BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Anak merupakan manusia kecil yang
memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa.
Mereka selalu aktif, dinamis, antusias, dan ingin tahu terhadap apa yang mereka
lihat, dengar, rasakan, dan tidak pernah berhenti bereksplorasi
Anak
merupakan pribadi yang unik dengan segala karakteristik pada dirinya. Terutama
pada masa emasnya (golden age) yaitu
0-6 tahun, otak anak berkembang sangat pesat hingga mencapai 80%. Pada masa ini
milyaran sel pada otak anak akan saling berhubungan membentuk jaringan yang
semakin kompleks jika mendapat stimulasi yang tepat dari lingkungan sekitarnya.
Menurut
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani anak agar anak memiliki kesiapan.
Sebagai
pendidik yang baik kita harus mampu memberikan bimbingan dan perhatian kepada
anak didik untuk menangani hambatan dan kesulitan yang dihadapi anak dalam
kegiatan belajar sehingga anak dapat berkembang secara optimal. Didalam
kegiatan belajar mengajar di TK IDHATA UNESA, penulis menemukan beberapa
kendala yang di alami oleh siswa TK B2, yang berperilaku lebih aktif
dibandingkan dengan teman sebayanya, asyik dengan kegiatannya sendiri, serta sulit
untuk dikendalikan.
Menurut
Parker ( 1992), anak-anak dengan GPPH/ADHD yang tidak
ditangani
dengan baik akan mengalami problem-problem perilaku dalam keterbatasan dalam
penyesuaian sosial, kegagalan sekolah dan putus sekolah, serta penyalah gunaan
obat-obatan dan melakukan tindakan kriminal.
Sebagai pendidik,
guru diharapkan kreatif untuk membuat kegiatan yang menarik bagi anak sehingga
anak tertarik dalam setiap kegiatan serta anak ikut aktif dalam kehiatan
belajar mengajar. sehingga anak dapat mengembangkan daya pikirnya dalam bereksplorasi.
selain itu kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya
dilakukan dengan situasi yang menyenangkan dalam menggunakan strategi, metode,
materi/bahan, dan media pembelajaran yang menarik serta mudah diikuti oleh
anak. Oleh karena itu, dalam hal ini guru dituntut untuk paham betul tentang
anak yang diperaktif agar dalam usaha pencapaian tujuan kegiatan belajar
mengajar yang berhasil. karena anak hiperaktif perlu diberikan penangan
secepatnya agar anak dapat menyelesaikan tahapan perkembangan dirinya dengan
baik
Sama halnya dengan Made anak
usia 6 tahun di kelompok B-2 TK IDHATA UNESA Surabaya yang memiliki
permasalahan dalam berperilaku yang memperlihatkan gerakan berlebihan, tanpa
tujuan. Sedangkan apabila permasalahan yang ada pada Made tersebut tidak segera
di tangani dapat menyebabkan perkembangan dirinya terganggu saat dewasa nanti
namun pentingnya
peranan orang tua maupun guru dalam menanggani permasalahan anak terkadang tidak disadari oleh karena itu banyak
terdapat permasalahan yang timbul. Seperti halnya permasalahan hiperaktifan anak. Atas dasar
permasalahan di atas penulis tertarik untuk mempelajari dan mendalami lebih
jauh tentang hiperaktif dan upaya penangannya yang dirumuskan dalam makalah
dengan judul “Pengaruh Perilaku Hiperaktif pada Anak Usia Dini Terhadap
Kemampuan Berhitung Permulaan” sehingga dengan demikian, diharapkan anak dapat
memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas
maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan berhitung
permulaan yang terjadi pada anak yang memiliki perilaku hiperaktif?
2. Adakah
pengaruh perilaku hiperaktif terhadap kemampuan berhitung permulaan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana
kemampuan berhitung permulaan yang terjadi pada anak yang memiliki perilaku
hiperaktif.
2.
Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh perilaku hiperaktif terhadap kemampuan
berhitung permulaan anak.
1.4
Manfaat
Manfaat
dari penulisan laporan ini
adalah sebagai berikut :
- Bagi pembaca :
Agar pembaca dapat
mengerti berbagai hal yang menyebabkan terjadinya hiperaktif.
2 Bagi
penulis :
Memberikan tambahan
ilmu yang bermanfaat dan informasi kepada pembaca
tentang hiperaktif.
1.5 Metode
Metode pustaka dalam penulisan laporan ini adalah
induktif-deduktif. Sedangkan metode data lapangan dalam penulisan laporan ini
adalah observasi dan dokumentasi.
