MAKALAH
PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN
DISUSUN OLEH
Kelas A 2010 :
1.
Devy
Intan Pujiawati (101684010)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PRODI PG PAUD
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah
survei di AS pada 1918 mengenai IQ menemukan “paradoks” yang membahayakan:
bagaimana skor IQ anak-anak makin tinggi, namun kecerdasan emosi mereka justru
turun. Dan data hasil survei pada 1970 dan 1980 terhadap orang tua dan guru
menunjukkan bahwa anak-anak generasi sekarang lebih sering mengalami masalah
emosi dibanding generasi terdahulu. Mereka tumbuh dalam kesepian dan depresi,
gampang marah, sulit diatur, cenderung cemas dan agresif.
Disinilah
peran pendidik sangat diperlukan karena masih banyak orang tua peserta didik
yang menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab mendidik pada pendidik (guru).
Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru,
antara lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkan melalui
pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih
tinggi.
Karena begitu pentingnya peran pendidik dalam
lingkungan pendidikan yang nantinya mempengaruhi pertumbuhan seseorang (peserta
didik) oleh karena itu, kami merasa penting untuk mengangkat masalah tentang Pengembangan
Rencana Pembelajaran untuk mempermudah pendidik dalam melaksanakan pengajaran
terhadap peserta didik.
1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan
dengan latar belakang tersebut, maka masalahnya akan dirumuskan secara
terperinci. Adapun rumusan masalah penulisan adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana langkah-langkah umum
pengembangan rencana pembelajaran ?
2. Bagaimana format rencana pembelajaran
?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LANGKAH-LANGKAH UMUM PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN
2.1.1 Perumusan Tujuan
Tujuan pembelajaran merupakan
target yang ingin dicapai oleh kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
dijabarkan dari yang paling tinggi tingkatannya kepada yang paling operasional.
Secara lebih rinci hierarki tujuan pembelajaran dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Hierarki Tujuan
a.
Tujuan
Pendidikan Nasional
Berdasarkan UU No. 2
Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan(UU SPN, Bab II Pasal 4).
b.
Tujuan
Institusional/Lembaga
Tujuan
institusional merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap sekolah atau
lembaga pendidikan. Tujuan institusional ini merupakan penjabaran dari tujuan
pendidikan sesuai dengan jenis dan sifat sekolah atau lembaga pendidikan.
Tujuan institusional ini sifatnya lebih konkret sesuai dengan tujuan lembaga
pendidikan tiap sekolah.
c.
Tujuan
Kurikuler
Tujuan kurikurer adalah tujuan yang
hendak dicapai oleh setiap bidang GBPP(Garis-garis Besar Program Pembelajaran)
pada setiap bidang studi. Tujuan kurikurer merupakan penjabaran dari tujuan
institusional sehingga kumulasi dari setiap tujuan kurikuler ini akan
menggambarkan tujuan institusional.
d.
Tujuan
Pembelajaran/Intruksional
Tujuan
pembelajaran merupakan tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1)
Tujuan Pembelajaran Umum/Tujuan
Instruksional Umum(TPU/TIU)
Tujuan
Pembelajaran Umum adalah tujuan pembelajaran yang sifatnya masih umum dan tidak
menggambarkan tingkah laku yang spesifik. Tujuan pembelajaran umum ini dapat
dilihat dari tujuan setiap topik atau pokok bahasan suatu bidang studi yang ada
dalam GBPP.
2)
Tujuan Pembelajaran Khusus/Tujuan
Instruksional Khusus(TPK/TIK)
Tujuan instruksional khusus
merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum. Tujuan ini digunakan guru
untuk dapat dispesifikasikan lebih terperinci dan mudah diukur tingkat
ketercapaiannya. Penjabaran dan perumusan tujuan instruksional khusus ini dapat
dilakukan dengan mengacu pada empat kriteria, yaitu ABCD; A = Audience, B =
Behavior, C = Condition, dan D = Degree (Baker, 1971). Sedangkan menurut Lee
(1973) mengemukakan lima kriteria, yaitu who (Siapa; siswa/anak didik),
behavior (Tingkah laku), what (tentang apa, apa yang dipelajari), criterion
(kriteria ketercapaian tujuan), dan condition (dalam kondisi pembelajaran yang
bagaimana).
A
= audience; sasaran/siapa yang belajar
Harus dirumuskan secara spesifiik
agar jelas untuk siapa tujuan belajar itu
diarahkan .
Contoh: Siswa SD kelas 6, Siswa SMU kelas 1 semester 1.
