyampaian
materi tetapi menggantikan kuis dengan turnamen atau lomba dimana anak
memainkan game atau permainan akademik dengan anggota tim atau kelompok lain
untuk meyumbangkan poin bagi skor tim atau kelompoknya. Teman satu tim atau
kelompok akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan
mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain,
tetapi sewaktu anak sedang bermain dalam game atau permainan, teman yang lain
tidak boleh membantu, dan guru perlu memastikan telah terjadi tanggung jawab
individual.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT ini anak sebelumnya
telah belajar secara individual, untuk selanjutnya belajar kembali dalam
kelompok masing-masing. Dan kemudian mengadakan turnamen atau lomba atau lomba
dengan anggota kelompok lainnya sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Seperti karakteristik pembelajaraan kooperatif lainnya, TGT
memunculkan adanya kelompok dan kerjasama dalam belajar. Dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT, anak yang mempunyai kemampuan dan jenis kelamin yang
berbeda dijadikan dalam sebuah tim atau kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5
anak. Sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif TGT sangat mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh anak tanpa harus membedakan adanya
perbedaan status, melibatkan siswa sebagai tutor sebaya, dan adanya unsur
reinforcement (penguatan).
Kemudahan penerapan TGT ini disebabkan dalam pelaksanaanya
tidak adanya fasilitas pendukung yang harus tersedia seperti peralatan atau
ruangan khusus. Selain mudah diterapkan dalam penerapannya TGT juga melibatkan
aktivitas seluruh anak untuk memperoleh konsep yang diinginkan.
Menurut
Hopkins (Noornia, 1997:14) Teams-Games
Tournament (TGT) merupakan bentuk pembelajaran kooperatif di mana setelah
anak belajar secara individual, untuk selanjutnya dalam kelompok masing-masing
anggota kelompok. Mengadakan turnamen atau lomba dengan anggota kelompok
lainnya sesuai dengan tingkat kemampuannya. TGT adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan
suku kata atau ras yang berbeda.
Pembelajaran
kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif
yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status. Model pembelajaran ini melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya,mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan
mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang
dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih
rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan
sehat dan keterlibatan belajar.
Edi
Prayitno (2006: 7-8) mengemukakan bahwa dalam team games tournaments (TGT)
setiap tim beranggotakan 4-5 orang yang memiliki kemampuan yang setara atas
dasar hasil tes minggu sebelumnya. Siswa yang berprestasi paling rendah pada
tiap kelompok mempunyai peluang yang sama untuk memperoleh poin bagi timnya
sebagai siswa yang berprestasi tinggi. Meskipun keanggotaan tim tetap sama,
tetapi tiga orang yang mewakili tim untuk bertanding dapat berubah berdasarkan
penampilan dan prestasi masing-masing anggota. Sebagai contoh siswa yang
berprestasi rendah yang sebelumnya bertanding melawan siswa yang kemampuannya
setara dapat bertanding melawan siswa yang berprestasi lebih tinggi ketika
mereka menjadi lebih mampu.
Dalam Jurnal Internasional The
Effects Of Teams Games Tournaments 2010:
“When compared to the external
control group, Team Competition students indicated significantly greater
improvement on the SAT, reported a higher expectancy of
success at the game, attached more importance to game success, reported more interest by peers in their
performance, and were more satisfied with the game task.The group
classification in this cooperative technique is based on a grouping of four to
five students per group. The different groups are each heterogeneous in respect
of the learners’ abilities, gender and academic performance in the grade
group. This technique works on the principle of a weekly TGT in the
form of games, i.e. an academic spelling tournament, with learners competing
against the members of other teams to earn team points. The winner
in each team earns six points for his/her team. Everyone has an equal chance at
success. Team-mates help one another to prepare, but may not help
one another during the games”
Jurnal
diatas dapat diartikan dengan (Bila dibandingkan dengan kelompok control
eksternal, siswa Kompetisi Tim menunjukkan peningkatan signifikan lebih besar
pada SAT, melaporkan harapan keberhasilan yang lebih tinggi di permainan,
melekat lebih penting untuk kesuksesan permainan, dilaporkan lebih tertarik
oleh rekan-rekan dalam kinerja mereka , dan lebihpuas dengan tugas. Klasifikasi
kelompok dalam teknik kooperatif didasarkan pada pengelompokan empat sampailima
siswa per kelompok. Kelompok-kelompok yang berbeda masing-masing heterogen
dalam hal, jenis kelaminkemampuan para peserta didik dan prestasi akademik pada
kelompok kelas. Teknik ini bekerja pada prinsip TGT mingguan dalam bentuk
permainan, yaitu turnamen eja anak ademik, peserta didik dengan bersaing
melawan anggotatim lain untuk mendapatkan poin tim. pemenang di masing-masing
tim mendapatkan enam poin untuknya / timnya. Setiap orang memiliki kesempatan
yang sama untuk sukses. Tim-pasangan saling membantu untuk mempersiapkan,
tetapi tidak dapat membantu satu sama lain selama permainan).