Untuk
mengumpulkan data yang diperlukan penulis
menggunakan metodepengumpulan data yaitu
observasi, wawancara, dan dokumentasi yang ditunjang oleh kajian teoritis ahli yang terkait
dengan variable dalam permasalahan:
1.
Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan
data dengan cara mengamati atas objek penelitian baik langsung maupun tidak
langsung, misalnya mengenai situasi dan kondisi, lokasi penelitian secara umum
di Taman Kanak-Kanak Idhata Unesa
Surabaya, serta karakteristik anak hiperaktif di Taman Kanak-Kanak Idhata Unesa Surabaya.
2.
Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi penelitian untuk menemukan permasalahan yang diteliti,
tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam(Sugiyono,2008:231). Esterberg dalam Sugiyono (2008:233) mengemukakan
beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur, dan
tidak terstruktur. Penulis menggunakan wawancara semistruktur karena dengan teknik
tersebut, penulis mengharapkan wawancara berlangsung luwes arahnya bisa lebih
terbuka, percakapan tidak membuat jenuh kedua belah pihak baik penulis dan guru
/ kepala sekolah di Taman Kanak-Kanak Idhata Unesa Surabaya sehingga diperoleh informasi
yang lebih kaya. Kegiatan ini menggunakan panduan wawancara yang berisi
butir-butir pertanyaan untuk diajukan kepada informan. Panduan tersebut hanya
untuk memudahkan dalam melakukan wawancara, penggalian data dan informasi dan
selanjutnya bergantung pada improvisasi peneliti di lapangan.
Dari hasil wawancara yang dilakukan
dengan guru/kepala sekolah di
Taman Kanak-Kanak Idhata Unesa
Surabaya
penulis mendapatkan informasi mengenai identitas anak dan
seberapa jauh kemampuan anak hiperaktif.
3.
Dokumentasi
Pengumpulan data dengan dokumen
dilakukan dengan cara mempelajari, mendalami, dan mengutip teori-teori atau
konsep-konsep dari sejumlah literatur, baik buku, jurnal, majalah, koran, atau
karya tulis lainnya yang relevan dengan topik,
fokus atau variabel penelitian . Dalam hal ini, penulis mencari referensi dari
beberapa buku dan internet. Menggunakan metode
dokumentasi yakni pengumpulan data. Data tersebut berupa dokumentasi
foto dari obyek, informan (kepala sekolah
dan guru), dan segala sesuatu yang berkaitan dengan
permasalahan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II.1
Landasan Teoritik
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami
masalah tidak dapat memilah dan memusatkan pikiran pada satu hal pada satu
saja. Mereka cenderung terus-menerus bergerak baik secara mental maupun fisik.
Karena anak hiperaktif tidak dapat duduk diam, tidak dapat mendengarkan, atau
bahkan tidak dapat mengerjakan suatu pekerjaan dalam jangka waktu yang lama,
maka mereka mengalihkan perhatian dari satu hal ke hal yang lain dan sering
kali mengganggu anak-anak lain pada saat yang sama.
Pengertian
hiperaktif atau sering dikenal dengan sindroma
hiperaktivitas menurut (Nelson, 1994) adalah merupakan istilah gangguan
kekurangan perhatian menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada
anak-anak, yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas,
hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal. dalam
dunia kesehatan dikenal dengan istilah ADHD (attention deficit
hyperactivity disorder).
Menurut Sani Budiantini Hermawan, Psi., “Secara psikologi hiperaktif
merupakan gangguan tingkah laku yang tidak normal, yang disebabkan oleh
neurologist dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian”. Sedangkan
menurut Susan B. Campbell dan
John S. Werry bahwa hiperaktif adalah gangguan yang
mempunyai ciri-ciri keaktifan yang berlebih-lebihan, biasanya mengalami
kesukaran dalam memusatkan latihan dan pikirannya, tidak mampu mengontrol diri
untuk bersikap tenang.”
II.2 Penyebab Hiperaktif
Secara umum tanda gejala anak hiperkatif yang terlihat dari alergi
shiner (lingkaran hitam di bawah mata) dan hidung tersumbat. Gejala yang lain
misalnya infeksi telinga, gangguan tidur, alergi (seperti eksim, gatal-gatal,
dan penyakit asma), gangguan pencernaan berupa diare atau sembelit, sakit
kepala dan sakit pada bagian kaki di malam hari.