B
= behavior; perilaku spesifik yang diharapkan dilakukan atau dimunculkan siswa setelah KBM.
Rumusan perilakuini mencakup kata
kerja aktif transitif dan objeknya
Contoh: Menyebutkan bagian-bagian tumbuhan.
C
= condition; keadaan/syarat yang harus dipenuhi/dikerjakan siswa sat dites.
Contoh: Dengan mengamati, tanpa membaca kamus, dengan menggunakan peta.
D
= degree; batas minimal/tingkat keberhasilan terendah yang harus dipenuhi dalam mencapai
perilaku yang diharapkan.
Penentuan batas ini tergantung
pada jenis bahan/materi, penting tidaknya
materi, tinggi rendahnya sekolah, dan sifat kemampuan yang harus dimiliki.
Contoh: Paling sedikit 3 buah, paling lambat satu minggu.
Selain mengandung
komponen-komponen ABCD tersebut, rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
dikatakan baik bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.
Menggunakan kata kerja operasional.(Lihat rumusan Bloom)
Contohnya:
Siswa dapat menerpkan rumus .....bukan Siswa
dapat memahami ......
2.
Harus dalam bentuk tingkah laku siswa, bukan tingkah laku guru.
Contohnya:
Siswa dapat menjelaskan..... bukan
Guru dapat menjelaskan......
3.
Harus berbentuk tingkah laku siswa,
bukan tingkah laku guru
Contohnya:
Siswa dapat......bukan Guru dapat
menjelaskan......
4.
Hanya meliputi satu jenis kemampuan,
agar mudah dalam menilai pencapaian tujuan.
·
Domain Kognitif (taksonomi Bloom)
Jenjang
|
Kemampuan Internal
|
Kata
Kerja Operasional
|
Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
Analisis
Sintesis
Evaluasi
|
Mengetahui
Menerjemahkan,
menafsirkan, memahami, menentukan
Memecahkan
masalah
Mengenali
kesalahan, membedakan, menganalisis
Menghasilkan,
menyusun
Menilai
berdasarkan norma, mempertimbangkan
|
Mengidentifikasikan,
menyebutkan, menunjukan
Menjelaskan,
menguraikan, merumuskan, memberi contoh tentang, menerangkan
Mendemonstrasikan,
menghitung, membuktikan, melengkapi, menyesuaikan.
Memisahkan,
menerima, menghubungkan, memilih, membandingkan, membagi,membuat diagram.
Mengkategorikan,
mengkombinasikan, mengarang, mengatur, menyusun kembali
Memperbandingkan,
menyimpulkan, mengkritik, memilih atau menolak, mendukung
Memperbandingkan,
menyimpulkan, mengkritik, memilih atau menolak, mendukung.
|
·
Domain Afektif ( Taksonomi Krathwohl)
Jenjang
|
Kemampuan Internal
|
Kata
Kerja Operasional
|
Penenerimaan
Pemberian
Respon
Penilaian
|
Menunjukkan,
mengakui
Mematuhi,
ikut serta secara aktif
Menerima
suatu nilai, menyukai, menyepakati, menghargai, mengakui
|
Menanyakan,
mengikuti, menjawab, mendengarkan, menyatakan, menempatkan
Membantu,
menawarkan diri, menyambut, menolong, mendatangi, berlatih, mempratikkan.
Menunjukkan,
melaksanakan, menyatakan pendapat, mengikuti, mengambil prakarsa, ikut serta,
mengusulkan, membela menolak.
|
·
Domain Afektif (Taksonomi Krathwohl)
Jenjang
|
Kemampuan Internal
|
Kata
Kerja Operasional
|
Pengorganisasian
Karakteristik/
Pembentukkan pola
|
Membentuk
sistem nilai, bertanggungjawab
Menunjukkan,
mem-
pertimbangkan,
melibatkan diri
|
Merumuskan,
menghubungkan, menyusun, mengubah, me
lengkapi,
menyesuaikan, mempertahankan, memodifikasi.
Bertindak,
menyatakan, memperlihatkan, melayani, mengundurkan diri, membuktikan,
bertahan, mempertimbangkan.
|
·
Domain Psikomotor (Taksonomi Siropson)
Jenjang
|
Kemampuan Internal
|
Kata
Kerja Operasional
|
Persepsi
Kesiapan
Gerakan
terbimbing
Gerakan
terbiasa
Gerakan
kompleks
Penyesuaian
pola gerakan
Kreativitas
|
Menafsirkan
rangsangan, peka terhadap rangsangan, mendiskriminasikan
Berkonsentrasi,
menyiap-
kan
diri.
