Senin, 03 November 2014

Pengaruh Perilaku Hiperaktif pada Anak Usia Dini Terhadap Kemampuan Berhitung Permulaan



BAB I
PENDAHULUAN

I.1        LATAR BELAKANG
Anak merupakan manusia kecil yang memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa. Mereka selalu aktif, dinamis, antusias, dan ingin tahu terhadap apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan tidak pernah berhenti bereksplorasi
Anak merupakan pribadi yang unik dengan segala karakteristik pada dirinya. Terutama pada masa emasnya (golden age) yaitu 0-6 tahun, otak anak berkembang sangat pesat hingga mencapai 80%. Pada masa ini milyaran sel pada otak anak akan saling berhubungan membentuk jaringan yang semakin kompleks jika mendapat stimulasi yang tepat dari lingkungan sekitarnya.
Menurut Undang-Undang Nomor  20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar anak memiliki kesiapan.
Sebagai pendidik yang baik kita harus mampu memberikan bimbingan dan perhatian kepada anak didik untuk menangani hambatan dan kesulitan yang dihadapi anak dalam kegiatan belajar sehingga anak dapat berkembang secara optimal. Didalam kegiatan belajar mengajar di TK IDHATA UNESA, penulis menemukan beberapa kendala yang di alami oleh siswa TK B2, yang berperilaku lebih aktif dibandingkan dengan teman sebayanya, asyik dengan kegiatannya sendiri, serta sulit untuk dikendalikan.
Menurut Parker ( 1992), anak-anak dengan GPPH/ADHD yang tidak
ditangani dengan baik akan mengalami problem-problem perilaku dalam keterbatasan dalam penyesuaian sosial, kegagalan sekolah dan putus sekolah, serta penyalah gunaan obat-obatan dan melakukan tindakan kriminal.
Sebagai pendidik, guru diharapkan kreatif untuk membuat kegiatan yang menarik bagi anak sehingga anak tertarik dalam setiap kegiatan serta anak ikut aktif dalam kehiatan belajar mengajar. sehingga anak dapat mengembangkan daya pikirnya dalam bereksplorasi. selain itu kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dengan situasi yang menyenangkan dalam menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media pembelajaran yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. Oleh karena itu, dalam hal ini guru dituntut untuk paham betul tentang anak yang diperaktif agar dalam usaha pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar yang berhasil. karena anak hiperaktif perlu diberikan penangan secepatnya agar anak dapat menyelesaikan tahapan perkembangan dirinya dengan baik
Sama halnya dengan Made anak usia 6 tahun di kelompok B-2 TK IDHATA UNESA Surabaya yang memiliki permasalahan dalam berperilaku yang memperlihatkan gerakan berlebihan, tanpa tujuan. Sedangkan apabila permasalahan yang ada pada Made tersebut tidak segera di tangani dapat menyebabkan perkembangan dirinya terganggu saat dewasa nanti namun pentingnya peranan orang tua maupun guru dalam menanggani permasalahan anak terkadang tidak disadari oleh karena itu banyak terdapat permasalahan yang timbul. Seperti halnya permasalahan hiperaktifan anak. Atas dasar permasalahan di atas penulis tertarik untuk mempelajari dan mendalami lebih jauh tentang hiperaktif dan upaya penangannya yang dirumuskan dalam makalah dengan judul “Pengaruh Perilaku Hiperaktif pada Anak Usia Dini Terhadap Kemampuan Berhitung Permulaan” sehingga dengan demikian, diharapkan anak dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya.

1.2       Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana kemampuan berhitung permulaan yang terjadi pada anak yang memiliki perilaku hiperaktif?
2.      Adakah pengaruh perilaku hiperaktif terhadap kemampuan berhitung permulaan?
1.3       Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui bagaimana kemampuan berhitung permulaan yang terjadi pada anak yang memiliki perilaku hiperaktif.
2.      Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perilaku hiperaktif terhadap kemampuan berhitung permulaan anak.
1.4              Manfaat
            Manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
  1. Bagi pembaca :
Agar pembaca dapat mengerti berbagai hal yang menyebabkan terjadinya hiperaktif.
2      Bagi penulis :
Memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat dan informasi kepada pembaca tentang hiperaktif.