Dr. Mary Go Setiawani dalam menggambarkan tanda anak hiperaktif ini pada
umumnya akan bersifat lebih agresif, penuh semangat, tidak dapat tenang, sulit
diajar, tidak tahan lama melakukan suatu aktivitas, sulit bergaul dengan teman
sebaya, tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dan juga sulit
menaati apa yang dikatakan orang tua serta guru sekolahnya.
Menurut hasil beberapa penelitian penyebab anak hiperaktif adalah adanya
gangguan genetik yang terdapat pada DNA anak yang bersangkutan. Sebagai
tambahan informasi, bahwa di seluruh dunia saat ini diperkirakan terdapat 3-5
persen anak yang hiperaktif. dan ADHD atau hiperaktif ini lebih sering terjadi
pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Penyebab hiperaktif pada anak merupakan suatu penyakit genetik dan
membuat otak anak berkembang dengan kondisi berbeda dibandingkan dengan
anak-anak yang normal. Dalam sebuah penelitian, didapati bahwa otak anak-anak
yang menderita ADHD ternyata memiliki potongan kecil DNA yang terhapus maupun
terduplikasi yang dikenal sebagai Copy Number Variants (CNVs). Area yang
tumpang tindih tersebut berada di area tertentu yang terdiri dari beberapa gen
yang berperan dalam perkembangan otak dan terkait dengan gangguan kejiwaan
serta schizofrenia.
Penyebab anak hiperaktif lainnya juga bisa disebabkan karena faktor
keturunan, ibu perokok dan pengguna narkoba atau alkohol pada masa kehamilan
akan berpotensi mengurangi aktivitas sel saraf yang menghasilkan
neurotransmiter.
Beberapa tanda gejala anak hiperaktif lainnya bisa berupa :
1.Kesulitan dalam memfokuskan perhatian terhadap sesuatu hal.
2.Tidak memberikan perhatian terhadap sesuatu yang detail.
3.Tidak mau dan enggan untuk mendengarkan orang lain.
4.Tidak bisa bermain dengan tenang.
5.Tidak bisa tinggal diam di tempat.
6.Memiliki masalah dengan tugas-tugas yang membutuhkan perencanaan.
II.3 Hakikat Berhitung Permulaan
a.
Pengertian Berhitung Permulaan
The principles and strandards for school mathematics
(prinsip dan standar untuk matematika sekolah), yang dikembangkan oleh kelompok
pendidik dari national council of Teacher of mathematics (NCTM, 2000)
memaparkan harapannya matematika untuk anak usia dini adalah, konsep-konsep
yang bisa dipahami anak usia dini antara lain: (1) bilangan, (2) pola, (3)
geometri, (4) ukuran, (5) estimasi, (6) statistik, (7) klasifikasi, (8)
pemecahan masalah.
Berhitung
adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan seperti menjumlah, mengurangi
serta memanipulasi bilangan-bilangan dan lambang-lambang matematika, sedangkan
untuk mengetahui tingkat kemampuan berhitung siswa digunakan metode tes.
Metode
tes adalah serentetan pertanyan atau latihan atau alat lain yang digunakan pada
lingkup perkembangan. Metode tes adalah termasuk metode non eksperimental.
Berikut ini adalah metode-metode eksperimental antara lain :
a.
Metode pengamatan, suatu cara untuk mencatat tingkah laku
tertentu
dari orang yang diamati dengan menggunakan pedoman
observasi.
b.
Metode survei, suatu metode yang digunakan untuk mempelajari
beberapa masalah yang sulit dipelajari melalui metode
pengamatan dan menggunakan kuesioner atau wawancara.
c.
Metode klinis, suatu metode yang digunakan untuk mengamati
seseorang di tempat khusus yang telah disediakan, sehingga
dapat diketahui perilaku-perilaku dan pernyataan-pernyataannya yang spontan
dengan tujuan paedagogis atau medis.
d.
Metode angket, suatu cara dengan
menggunakan daftar pertanyaan atau pertanyaan yang
diberikan kepada sejumlah orang yang harus dijawab, untuk kemudian dicari
simpulan umum.
e. Metode wawancara,
suatu cara untuk menggali pendapat, perasaan, sikap, pandangan, proses
berpikir, proses penginderaan dan berbagai hal yang merupakan tingkah laku
covert yang tidak dapat ditangkap langsung oleh atau melalui metode observasi.
f. Metode sejarah
kehidupan, suatu metode yang digunakan untuk mengetahui tingkah laku seseorang
dengan segala latar belakangnya. Melalui penelitian buku harian atau wawancara
tentang masa lalu subjek.
g. Metode tes
(pemeriksaan psikologis), suatu metode yang digunakan untuk memeriksa hal-hal
yang tidak dapat diketahui dengan metode-metode lain, seperti IQ, kepribadian,
arah minat, kecemasan dengan menggunakan tes psikodiagnostik.