C. Komponen-Komponen
dalam Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Secara umum ada 5 komponen utama dalam penerapan model TGT,
yaitu:
1) Penyajian Kelas (Class Presentations)
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas atau sering juga disebut dengan presentasi kelas (class presentations). Kegiatan ini
biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah yang dipimpin
oleh guru.
Pada saat penyajian kelas ini anak harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu anak
bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game atau permainan
karena skor game atau permainan akan menentukan skor kelompok.
2) Kelompok (Teams)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang anak yang
anggotanya heterogen dilihat dari perkembangan anak, jenis kelamin dan ras atau
etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja
dengan baik dan optimal pada saat game atau permainan. Setelah guru memberikan
penyajian kelas, kelompok (tim atau kelompok belajar) bertugas untuk
mempelajari tugas yang diberikan. Dalam belajar kelompok ini kegiatan anak
adalah mendiskusikan masalah-masalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep temannya jika teman satu kelompok
melakukan kesalahan.
3) Permainan (Games)
Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang
relevan dengan materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat anak
dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau permainan
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana. Game atau permainan ini dimainkan
pada meja turnamen atau lomba oleh 3 orang anak yang mewakili tim atau
kelompoknya masing-masing. Anak yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan anak untuk turnamen atau
lomba mingguan.
4) Turnamen atau Lomba (Tournament)
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game
atau permainan terjadi. Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir
minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presensi kelas dan kelompok
sudah mengerjakan lembar kerja siswa (LKS). Turnamen atau lomba pertama guru
membagi anak ke dalam beberapa meja turnamen atau lomba. Tiga anak tertinggi
prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan
seterusnya.
5) Penghargaan Kelompok (Team Recognition)
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian
mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat
sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah
ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor mendapat bintang 4, “Great Team” apabila rata-rata skor
mendapat bintang 3 dan “Good Team”
apabila rata-ratanya skor mendapat bintang 2 kebawah. Hal ini dapat
menyenangkan para siswa atas prestasi yang telah mereka buat.
Sesuai dengan kelima komponen diatas, maka secara singkat
skenario dalam model TGT ini adalah sebagai berikut:
a) Guru menyampaiakan
tujuan yang ingin dicapai dan menyampaiakan materi yang akan dibahas pada hari
itu. Kemudian membuat kelompok anak heterogen 4-5 orang, kemudian berikan
informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan.
b) Menyiapkan meja
turnamen atau lomba secukupnya, misal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 anak
yang berkemampuan setara, meja pertama diisi oleh siswa dengan level tertinggi
dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja kesepuluh ditempati oleh anak
yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap anak yang duduk pada meja tertentu
adalah hasil kesepakatan kelompok.
c) Selanjutnya adalah
pelaksanaan turnamen atau lomba, setiap anak mengambil kartu soal yang telah
disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misal
3 menit). Anak bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan
dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen atau lomba untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal. Anak pada tiap meja turnamen atau lomba sesuai
dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good dan medium.
d) Begitu juga untuk turnamen
atau lomba ketiga-keempat, dan seterusnya. Dan dilakukan pergeseran
tempat duduk pada meja turnamen atau lomba sesuai dengan sebutan gelar tadi, anak
superior dalam kelompok meja turnamen atau lomba yang sama, begitu pula untuk
meja turnamen atau lomba yang lainnya diisi oleh anak dengan gelar yang sama.
e) Setelah selesai
hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan
penghargaan kelompok dan individual.