1.5     Metode
            Metode pustaka dalam penulisan laporan ini adalah induktif-deduktif. Sedangkan metode data lapangan dalam penulisan laporan ini adalah observasi dan dokumentasi.
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan penulis menggunakan metodepengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi yang ditunjang oleh kajian teoritis ahli yang terkait dengan variable dalam permasalahan:
1.      Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati atas objek penelitian baik langsung maupun tidak langsung, misalnya mengenai situasi dan kondisi, lokasi penelitian secara umum di Taman Kanak-Kanak Idhata Unesa Surabaya, serta karakteristik anak hiperaktif  di Taman Kanak-Kanak Idhata Unesa Surabaya.
2.      Wawancara
                 Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi penelitian untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam(Sugiyono,2008:231). Esterberg dalam Sugiyono (2008:233) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur. Penulis menggunakan wawancara semistruktur karena dengan teknik tersebut, penulis mengharapkan wawancara berlangsung luwes arahnya bisa lebih terbuka, percakapan tidak membuat jenuh kedua belah pihak baik penulis dan guru / kepala sekolah di Taman Kanak-Kanak Idhata Unesa Surabaya sehingga diperoleh informasi yang lebih kaya. Kegiatan ini menggunakan panduan wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan untuk diajukan kepada informan. Panduan tersebut hanya untuk memudahkan dalam melakukan wawancara, penggalian data dan informasi dan selanjutnya bergantung pada improvisasi peneliti di lapangan.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru/kepala sekolah di Taman Kanak-Kanak Idhata Unesa Surabaya penulis mendapatkan informasi mengenai identitas anak dan seberapa jauh kemampuan anak hiperaktif.
3.      Dokumentasi
            Pengumpulan data dengan dokumen dilakukan dengan cara mempelajari, mendalami, dan mengutip teori-teori atau konsep-konsep dari sejumlah literatur, baik buku, jurnal, majalah, koran, atau karya tulis lainnya yang relevan dengan topik, fokus atau variabel penelitian . Dalam hal ini, penulis mencari referensi dari beberapa buku dan internet. Menggunakan metode dokumentasi yakni pengumpulan data. Data tersebut berupa dokumentasi foto dari obyek, informan (kepala sekolah dan guru), dan segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan.

