Minat penelitian ilmiah tentang anak mendapat dorongan yang
besar setelah G. Stanley Hall mengawali penelitiannya tentang konsep anak
(1891) dengan tekanan bahwa anak bukan orang dewasa kecil. Pandangan ini
diterima oleh murid-muridnya yang tidak lama kemudian diikuti oleh banyak
psikolog dan ahli pendidikan.
b.
Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung
di taman
kanak-kanak
sebagai berikut :
a.
Tingkat perkembangan mental anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan
kesiapan dalam pendidikan anak. Artinya belajar sebgai proses membutuhkan
aktivitas baik fisik maupun psikis. Selain itu kegiatan belajar pada anak harus
disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan.
Anak usia TK berada pada tahapan pra
operasional kongkret dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan
tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada interprestasi dan
pengalamannya (persepsi sendiri).
b. Masa peka berhitung pada anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukkan masa peka (kematangan)
untuk berhitung, maka orang tua dan guru harus tanggap, untuk segera memberikan
layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan
dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Anak usia TK adalah masa yang sangat
strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika. Karena usia TK
sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dan lingkungan. Rasa ingin
tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi / rangsangan /
motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya.
c. Perkembangan awal menentukan
perkembangan anak selanjutnya
Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima
tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan
selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala
kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal perkembangannya diamalkan akan
sangat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
Dalam studi klinis sejak bayi hingga dewasa yang dilakukan
oleh Erikson (dalam Elizabet B. Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa “masa
kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, tempat dimana kebaikan dan sifat
buruk akan berkembang mewujudkan diri, meskipun lambat tetapi pasti”.
Selanjutnya Erikson menerangkan, apa yang akan dipelajari
seorang anak tergantung bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan
makanan, perhatian, cinta kasih. Sekali ia belajar, sikap demikian akan
mewarnai persepsi individu akan masyarakat dan suasana sepanjang hidup.
Crumley.F.E. dkk, Gagne R.M. dan Smith, dkk (dalam Elizabeth
B Hurlock, 1978 : 26) menunjukkan bukti bahwa sejarah anak yang mempunyai
kesulitan penyesuaian sejak tahun-tahun prasekolah hingga sekolah menengah atau
universitas telah memperlihatkan bahwa banyak diantara mereka sangat buruk
penyesuaian dirinya pada masa kecil hingga tidak pernah dalam suatu kelompok
atau mempunyai banyak teman. Sebagai tambahan, banyak diantaranya menderita
kesulitan berbicara, sekolah, serta enuretik dan keluarga mereka menganggapnya
sebagai “anak yang penuh masalah”. Dari studi riwayat anak nakal, Glueck
(dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa remaja yang berpotensi
menjadi nakal, dapat diidentifikasi sedini usia dua atau tiga tahun karena
perilaku anti sosialnya.
c. Hakikat Matematika Usia Dini
Dalam
pembelajaran matematika terdapat banyak keterampilan yang dapat dikuasai anak
didik. Namun, bagi usia dini khususnya anak TK, keterampilan matematika yang
dapat diajarkan pada mereka tidak sebanyak dan sesulit anak-anak di atas
usianya. Adapun keterampilan yang dapat dilatih bagi anak-anak TK antara lain :
1.
Mencacah
Mencacah merupakan dasar bagi semua pekerjaan yang berkaitan
dengan bilangan. Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan mencacah,
yaitu :
a.
Anak-anak perlu belajar mengetahui nama bilangan satu, dua,
tiga, empat
dan seterusnya.
b.
Anak-anak harus belajar bahwa kita mencacah satu bilangan
untuk setiap
benda tanpa boleh ada yang ketinggalan atau tercacah lebih
dari sekali.
c.
Jawaban terhadap pertanyaan “Ada berapa ?” atau “Berapa
banyaknya?”
adalah satu bilangan : misalnya tiga, bukan satu, dua, tiga.
d.
Banyaknya bilangan
tetap sama, tidak berubah, darimana kita mulai mencacah dan bagaimanapun
benda-benda itu tersusun.
Cara terbaik mencacah benda adalah dengan menunjukkan ke
benda tersebut atau memegang dan memindahkannya. Kegiatan mencacah menggunakan
buku, maka anak dapat diminta mencoret setiap benda yang sudah dicacah atau
menutupinya dengan sesuatu, untuk menjamin bahwa setiap benda dicacah tepat
sekali. (Yulvia Sari, 2006).