D. Pentingnya
Pembelajaran Kooperatif Model TGT
Dalam
Jurnal Nasional pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Anak :
Model
TGT membawa pengaruh besar khususnya terhadap kemampuan anak dalam hal aspek
afektif. Dengan pembelajaran kooperatif model TGT, anak akan meningkatkan
kerjasama dengtan teman, saling membantu, berani bertanya dan menjawab
pertanyaan dari guru atau dari teman sejawat mengenai suatu materi yang
dipelajari serta dapat meningkatkan kemampuan anak yang lain, sehingga
pembelajaran tidak hanya diihat dari peningkatan dari aspek kognitif saja, akan
tetapi juga dilihat dari aspek afektif.
Penerapan
pembelajaran kooperatif model TGT memang sangat penting, karena TGT sebagai bagian
dari metode pembelajaran dalam K 13 mampu memenuhi syarat-syarat yang harus
dipenuhi jika dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Berikut
tinjauan dari konsep kompetensi yang disebutkan Gordon (Mulyasa, 2002:38-39):
1) Pengetahuan
(knowledge); yaitu kesadaran dalam
aspek kognitif, dengan menggunakan TGT pengetahuan anak mengenai konsep materi
akan lebih mendalam karena dalam TGT ada unsur tutor sebaya.
2) Pemahaman
(understanding); yaitu kedalam
kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Di samping memahami meteri
pelajaran dengan TGT anak juga dilatih untuk memahami perasaan orang lain.
3) Kemampuan
(skill); adalah sesuatu yang dimiliki
oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Kompetensi ini dapat dengan mudah diperoleh anak, karena dalam TGT
mengembangkan banyak kompetensi diantaranya membuat pertanyaan dan menjelaskan kepada
anak lain.
4) Nilai
(value); adalah suatu standar
perilaku yang diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri
seseorang. Kompetensi ini pada TGT terkandung dalam kejujuran dalam
merahasiakan soal masing-masing individu, keterbukaan dalam memberikan
penjelasan kepada teman lain dan demokrasinya terlihat ketika berdiskusi untuk
menyatukan pendapat yang berbeda.
5) Sikap
(attitude); yaitu perasaan
(senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan
yang akan datang dari luar. Kompetensi sikap diperoleh anak karena dalam TGT anak
belajar dengan kelompok masing-masing tanpa ada tekanan dari guru, sehingga anak
merasa senang dan santai.
6) Minat
(interest); adalah kecenderungan
seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Adanya turnamen dalam TGT
meningkatkan minat belajar anak untuk mempelajari konsep materi.
Jika
ditinjau dari prinsip pendukung pengembangan K 13 yang tercantum dalam
Depdiknas pembelajaran kooperatif model TGT merupakan metode pembelajaran yang
benar-benar efektif dan efisien. Berikut ini analisis penerapan pembalajaran
kooperatif model TGT terhadap prinsip pendukung pengembangan K 13.
1) Berpusat
pada peserta didik
Dalam
TGT anak diposisikan sebagai subjek belajar, artinya yang melaksanakan K13
adalah anak. K 13 dengan TGT ini dilakukan dengan melakukan turnamen yaitu
saling menanyakan antar anggota dalam kelompok, sehingga konsep diperoleh
berdasarkan hasil diskusi dalam masing-masing kelompok dan guru hanya bertindak
sebagai fasilitator.
2) Mengembangkan
kreativitas anak
K
13 perlu dipilih dan dirancang agar memberikan kesempatan dan kesempatan anak untuk
berkreasi secara berkesinambungan guna mengembangkan dan mengoptimalkan
kreativitas anak. Pada TGT pengembangan kreativitas ini terwujud dengan
pemberian tugas individu siswa.
3) Menciptakan
kondisi menyenangkan dan menantang
Proses
pembelajaran dalam TGT dilaksanakan oleh setiap kelompok sehingga dapat
berjalan lebih rileks. Suasana belajar yang menyenangkan sangat diperlukan
karena otak tidak akan bekerja secara optimal bila perasaan dalam keadaan
tertekan. Selain itu dalam turnamen pada proses pembelajaran TGT setiap anak
bersaing untuk memperoleh nilai yang setinggi-tingginya, sehingga dengan
persaingan tersebut anak akan merasa lebih tertantang untuk menjadi yang
terbaik.