BAB II
KAJIAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teoritik
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami masalah tidak dapat memilah dan memusatkan pikiran pada satu hal pada satu saja. Mereka cenderung terus-menerus bergerak baik secara mental maupun fisik. Karena anak hiperaktif tidak dapat duduk diam, tidak dapat mendengarkan, atau bahkan tidak dapat mengerjakan suatu pekerjaan dalam jangka waktu yang lama, maka mereka mengalihkan perhatian dari satu hal ke hal yang lain dan sering kali mengganggu anak-anak lain pada saat yang sama.
Pengertian hiperaktif atau sering dikenal dengan sindroma hiperaktivitas menurut (Nelson, 1994) adalah merupakan istilah gangguan kekurangan perhatian menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak, yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal. dalam dunia kesehatan dikenal dengan istilah ADHD (attention deficit hyperactivity disorder).
Menurut Sani Budiantini Hermawan, Psi., “Secara psikologi hiperaktif merupakan gangguan tingkah laku yang tidak normal, yang disebabkan oleh neurologist dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian”. Sedangkan menurut Susan B. Campbell dan John S. Werry bahwa hiperaktif adalah gangguan yang mempunyai ciri-ciri keaktifan yang berlebih-lebihan, biasanya mengalami kesukaran dalam memusatkan latihan dan pikirannya, tidak mampu mengontrol diri untuk bersikap tenang.”
II.2 Penyebab Hiperaktif
Secara umum tanda gejala anak hiperkatif yang terlihat dari alergi shiner (lingkaran hitam di bawah mata) dan hidung tersumbat. Gejala yang lain misalnya infeksi telinga, gangguan tidur, alergi (seperti eksim, gatal-gatal, dan penyakit asma), gangguan pencernaan berupa diare atau sembelit, sakit kepala dan sakit pada bagian kaki di malam hari.
Dr. Mary Go Setiawani dalam menggambarkan tanda anak hiperaktif ini pada umumnya akan bersifat lebih agresif, penuh semangat, tidak dapat tenang, sulit diajar, tidak tahan lama melakukan suatu aktivitas, sulit bergaul dengan teman sebaya, tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dan juga sulit menaati apa yang dikatakan orang tua serta guru sekolahnya.
Menurut hasil beberapa penelitian penyebab anak hiperaktif adalah adanya gangguan genetik yang terdapat pada DNA anak yang bersangkutan. Sebagai tambahan informasi, bahwa di seluruh dunia saat ini diperkirakan terdapat 3-5 persen anak yang hiperaktif. dan ADHD atau hiperaktif ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Penyebab hiperaktif pada anak merupakan suatu penyakit genetik dan membuat otak anak berkembang dengan kondisi berbeda dibandingkan dengan anak-anak yang normal. Dalam sebuah penelitian, didapati bahwa otak anak-anak yang menderita ADHD ternyata memiliki potongan kecil DNA yang terhapus maupun terduplikasi yang dikenal sebagai Copy Number Variants (CNVs). Area yang tumpang tindih tersebut berada di area tertentu yang terdiri dari beberapa gen yang berperan dalam perkembangan otak dan terkait dengan gangguan kejiwaan serta schizofrenia.
Penyebab anak hiperaktif lainnya juga bisa disebabkan karena faktor keturunan, ibu perokok dan pengguna narkoba atau alkohol pada masa kehamilan akan berpotensi mengurangi aktivitas sel saraf yang menghasilkan neurotransmiter.
Beberapa tanda gejala anak hiperaktif lainnya bisa berupa :
1.Kesulitan dalam memfokuskan perhatian terhadap sesuatu hal.
2.Tidak memberikan perhatian terhadap sesuatu yang detail.
3.Tidak mau dan enggan untuk mendengarkan orang lain.
4.Tidak bisa bermain dengan tenang.
5.Tidak bisa tinggal diam di tempat.
6.Memiliki masalah dengan tugas-tugas yang membutuhkan perencanaan.
II.3 Hakikat Berhitung Permulaan
a.      Pengertian Berhitung Permulaan
The principles and strandards for school mathematics (prinsip dan standar untuk matematika sekolah), yang dikembangkan oleh kelompok pendidik dari national council of Teacher of mathematics (NCTM, 2000) memaparkan harapannya matematika untuk anak usia dini adalah, konsep-konsep yang bisa dipahami anak usia dini antara lain: (1) bilangan, (2) pola, (3) geometri, (4) ukuran, (5) estimasi, (6) statistik, (7) klasifikasi, (8) pemecahan masalah.
Berhitung adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan seperti menjumlah, mengurangi serta memanipulasi bilangan-bilangan dan lambang-lambang matematika, sedangkan untuk mengetahui tingkat kemampuan berhitung siswa digunakan metode tes.
Metode tes adalah serentetan pertanyan atau latihan atau alat lain yang digunakan pada lingkup perkembangan. Metode tes adalah termasuk metode non eksperimental. Berikut ini adalah metode-metode eksperimental antara lain :
a.       Metode pengamatan, suatu cara untuk mencatat tingkah laku tertentu  
dari orang yang diamati dengan menggunakan pedoman observasi.
b.      Metode survei, suatu metode yang digunakan untuk mempelajari
beberapa masalah yang sulit dipelajari melalui metode pengamatan dan menggunakan kuesioner atau wawancara.
c.       Metode klinis, suatu metode yang digunakan untuk mengamati
seseorang di tempat khusus yang telah disediakan, sehingga dapat diketahui perilaku-perilaku dan pernyataan-pernyataannya yang spontan dengan tujuan paedagogis atau medis.
d.      Metode angket, suatu cara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau pertanyaan yang diberikan kepada sejumlah orang yang harus dijawab, untuk kemudian dicari simpulan umum.
e.       Metode wawancara, suatu cara untuk menggali pendapat, perasaan, sikap, pandangan, proses berpikir, proses penginderaan dan berbagai hal yang merupakan tingkah laku covert yang tidak dapat ditangkap langsung oleh atau melalui metode observasi.
f.       Metode sejarah kehidupan, suatu metode yang digunakan untuk mengetahui tingkah laku seseorang dengan segala latar belakangnya. Melalui penelitian buku harian atau wawancara tentang masa lalu subjek.