2.
Membuat Pola
Pola merupakan urutan dari warna, bentuk, benda, suara atau
gerakan-gerakan yang dilakukan berulang kali. Adapun beberapa macam pola,
diantaranya :
a. Pola Visual
Pola visual merupakan pola yang tampak
atau jelas dilihat oleh mata.
Pola visual biasanya terdapat pada bahan-bahan atau
kain-kain.
d. Pola Auditori
Pola auditori atau pendengaran
biasanya ditemukan dalam melodi musik, tepuk tangan dan pengulangan bahasa atau
suara-suara dari cerita atau permainan jari dan suara binatang seperti kucing,
kambing dan yang lainnya.
c.
Pola Physic
Pola physic atau gerak terdapat dalam tarian, dan
gerakan-gerakan
yang berurutan.
Belajar dengan macam pola juga dapat membantu anak untuk
mengembangkan keterampilan berpikir seperti menganalisa (menguraikan) dan
membuat sintesis (paduan beberapa pengertian) dan mengasah keterampilan bahasa
matematika.
Hal-hal yang perlu diingat dalam belajar tentang pola adalah
dimulai dengan 2 pola yang sederhana seperti AB. Setelah pola sederhana
tersebut dikuasai anak bisa dilanjutkan ke pola yang lebih sulit seperti ABC,
AAB, AABB. Selain itu suatu pola juga dapat diperoleh melalui identifikasi
(tanda kenal atau penentu identitas benda atau sesuatu), mencocokan, menyalin dan
menciptakan pola.
3.
Menyortir dan Mengelompokkan
Menyortir atau memilih dan mengelompokkan benda merupakan
kegiatan umum yang dilakukan oleh berbagai usia. Pada anak-anak, benda-benda
yang dapat disortir dan dikelompokkan adalah berbagai bentuk dengan berbagai
warna dan ukuran.
4.
Membandingkan
Kegiatan membandingkan yang biasa dilakukan oleh anak adalah
membandingkan ukuran, tekstur, warna dan kecepatan yang pada akhirnya mengarah
pada kualitas atau banyaknya sesuatu.
5.
Konsep Angka
Pembelajaran konsep angka berkaitan dengan pemikiran tentang
“Berapa banyak” suatu benda. Konsep angka juga meliputi kegiatan berhitung.
Satu per satu dan yang paling penting adalah memahami angka yang dipelajari.
Belajar memahami angka merupakan keterampilan yang sangat mendasar bagi anak
yang melakukan kegiatan yang bertalian dengan angka.
Pembelajaran berhitung berkaitan dengan pembelajaran urutan
nama angka yang digunakan untuk menamakan jumlah dari suatu benda.
Berbicara tentang konsep angka. Disini terdapat perbedaan
antara angka dan bilangan. Angka diartikan sebagai simbul (5). Sedangkan
bilangan merupakan arti yang sesungguhnya dari angka atau simbol 5.
6.
Pemecahan Masalah
Problem solving atau pemecahan masalah merupakan suatu
proses penyelesaian masalah yang berkaitan dengan keterampilan matematika dan
konsep. Problem solving dapat dilakukan di berbagai tempat dan situasi seperti
waktu makan atau snack, waktu berkumpul dalam lingkaran (Circle time),
diberbagai sudut atau area, di halaman bermain dan lain-lain.
Manfaat pemecahan masalah bagi anak adalah memberikan
pengalaman berbagai pikiran atau pendapat dengan anak-anak yang lain. Dan
kemampuan anak dan memecahkan suatu masalah akan menimbulkan rasa percaya diri
pada anak tersebut.
7.
Ukuran dan Perkiraan
Dalam mempelajari keterampilan mengukur dan memperkirakan
sesuatu, hendaklah menggunakan benda kongkret. Dalam kegiatan ini anak
dilibatkan untuk mengukur dan memperkirakan sesuatu jangan hanya menjadi
pengamat pasif. Adapun hal-hal yang dapat digunakan untuk kegiatan mengukur
adalah jam mengukur waktu, thermometer mengukur temperature atau suhu, gelas
mengukur kuantitas, skala mengukur luas dan lain-lain.
8.
Waktu
Hal ini terasa sulit karena waktu merupakan konsep yang
abstrak. Konsep waktu yang dapat dilatih untuk dipahami anak adalah waktu
sekarang, kemarin dan besok. Adapun waktu yang dapat dibaca melalui jam atau
kalender dapat dipahami anak setelah mereka memakai konsep kemarin dan besok.