4) Mengembangkan
beragam kemampuan yang bermuatan nilai
Anak
akan belajar secara optimal jika pengalaman belajar yang disajikan dapat
mengembangkan berbagai kemampuan seperti kemampuan logis matematis, bahasa,
musik, kinestetik, dan kemampuan inter ataupun intra personal. Pengembangan
kemampuan dalam TGT terbukti dengan adanya tugas, kerjasama untuk saling
melengkapi dalam memperoleh konsep yang benar dan adanya kebiasaan untuk
berusaha memahami anak lain.
5) Menyediakan
pengalaman belajar yang beragam
Keragaman
pengalaman belajar menuntut keragaman penyediaan sumber belajar, keragaman cara
penilaian, keragaman tempat belajar, keragaman waktu, dan keragaman organisasi
kelas. Pengalaman belajar juga menyediakan proporsi yang seimbang antara
pemberian informasi dan penyajian terapannya. Metode TGT memberikan pengalaman
yang sangat beragam pula diantaranya cara memberikan penjelasan kepada orang
lain, melakukan penilaian dan cara bekerjasama dalam suatu tim. Penyediaan
proporsi yang seimbang dalam TGT terbukti adanya perlengkapan konsep oleh guru
yang memerlukan adanya tambahan media atau bahan amatan, seperti: ape, model
atau bahan asli.
6) Belajar
melalui berbuat
Melalui
TGT anak belajar berbuat untuk memperoleh konsep dengan bekerjasama dalam
setiap kelompok. Hasil belajar akan meningkat bila kegiatan pembelajaran dalam
TGT dikondisiskan sedemikian rupa agar anak melakukan kegiatan praktis, seperti
penggunaan telinga untuk mendengarkan penjelasan teman.
E. Kekurangan
dan Kelebihan pada Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Dalam
Jurnal Nasional Biodidaktis, volume 5, Nomor 1, Desember 2011 :
Depdiknas
( 2000 ) menegaskan dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembelajran
koopertaif mempunyai kelebihan : 1. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan
individu 2. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam 3.
Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan anak (Student Center) 4.
Mendidik anak untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain 5. Rasa harga
diri lebih tinggi 6. Memperbaiki kehadiran 7. Motivasi belajar tinggi 8. Hasil perkembangan
belajar lebih tinggi 9. Retensi lebih lama 10. Meningkatkan kebaikan budi
kepekaan, dan toleransi.
Kelebihan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
a) Model
TGT tidak hanya membuat anak yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih
menonjol dalam pembelajaran, tetapi anak yang memiliki perkembangan lebih lambat
juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya.
b) Dengan
model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai
sesama anggota kelompoknya.
c) Dalam
model pembelajaran ini, membuat anak lebih bersemangat dalam mengikuti
pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan
pada anak atau kelompok terbaik.
d) Dalam
pembelajaran anak ini membuat anak menjadi lebih senang dalam mengikuti
pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini.
Kelemahan
dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
a) Dalam
model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat lama.
b) Dalam
model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran
yang cocok untuk model ini.
c) Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum
diterapkan. Misalnya membuat pertanyaan atau permainan, dan guru harus tahu
urutan perkembangan anak dari yang tercepat hingga terlambat.
F. Permainan
Metode Pembelajaran
Kooperatif tipe TGT
“Dengarlah
suaraku!
Kelompok :TK B
Tema : Binatang / jenis binatang/
binatang peliharaan (suara binatang)
Kegiatan : Menebak macam-macam suara binatang
Konsep : Mengenal macam-macam suara binatang
TujuanKegiatan :
·
A = Anak TK B
·
B = Mampu mengenal empat macam suara binatang yang sudah direkam
·
C =
Setelah perdengarkan suara rekaman
·
D =Denganbenar sesuai suara yang didengarkan
Metode :
·
Bermain,
bercakap-cakap
Bahan dan alat :
1.
2 Hp
2.
2
Headset
Prosedur/Petunjuk :
A. Pembukaan
1. Sebelum masuk ke kelas, anak berbaris
di halaman dan masuk kelas dengan bergiliran
2. Ketika dalam kelas, anak dipimpin untuk berdoa bersama sebelum memulai kegiatan. Setelah itu anak dibiasakan untuk mengucapkan salam.