g.      Metode tes (pemeriksaan psikologis), suatu metode yang digunakan untuk memeriksa hal-hal yang tidak dapat diketahui dengan metode-metode lain, seperti IQ, kepribadian, arah minat, kecemasan dengan menggunakan tes psikodiagnostik.
Minat penelitian ilmiah tentang anak mendapat dorongan yang besar setelah G. Stanley Hall mengawali penelitiannya tentang konsep anak (1891) dengan tekanan bahwa anak bukan orang dewasa kecil. Pandangan ini diterima oleh murid-muridnya yang tidak lama kemudian diikuti oleh banyak psikolog dan ahli pendidikan.
b.      Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di taman
      kanak-kanak sebagai berikut :
a.       Tingkat perkembangan mental anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam pendidikan anak. Artinya belajar sebgai proses membutuhkan aktivitas baik fisik maupun psikis. Selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan.
Anak usia TK berada pada tahapan pra operasional kongkret dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada interprestasi dan pengalamannya (persepsi sendiri).
b.       Masa peka berhitung pada anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukkan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika. Karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dan lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi / rangsangan / motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya.
c.       Perkembangan awal menentukan perkembangan anak selanjutnya
Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal perkembangannya diamalkan akan sangat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
Dalam studi klinis sejak bayi hingga dewasa yang dilakukan oleh Erikson (dalam Elizabet B. Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, tempat dimana kebaikan dan sifat buruk akan berkembang mewujudkan diri, meskipun lambat tetapi pasti”.
Selanjutnya Erikson menerangkan, apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, cinta kasih. Sekali ia belajar, sikap demikian akan mewarnai persepsi individu akan masyarakat dan suasana sepanjang hidup.
Crumley.F.E. dkk, Gagne R.M. dan Smith, dkk (dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26) menunjukkan bukti bahwa sejarah anak yang mempunyai kesulitan penyesuaian sejak tahun-tahun prasekolah hingga sekolah menengah atau universitas telah memperlihatkan bahwa banyak diantara mereka sangat buruk penyesuaian dirinya pada masa kecil hingga tidak pernah dalam suatu kelompok atau mempunyai banyak teman. Sebagai tambahan, banyak diantaranya menderita kesulitan berbicara, sekolah, serta enuretik dan keluarga mereka menganggapnya sebagai “anak yang penuh masalah”. Dari studi riwayat anak nakal, Glueck (dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa remaja yang berpotensi menjadi nakal, dapat diidentifikasi sedini usia dua atau tiga tahun karena perilaku anti sosialnya.
            c. Hakikat Matematika Usia Dini
Dalam pembelajaran matematika terdapat banyak keterampilan yang dapat dikuasai anak didik. Namun, bagi usia dini khususnya anak TK, keterampilan matematika yang dapat diajarkan pada mereka tidak sebanyak dan sesulit anak-anak di atas usianya. Adapun keterampilan yang dapat dilatih bagi anak-anak TK antara lain :
1.      Mencacah
Mencacah merupakan dasar bagi semua pekerjaan yang berkaitan dengan bilangan. Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan mencacah, yaitu :
a.        Anak-anak perlu belajar mengetahui nama bilangan satu, dua, tiga, empat
dan seterusnya.
b.       Anak-anak harus belajar bahwa kita mencacah satu bilangan untuk setiap  
benda tanpa boleh ada yang ketinggalan atau tercacah lebih dari sekali.
c.        Jawaban terhadap pertanyaan “Ada berapa ?” atau “Berapa banyaknya?”
adalah satu bilangan : misalnya tiga, bukan satu, dua, tiga.
d.        Banyaknya bilangan tetap sama, tidak berubah, darimana kita mulai mencacah dan bagaimanapun benda-benda itu tersusun.
Cara terbaik mencacah benda adalah dengan menunjukkan ke benda tersebut atau memegang dan memindahkannya. Kegiatan mencacah menggunakan buku, maka anak dapat diminta mencoret setiap benda yang sudah dicacah atau menutupinya dengan sesuatu, untuk menjamin bahwa setiap benda dicacah tepat sekali. (Yulvia Sari, 2006).
2.      Membuat Pola
Pola merupakan urutan dari warna, bentuk, benda, suara atau gerakan-gerakan yang dilakukan berulang kali. Adapun beberapa macam pola, diantaranya :
a.   Pola Visual
       Pola visual merupakan pola yang tampak atau jelas dilihat oleh mata.
Pola visual biasanya terdapat pada bahan-bahan atau kain-kain.
d.      Pola Auditori
Pola auditori atau pendengaran biasanya ditemukan dalam melodi musik, tepuk tangan dan pengulangan bahasa atau suara-suara dari cerita atau permainan jari dan suara binatang seperti kucing, kambing dan yang lainnya.
c.       Pola Physic
Pola physic atau gerak terdapat dalam tarian, dan gerakan-gerakan
yang berurutan.
Belajar dengan macam pola juga dapat membantu anak untuk mengembangkan keterampilan berpikir seperti menganalisa (menguraikan) dan membuat sintesis (paduan beberapa pengertian) dan mengasah keterampilan bahasa matematika.
Hal-hal yang perlu diingat dalam belajar tentang pola adalah dimulai dengan 2 pola yang sederhana seperti AB. Setelah pola sederhana tersebut dikuasai anak bisa dilanjutkan ke pola yang lebih sulit seperti ABC, AAB, AABB. Selain itu suatu pola juga dapat diperoleh melalui identifikasi (tanda kenal atau penentu identitas benda atau sesuatu), mencocokan, menyalin dan menciptakan pola.
3.      Menyortir dan Mengelompokkan
Menyortir atau memilih dan mengelompokkan benda merupakan kegiatan umum yang dilakukan oleh berbagai usia. Pada anak-anak, benda-benda yang dapat disortir dan dikelompokkan adalah berbagai bentuk dengan berbagai warna dan ukuran.
4.      Membandingkan
Kegiatan membandingkan yang biasa dilakukan oleh anak adalah membandingkan ukuran, tekstur, warna dan kecepatan yang pada akhirnya mengarah pada kualitas atau banyaknya sesuatu.