Cara yang dapat digunakan dalam mengenal konsep waktu adalah
dengan menggunakan jadwal kegiatan anak sehingga mereka mengetahui urutan
kegiatan hari ini dan selanjutnya.
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS
DATA
A. Penyajian data
Dalam penyajian data penulis mengurai secara lengkap tentang perilaku
hiperaktif dengan menggunakan metode observasi dan wawancara yang kami peroleh dari
sekolah/guru-guru TK LAB SCHOOL UNESA yang meliputi :
1. Identitas
Anak Didik
Nama Lengkap :
I Made Merta Karana
Nama Panggilan :
Made
2. Jenis Kelamin :
Laki-laki
3. Tempat dan Tanggal Lahir :
Surabaya, 05 November 2007
4. Alamat Rumah
Jalan : Royal Ketintang
Regency K-9
Desa/ Kelurahan : Ketintang/
Ketintang Selatan
Kecamatan : Gayungan
Kabupaten/ Kotamadya : Surabaya
Propinsi : Jawa
Timur
5. Agama :
Hindu
6. Kewarganegaraan :
WNI
7 Anak Ke :
Ke- 2 (dua)
8. Jumlah Saudara Kandung :
2 (dua)
9. Jumlah Saudara Tiri :
-
10. Jumlah Saudara Angkat :
-
11.Anak Yatim/ piatu/ yatim piatu *): -
12. Bahasa Sehari-hari :
Bahasa Indonesia
13. Golongan darah :
-
14. Penyakit yang pernah diderita :
-
15. Imunisasi yang pernah diterima :
16. Ciri-ciri khusus :
Rambut lurus, kulit sawo matang, berkacamata
17. Data Ayah/Wali
Nama : Ketut Sugiantara
Tempat, Tanggal Lahir : Singaraja, 27 Januari 1972
Agama : Hindu
Pendidikan Terakhir : Sarjana Muda
Pekerjaan : Swasta
Alamat Rumah : Royal Ketintang
Regency K-9
No Telp :
081330595127
Alamat kantor : -
18. Data Ibu/Wali
Nama : Ni Made Yuniasih
Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 17 Juni 1975
Agama : Hindu
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
Alamat Rumah : Royal Ketintang
Regency K-9
No Telp :
085230082037
Alamat Kantor : -
B. Analisis Data
1. Bentuk Hiperaktif
Di sekolah anak hiperaktif bisa
dikenali antara lain pada anak yang memperlihatkan gejala-gejala:
1.
Sering
tidak mampu menyelesaikan tugas guru, terutama yang memerlukan
konsentrasi dalam waktu lama, walaupun bentuknya
permainan.
2. Jika diajak
berbicara sulit memperlihatkan perhatian kepada lawan bicaranya.
3. Mudah berubah perhatian terutama jika ada bentuk
stimulus dari luar.
4. Menjawab atau berkata spontan tanpa pikir,
sering tidak ada hubungannya dengan
yang sedang menjadi topik pembicaraan.
5. Di tempat duduk
sering gelisah, suka bergerak; sulit mempertahankan diri untuk
diam lebih dari lima menit.
6.Sering melontarkan pertanyaan tak bermakna
selama pelajaran.
7. Suka mengganggu teman-temannya, membuat gaduh,
tidak mudah menurut tata
disiplin kelas.
Kepada anak semacam ini
harus segera dilakukan penanganan serius dan profesional. Guru maupun orang tua
harus mendapat bimbingan khusus. Jika sudah waktunya mendapat obat-obatan, anak
harus segera ditangani tenaga medis yang handal.
Made adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Dia tinggal bersama kedua
orang tuanya. Made merupakan kategori anak yang tidak bisa diam saat
pembelajaran di kelas berlangsung. Made kerap kali berputar-putar, jalan kesana
kemari, menggeliat dan menggulung tubuhnya di karpet dalam kelas.
Berikut merupakan hasil
observasi yang di lakukan penulis selama proses pembelajaran :
No
|
Aspek yang di amati
|
Ya
|
Tidak
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7
8
|
Tangan dan
kaki tidak dapat diam
Meninggalkan
tempat
Lari kesana
kemari
Bergerak
terus
Berbicara terus
Tanggap
terhadap rangsangan baru
Ketekunan
rendah
Aktifitas
tidak beraturan
|
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
|
ü
|
Berdasarkan data tersebut dapat di simpulakn bahwa Made anak kelompok B2
TK Lab School UNESA merupakan anak yang hiperaktif. Made cenderung cepat bosan
dengan kegiatan yang dia lakukan. Tidak hanya bosan saat ia harus duduk diam,
saat kegiatan bergerakpun Made kerap bosan, jika ia sudah bosan maka Made
memilih mencari perhatian dengan cara berjalan-jalan sambil melompat-lompat
dari pada memperhatikan gurunya.