3. Untuk menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan, guru memimpin untuk bernyanyi“ Anak ayam” bersama.
B. Inti
1. Sebelum memulai kegiatan,
guru bercakap-cakap tentang berbagai macam suara hewan. Misalnya, suara kucing meong, meoang.
2. Guru
memberikan suatu permainan yang berhubungan dengan suara.
Permainnya yaitu menebak macam-macam suara binatang (kucing, burung,
ayam, anjing)
3. Sebelumnya,
guru menjelaskan tentang permainan dan kesepakatan yang akan dilakukan.
4. Kemudian guru membagi anak menjadi dua kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari tiga
orang.
5. Dua kelompok yang sudah dibagi, diminta berjajar menjadi 2 banjar.
6. Setelah itu guru memanggil anak yang paling depan dari masing-masing kelompok untuk maju dan mendengarkan suara apa yang ia dengarkan melalui heatset.
7. Ketikaanak
yang paling depanberhasilmenjawabdenganbenar, kemudiananak “Tos” dengan teman yang ada di belakangnya dan lari kebarisan yang paling belakang.
8. Kemudian begitu seterusnya sampai semua anak mendapatkan giliran
C. Penutup
1. Tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilaksanakan, yaitu bertanya jawab tentang berbagai suara
hewan.
2. Bernyanyi bersama lagu
“Hely”
3. Beres-beres untuk bergegas pulang
4. Berdoa
5. Salam
6. Pulang
KriteriaPenilaian :






= Anak mampu mengidentifikasi empat macam
suara hewan setelah diperdengarkan suara
hewan, dengan benar sesuai
suara yang didengarkan.

= Anak mampu mengidentifikasi tiga
macam suara hewan setelah
diperdengarkan suara hewan, dengan benar sesuai suara yang didengarkan.
= Anak mampu mengidentifikasi dua macam suara hewan setelah diperdengarkan suara hewan,dengan benar sesuai
suara yang didengarkan.
= Anak mampu mengidentifikasi satu macam suara hewan setelah diperdengarkan suara hewan, dengan benar sesuai
suara yang didengarkan.
BAB III
KESIMPULAN
1. Model pembelajaran kooperatif adalah
pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas yang menyangkut strategi, tipe,
metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran di kelas.
2. Pembelajaran kooperatif atau cooperative
learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham
konstruktivisme, dimana anak harus membangun pengetahuannya sendiri.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe
TGT merupakan model pembelajaran yang mengacu pada pendekatan kerja sama antar kelompok
dengan mengembangkan kerja sama antarpersonal.
4. Model pembelajaran TGT mempunyai
lima komponen penting, yaitu: penyajian kelas, kelompok, permainan, turnamen
atau lomba atau perlombaan, dan penghargaan kelompok.
5. Pembelajaran TGT dapat diterapkan
pada berbagai pengenalan konsep.
DAFTAR
PUSTAKA
Devries,
Hulton. (1976). The Effects Of Teams Games Tournament.
Depdiknas.2000.Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatf Tipe Teams Games Tounament (TGT). Volume
5, Nomor 1, Desember 2011.
Devries,
Hulton. (1976). The Effects Of Teams Games Tournament.
Ibrahim,
Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University
Press.
ISSN:
2231-5373 International Journal of Mathematics Trends and Technology, 2012.
ISSN :
1907-7157 Model Belajar Teams Games Tounament ( TGT ), 2002.
Mulyasa,
E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Rosdakarya.
Nasikan.
2006. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pada Pokok
Bahasan Logika Matematika di SMK PGRI Sukodadi. Lamongan: UNISDA.
Sharan,
Shlomo. 2009. HANBOOK OF COOPERATIVE LEARNING: Inovasi Pengajaran dan
Pembelajaran untuk Memacu Keberhasilan Siswa Di kelas. Yogyakarta:
Imperium.
Slavin,
E.R. (1995). Cooperative Learning. Teory, Research and Practice. Seccond
Edition. Boston: Allyn and bacon.
Sobel, max
a., dan Maletsky, evan m. 2004. Mengajar Matematika: Sebuah Buku Sumber
Alat Peraga, Aktivitas, dan Strategi. Jakarta: Erlangga.