5.      Konsep Angka
Pembelajaran konsep angka berkaitan dengan pemikiran tentang “Berapa banyak” suatu benda. Konsep angka juga meliputi kegiatan berhitung. Satu per satu dan yang paling penting adalah memahami angka yang dipelajari. Belajar memahami angka merupakan keterampilan yang sangat mendasar bagi anak yang melakukan kegiatan yang bertalian dengan angka.
Pembelajaran berhitung berkaitan dengan pembelajaran urutan nama angka yang digunakan untuk menamakan jumlah dari suatu benda.
Berbicara tentang konsep angka. Disini terdapat perbedaan antara angka dan bilangan. Angka diartikan sebagai simbul (5). Sedangkan bilangan merupakan arti yang sesungguhnya dari angka atau simbol 5.
6.      Pemecahan Masalah
Problem solving atau pemecahan masalah merupakan suatu proses penyelesaian masalah yang berkaitan dengan keterampilan matematika dan konsep. Problem solving dapat dilakukan di berbagai tempat dan situasi seperti waktu makan atau snack, waktu berkumpul dalam lingkaran (Circle time), diberbagai sudut atau area, di halaman bermain dan lain-lain.
Manfaat pemecahan masalah bagi anak adalah memberikan pengalaman berbagai pikiran atau pendapat dengan anak-anak yang lain. Dan kemampuan anak dan memecahkan suatu masalah akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak tersebut.
7.      Ukuran dan Perkiraan
Dalam mempelajari keterampilan mengukur dan memperkirakan sesuatu, hendaklah menggunakan benda kongkret. Dalam kegiatan ini anak dilibatkan untuk mengukur dan memperkirakan sesuatu jangan hanya menjadi pengamat pasif. Adapun hal-hal yang dapat digunakan untuk kegiatan mengukur adalah jam mengukur waktu, thermometer mengukur temperature atau suhu, gelas mengukur kuantitas, skala mengukur luas dan lain-lain.
8.      Waktu
Hal ini terasa sulit karena waktu merupakan konsep yang abstrak. Konsep waktu yang dapat dilatih untuk dipahami anak adalah waktu sekarang, kemarin dan besok. Adapun waktu yang dapat dibaca melalui jam atau kalender dapat dipahami anak setelah mereka memakai konsep kemarin dan besok.
Cara yang dapat digunakan dalam mengenal konsep waktu adalah dengan menggunakan jadwal kegiatan anak sehingga mereka mengetahui urutan kegiatan hari ini dan selanjutnya.












BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Penyajian data
Dalam penyajian data penulis mengurai secara lengkap tentang perilaku hiperaktif dengan menggunakan metode observasi dan wawancara yang kami peroleh dari sekolah/guru-guru TK LAB SCHOOL UNESA yang meliputi :
1.      Identitas Anak Didik 
Nama Lengkap                              : I Made Merta Karana
Nama Panggilan                            : Made
2. Jenis Kelamin                                  : Laki-laki
3. Tempat dan Tanggal Lahir              : Surabaya, 05 November 2007
4. Alamat Rumah
    Jalan                                                : Royal Ketintang Regency K-9
    Desa/ Kelurahan                              : Ketintang/ Ketintang Selatan
    Kecamatan                                      : Gayungan
    Kabupaten/ Kotamadya                  : Surabaya
    Propinsi                                           : Jawa Timur
5. Agama                                             : Hindu
6. Kewarganegaraan                           : WNI
7 Anak Ke                                           : Ke- 2 (dua)
8. Jumlah Saudara Kandung               : 2 (dua)
9. Jumlah Saudara Tiri                        : -
10. Jumlah Saudara Angkat                : -
11.Anak Yatim/ piatu/ yatim piatu *): -
12. Bahasa Sehari-hari                        : Bahasa Indonesia
13. Golongan darah                            : -
14. Penyakit yang pernah diderita      : -
15. Imunisasi yang pernah diterima :
16. Ciri-ciri khusus                              : Rambut lurus, kulit sawo matang, berkacamata
17. Data Ayah/Wali
      Nama                                             : Ketut Sugiantara
      Tempat, Tanggal Lahir                  : Singaraja, 27 Januari 1972
      Agama                                           : Hindu
      Pendidikan Terakhir                      : Sarjana Muda
      Pekerjaan                                       : Swasta
      Alamat Rumah                              : Royal Ketintang Regency K-9
      No Telp                                         : 081330595127
     Alamat kantor                                : -
18. Data Ibu/Wali
      Nama                                             : Ni Made Yuniasih    
      Tempat, Tanggal Lahir                  : Surabaya, 17 Juni 1975
      Agama                                           : Hindu
      Pendidikan Terakhir                      : S1
      Pekerjaan                                       : Ibu Rumah Tangga
     Alamat Rumah                               : Royal Ketintang Regency K-9
     No Telp                                          : 085230082037
     Alamat Kantor                               : -
B. Analisis Data
1. Bentuk Hiperaktif
Di sekolah anak hiperaktif bisa dikenali antara lain pada anak yang memperlihatkan gejala-gejala:
1.    Sering tidak mampu menyelesaikan tugas guru, terutama yang memerlukan  
                konsentrasi dalam waktu lama, walaupun bentuknya permainan.
2. Jika diajak berbicara sulit memperlihatkan perhatian kepada lawan bicaranya.
           3. Mudah berubah perhatian terutama jika ada bentuk stimulus dari luar.
           4. Menjawab atau berkata spontan tanpa pikir, sering tidak ada hubungannya dengan
               yang sedang menjadi topik pembicaraan.
5. Di tempat duduk sering gelisah, suka bergerak; sulit mempertahankan diri untuk
               diam lebih dari lima menit.
            6.Sering melontarkan pertanyaan tak bermakna selama pelajaran.
            7. Suka mengganggu teman-temannya, membuat gaduh, tidak mudah menurut tata
               disiplin kelas.
Kepada anak semacam ini harus segera dilakukan penanganan serius dan profesional. Guru maupun orang tua harus mendapat bimbingan khusus. Jika sudah waktunya mendapat obat-obatan, anak harus segera ditangani tenaga medis yang handal.
Made adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Dia tinggal bersama kedua orang tuanya. Made merupakan kategori anak yang tidak bisa diam saat pembelajaran di kelas berlangsung. Made kerap kali berputar-putar, jalan kesana kemari, menggeliat dan menggulung tubuhnya di karpet dalam kelas.
            Berikut merupakan hasil observasi yang di lakukan penulis selama proses pembelajaran :