Disaat guru menerangkan di depan kelas Made jarang sekali memperhatikan,
dia sibuk memainkan lidahnya dengan menjulurkan lidahnya dan diputar-putar di
tepi bibirnya. Tidak hanya pada saat dijelaskan oleh guru, saat berdoapun Made
kerap bermain balok geometri yang ada di belakang kelas sampai-sampai gurunya
menggandeng tangan Made agar mau berdoa bersama teman-temannya yang lain.
Made sering
salah dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, misalnya saat tema Tanah Air / Bhineka Tunggal Ika ( Suku Dayak), Hari selasa, tanggal 27Agustus 2013 saat kegiatan memberi tanda “<” pada benda yang
jumlahnya banyak made bingung dan kurang begitu paham mengenai tugas yang
diberikan sehingga made mencontek pekerjaan temannya. Made juga belum begitu
faham mengenai tanda “<” yang berti kurang dari dan tanda “>” yang
berarti lebih dari. Sampai akhirnya ada seorang guru PPL yang melihat dan
menegur Made, namun Made tidak menghiraukan sehingga guru PPL tersebut membantu
Made menyelesaikan tugasnya. Made adalah tipe anak yang tidak dapat dipaksa,
apapun yang dia lakukan akan sangat sulit dihentikan.
Perkembangan
berhitung permulaan Made terbukti kurang begitu berkembang dilihat dari
beberapa kegiatan kognitif ( berhitung permulaan) yang ada disetiap
pembelajaran misalkan mengurutkan gambar bendera dari yang kecil
hingga ke yang besar seperti pada kegiatan
hari Rabu, 21 Agustus 2013 dengan tema Tanah Air sub tema Bendera Made kerap kali salah dalam pengurutan besar ke kecil
serta kegiatan berhitung permulaan yang lain Made kerap kali salah dalam
pengerjaannya sehingga hanya mendapatkan bintang dua / bintang satu.
2.
Upaya penanganan
Menurut beberapa ahli tidak usah bingung tentang bagaimana cara mengatasi anak hiperaktif. Karena penyebabnya sebagian besar adalah gangguan kimiawi dan anatomi
otak, apa boleh buat, salah satu cara
mengatasinya adalah dengan obat-obatan
yang ditujukan penyebab utamanya. Namun ini membutuhkan penanganan profesional.
Penanganan lain adalah terapi perilaku dan
edukasi, antara lain:
1. Latihan kedisiplinan dengan pola hadiah/pujian dan hukuman
2.
Penyederhanaan
materi pelajaran
3.
Fokus pada apa yang bisa menimbulkan minat dan kesukaan
4.
Metode dan
pendekatan yang penuh variasi dan peraga yang menarik dan berubah-ubah
5.
Perhatian dan kasih saying
Beberapa prinsip pengajaran antara lain:
1.
Jauhkan anak dari hal-hal yang bisa menyimpangkan perhatian selama di kelas,
seperti gambar-gambar, mainan, jendela yang mengarah ke luar, teman-teman yang
bisa menarik perhatian.
2.
Jika ada dalam satu kelas dengan anak lain (yang normal) hendaknya ia
diberikan teman duduk atau teman main yang mau mengerti keadaannya dan
bertoleransi. Tempatkan ia di depan sehingga perhatiannya hanya tertuju kepada
guru, tak terganggu adanya anak-anak lain.
3.
Tekankan pada disiplin dan kerja sama/interaksi, misalnya dalam
kelompok-kelompok kecil.
Pada prinsipnya
anak hiperaktif harus ditangani sedini mungkin sebab ada kecenderungan makin
lama akan makin menjadi-jadi.
Perilaku hiperaktif yang berlebihan akan merugikan anak,
oleh karena itu perlu dilakukan beberapa upaya agar perlilaku hiperaktif anak
dapat ditunjukkan secara wajar. Pendekatan kepada anak secara psikologis dan
pedagogis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Melakukan observasi
terhadap tingkah laku anak selama di sekolah baik ketika pembelajaran
berlangsung maupun ketika jam istirahat
2.
Menempatkan anak di
bangku yang dekat guru, di antara anak yang tenang dan amat memperhatikan
pelajaran
3.