No
Aspek yang di amati
Ya
Tidak
1.     
2.     
3.     
4.     
5.     
6.     
7
8
Tangan dan kaki tidak dapat diam
Meninggalkan tempat
Lari kesana kemari
Bergerak terus
Berbicara terus
Tanggap terhadap rangsangan baru
Ketekunan rendah
Aktifitas tidak beraturan
ü   
ü   
ü   
ü   
ü   
ü   

ü   






ü   

Berdasarkan data tersebut dapat di simpulakn bahwa Made anak kelompok B2 TK Lab School UNESA merupakan anak yang hiperaktif. Made cenderung cepat bosan dengan kegiatan yang dia lakukan. Tidak hanya bosan saat ia harus duduk diam, saat kegiatan bergerakpun Made kerap bosan, jika ia sudah bosan maka Made memilih mencari perhatian dengan cara berjalan-jalan sambil melompat-lompat dari pada memperhatikan gurunya.
Disaat guru menerangkan di depan kelas Made jarang sekali memperhatikan, dia sibuk memainkan lidahnya dengan menjulurkan lidahnya dan diputar-putar di tepi bibirnya. Tidak hanya pada saat dijelaskan oleh guru, saat berdoapun Made kerap bermain balok geometri yang ada di belakang kelas sampai-sampai gurunya menggandeng tangan Made agar mau berdoa bersama teman-temannya yang lain.
Made sering salah dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, misalnya saat tema Tanah Air / Bhineka Tunggal Ika ( Suku Dayak), Hari selasa, tanggal 27Agustus 2013 saat kegiatan memberi tanda “<” pada benda yang jumlahnya banyak made bingung dan kurang begitu paham mengenai tugas yang diberikan sehingga made mencontek pekerjaan temannya. Made juga belum begitu faham mengenai tanda “<” yang berti kurang dari dan tanda “>” yang berarti lebih dari. Sampai akhirnya ada seorang guru PPL yang melihat dan menegur Made, namun Made tidak menghiraukan sehingga guru PPL tersebut membantu Made menyelesaikan tugasnya. Made adalah tipe anak yang tidak dapat dipaksa, apapun yang dia lakukan akan sangat sulit dihentikan.
Perkembangan berhitung permulaan Made terbukti kurang begitu berkembang dilihat dari beberapa kegiatan kognitif ( berhitung permulaan) yang ada disetiap pembelajaran misalkan mengurutkan gambar bendera dari yang kecil hingga ke yang besar seperti pada kegiatan hari Rabu, 21 Agustus 2013 dengan tema Tanah Air sub tema Bendera Made kerap kali salah dalam pengurutan besar ke kecil serta kegiatan berhitung permulaan yang lain Made kerap kali salah dalam pengerjaannya sehingga hanya mendapatkan bintang dua / bintang satu.
2.      Upaya penanganan
Menurut beberapa ahli tidak usah bingung tentang bagaimana cara mengatasi anak hiperaktif. Karena penyebabnya sebagian besar adalah gangguan kimiawi dan anatomi otak, apa boleh buat, salah satu cara mengatasinya adalah dengan obat-obatan yang ditujukan penyebab utamanya. Namun ini membutuhkan penanganan profesional.
Penanganan lain adalah terapi perilaku dan edukasi, antara lain:
1. Latihan kedisiplinan dengan pola hadiah/pujian dan hukuman
2.    Penyederhanaan materi pelajaran
3.    Fokus pada apa yang bisa menimbulkan minat dan kesukaan
4.    Metode dan pendekatan yang penuh variasi dan peraga yang menarik dan berubah-ubah
5.     Perhatian dan kasih saying
Beberapa prinsip pengajaran antara lain:
1.    Jauhkan anak dari hal-hal yang bisa menyimpangkan perhatian selama di kelas, seperti gambar-gambar, mainan, jendela yang mengarah ke luar, teman-teman yang bisa menarik perhatian.
2.    Jika ada dalam satu kelas dengan anak lain (yang normal) hendaknya ia diberikan teman duduk atau teman main yang mau mengerti keadaannya dan bertoleransi. Tempatkan ia di depan sehingga perhatiannya hanya tertuju kepada guru, tak terganggu adanya anak-anak lain.
3.    Tekankan pada disiplin dan kerja sama/interaksi, misalnya dalam kelompok-kelompok kecil.