Menatap anak saat
berkomunikasi
4.
Memberikan pujian
saat anak tenang
5.
Menyingkirkan
perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, agar perhatiannya
tidak terpecah
6.
Sesekali
menggunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau menepuk punggung anak
untuk memfokuskan perhatiannya
7.
Memberi penghargaan
terhadap usaha-usaha anak, terlebih lagi usaha yang positif
8.
Memberikan
kegiatan-kegiatan yang dapat mengalihkan perilakunya yang tidak baik dengan
media yang menarik dan memerlukan konsentrasi
9.
Menghindari
menempatkan anak di dekat jendela, pintu terbuka atau gambar yang warnanya
cerah karena dapat merusak konsentrasinya
10. Menghindari nada keras saat berkomunikasi dengan anak
hiperaktif, anak bisa mendengar tetapi keuslitan mengerti apa yang didengarnya.
Karena telingga dan otak tidak bekerja efisien dalam memproses suara. Juga
kesulitan memusatkan pendengaran pada suara tertentu
11. Melatih disiplin pada anak dengan cara guru harus lebih
tegas terhadap anak
12. Saat kegiatan berhitung permulaan guru harus benar-benar
memperhatikan anak bahwa anak konsentrasi
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dalam berhitung permulaan maka dapat
disimpulkan bahwa :
Perkembangan anak hiperaktif kebanyakan rendah. Hal ini disebabkan oleh
perhatian anak terhadap lingkungannya juga rendah, perhatian mudah berubah,
konsentrasi yang pendek dan kurang kontrol terhadap perilaku membuat anak
hiperaktif memiliki intelegensi yang rendah. Perilaku yang timbul pada anak
hiperaktif adalah ketidak mampuan untuk mengkontrol perilakunya sendiri.
Kelemahan tersebut digambarkan dengan kondisi seperti : ketidakmampuan untuk
berhenti bergerak, mendengarkan, melihat, dan berfikir sehingga menjadi
lingkaran masalah yang terus menerus. Kemampuan yang lemah disertai kontrol
yang lemah menyebabkan anak hiperaktif memiliki motivasi dan perhatian yang
lemah pula sehingga akan berpengaruh pada kemampuan berhitung permulaannya.
Cara penanganan anak Hiperaktif
lain adalah terapi perilaku dan edukasi, antara lain:
1. Latihan kedisiplinan dengan pola hadiah/pujian dan hukuman
2.
Penyederhanaan
materi pelajaran
3.
Fokus pada apa yang bisa menimbulkan minat dan kesukaan
4.
Metode dan
pendekatan yang penuh variasi dan peraga yang menarik dan berubah-ubah
5.
Perhatian dan kasih saying
Apabila anak hiperaktif tersebut
tidak segera di tangani dapat menyebabkan perkembangan dirinya terganggu saat
dewasa nantinya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah kami laksanakan, ada beberapa saran yang dapat kami sampaikan antara
lain sebagai berikut :
1.
Untuk Pendidik
a.
Hendaknya pendidik tidak menekan anak, memperlakukan anak dengan hangat
dan sabar namun tetap konsisten serta tegas.
b.
Hendaknya guru sering memperhatikan anak yang belum faham tentang
berhitung permulaan dan mengajari anak lebih dibandingkan dengan teman-temannya
yang lain.
2.
Untuk Orang Tua
a.
Sebagai orang tua hendaknya secara rutin berkomunikasi dengan guru untuk
mengetahui perkembangan anaknya ketika berada disekolah.
b.
Orang tua diharapkan senantiasa bersabar dan menerima keadaan anak.
c.
Orang tua diharapkan tidak membeda bedakan anak hiperaktif dengan anak
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Rosmala. 2005.
Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta. Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan san Ketenagaan
Perguruan Tinggi
Gunawan Adi. 2004. Born
to be a genius. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
Harlock, Elizabeth.B, 1978.Perkembangan Anak Jakarta :
Erlangga.
Severe, Sal, Ph.
D. (2003). Bagaimana Bersikap pada
Anak Agar Anak Bersikap Baik.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum.
H:\HIPERAKTIF\Mendidik Anak Hiperaktif.htm. Diakses pada
tanggal 01 September 2013. Pukul 20.03
LAMPIRAN
Foto 01 Made
selalu tidak dapat duduk diam di tempatnya
Foto 02 Made selalu pulang terakhir karena selalu
tidak bisa diam saat kegiatan berdoa
Foto 03 Ibu Rosy
saat menenangkan made
Tidak ada komentar:
Posting Komentar