     Pada prinsipnya anak hiperaktif harus ditangani sedini mungkin sebab ada kecenderungan makin lama akan makin menjadi-jadi.
Perilaku hiperaktif yang berlebihan akan merugikan anak, oleh karena itu perlu dilakukan beberapa upaya agar perlilaku hiperaktif anak dapat ditunjukkan secara wajar. Pendekatan kepada anak secara psikologis dan pedagogis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1.      Melakukan observasi terhadap tingkah laku anak selama di sekolah baik ketika pembelajaran berlangsung maupun ketika jam istirahat
2.      Menempatkan anak di bangku yang dekat guru, di antara anak yang tenang dan amat memperhatikan pelajaran
3.      Menatap anak saat berkomunikasi
4.      Memberikan pujian saat anak tenang
5.      Menyingkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, agar perhatiannya tidak terpecah
6.      Sesekali menggunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau menepuk punggung anak untuk memfokuskan perhatiannya
7.      Memberi penghargaan terhadap usaha-usaha anak, terlebih lagi usaha yang positif
8.      Memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat mengalihkan perilakunya yang tidak baik dengan media yang menarik dan memerlukan konsentrasi
9.      Menghindari menempatkan anak di dekat jendela, pintu terbuka atau gambar yang warnanya cerah karena dapat merusak konsentrasinya
10.  Menghindari nada keras saat berkomunikasi dengan anak hiperaktif, anak bisa mendengar tetapi keuslitan mengerti apa yang didengarnya. Karena telingga dan otak tidak bekerja efisien dalam memproses suara. Juga kesulitan memusatkan pendengaran pada suara tertentu
11.  Melatih disiplin pada anak dengan cara guru harus lebih tegas terhadap anak
12.  Saat kegiatan berhitung permulaan guru harus benar-benar memperhatikan anak bahwa anak konsentrasi
































BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dalam berhitung permulaan maka dapat disimpulkan bahwa :
Perkembangan anak hiperaktif kebanyakan rendah. Hal ini disebabkan oleh perhatian anak terhadap lingkungannya juga rendah, perhatian mudah berubah, konsentrasi yang pendek dan kurang kontrol terhadap perilaku membuat anak hiperaktif memiliki intelegensi yang rendah. Perilaku yang timbul pada anak hiperaktif adalah ketidak mampuan untuk mengkontrol perilakunya sendiri. Kelemahan tersebut digambarkan dengan kondisi seperti : ketidakmampuan untuk berhenti bergerak, mendengarkan, melihat, dan berfikir sehingga menjadi lingkaran masalah yang terus menerus. Kemampuan yang lemah disertai kontrol yang lemah menyebabkan anak hiperaktif memiliki motivasi dan perhatian yang lemah pula sehingga akan berpengaruh pada kemampuan berhitung permulaannya.
Cara penanganan anak Hiperaktif lain adalah terapi perilaku dan edukasi, antara lain:
1. Latihan kedisiplinan dengan pola hadiah/pujian dan hukuman
2.    Penyederhanaan materi pelajaran
3.    Fokus pada apa yang bisa menimbulkan minat dan kesukaan
4.    Metode dan pendekatan yang penuh variasi dan peraga yang menarik dan berubah-ubah
5.     Perhatian dan kasih saying
Apabila anak hiperaktif tersebut tidak segera di tangani dapat menyebabkan perkembangan dirinya terganggu saat dewasa nantinya.
B.     Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami laksanakan, ada beberapa saran yang dapat kami sampaikan antara lain sebagai berikut :
1.      Untuk Pendidik
a.       Hendaknya pendidik tidak menekan anak, memperlakukan anak dengan hangat dan sabar namun tetap konsisten serta tegas.
b.      Hendaknya guru sering memperhatikan anak yang belum faham tentang berhitung permulaan dan mengajari anak lebih dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.
2.      Untuk Orang Tua
a.       Sebagai orang tua hendaknya secara rutin berkomunikasi dengan guru untuk mengetahui perkembangan anaknya ketika berada disekolah.
b.      Orang tua diharapkan senantiasa bersabar dan menerima keadaan anak.
c.       Orang tua diharapkan tidak membeda bedakan anak hiperaktif dengan anak lainnya.

















DAFTAR PUSTAKA
Dewi Rosmala. 2005. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan san Ketenagaan Perguruan Tinggi
Gunawan Adi. 2004. Born to be a genius. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
Harlock, Elizabeth.B, 1978.Perkembangan Anak  Jakarta : Erlangga.
Severe, Sal, Ph. D. (2003). Bagaimana Bersikap pada Anak Agar Anak  Bersikap Baik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum.
H:\HIPERAKTIF\Mendidik Anak Hiperaktif.htm. Diakses pada tanggal 01 September 2013. Pukul 20.03












LAMPIRAN


 






Foto 01 Made selalu tidak dapat duduk diam di tempatnya


 







Foto 02 Made selalu pulang terakhir karena selalu tidak bisa diam saat kegiatan berdoa
 








Foto 03 Ibu Rosy saat menenangkan made

Tidak ada komentar:

Posting Komentar