Meniru
contoh
Berketrampilan,
ber-
pegang
pada pola
berketrampilan
secara lancar
menyesuaikan
diri
menciptakan
yang baru, berinisiatif
|
Memilih,
membedakan, mempersiapkan, menyisihkan, menunjukkan, mengidentifikasikan,
menghubungkan.
Memulai,
mengawali, bereaksi, mempersiapkan, memprakarsai, menanggapi
Mempraktikkan,
memainkan, mengikuti, mengerjakan, mencoba, memperlihatkan
Memasang,
membangun, mengoperasikan, mem-
bongkar,
memperbaiki, menyusun, mengatur, me-
mainkan.
Sda
Mengubah,
mengadaptasi, mengatur kembali, membuat variasi.
Merancang,
menyusun, me-
ciptakan,
mendesain, mengatur, merencanakan
|
1.1.2
Pengembangan
Alat Evaluasi
Evaluasi
merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Proses evaluasi yang baik harus
dapat menilai hasil-hasil yang nyata atau autentik yang dilakukan dengan
mengetes sampai manakah hasil tersebut dapat ditransfer. Evaluasi juga harus
dilakukan dengan tepat, teliti, dan objektif terhadap hasil belajar sehingga
menjadi alat untuk mengecek kemampuan siswa dalam kegiatan belajarnya dan dapat
mempertinggi prestasi belajarnya.
Secara umum evaluasi
pembelajaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif dilakukan dengan tujuan untuk melihat sejauh mana
efektifitas pelaksanaan pembelajaran dapat dipahami oleh siswa. Sedangkan
evaluasi sumatif lebih menekankan pada pemahaman dan penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran yang diberikan guru.
Kriteria yang digunakan dalam
evaluasi pembelajaran juga secara umum ada dua macam, yaitu PAP (penilaian
acuan patokan) dan PAN(penilaian acuan norma), PAP adalah kriteria penilaian berdasarkan
patokan tertentu yang ditetapkan, misalnya penguasaan siswa minimal 80%, jika
tidak maka dianggap tidak lulus. Sedangkan PAN adalah kriteria penilaian yang
didasarka paa norma kelompok. Kriterian penilaian tertinggi terdapat pada nilai
tertinggi di kelompok tersebut. Dengan demikian bisa jadi antara kelas atau
kelompok yang satu dengan yang lainnya berbeda nilai standarnya.
2.1.3. Perencanaan Materi Pelajaran
Meteri pelajaran ditetapkan
dalam langkah ketiga setelah perumusan tujuan dan alat evaluasi. Materi
pelajaran dapat berupa pokok-pokok bahan pelajaran dan rincian setiap pokok
bahasan.
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menetepkan materi pelajaran, diantaranya :
a. materi
pelajaran hendaknya sesuai dan menunjang terhadap tercapainya tujuan
intruksional;
b. materi
pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan siswa
pada umumnya;
c. materi
pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematis berkesinambungan;
d. materi
pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.
Dengan mengacu pada
ketentuan di atas, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih dan
menetapkan materi pelajaran, yaitu sebagai berikut:
a.
Tujuan pembelajaran; materi pelajaran
hendaknya ditetapkan dengan mengacu pada tujuan-tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai.
b.
Pentingnya bahan; materi yang
disampaikan hendaknya merupakan bahan yang betul-betul penting, baik dilihat
dari tujuan yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari bahan
berikutnya.
c.
Nilai praktis; materi yang dipilih
hendaknya bermakna bagi siswa, dalam arti mengandung nilai praktis dan
bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
d.
Tingkat perkembangan peserta didik;
kedalaman materi yang dipilih hendaknya ditetapkan dengan memperhitungkan
tingkat perkembangan berpikir siswa yang bersangkutan, dalam hal ini biasanya
telah dipertimbangkan dalam kurikulum sekolah yang bersangkutan.
e.
Tata urutan; materi yang diberikan
hendaknya ditata dalam urutan yang memudahkan dipelajarinya oleh peserta didik
atau siswa.
Isi kurikulum atau bahan
pembelajaran itu dapat dikategorikan menjadi 6 jenis, yaitu fakta,
konsep/teori, prinsip, proses, nilai, dan keterampilan. Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi atau telah dialami/
dikerjakan, bisa berupa objek atau keadaan tentang sesuatu hal. Konsep/ teori adalah suatu ide atau
gagasan atau suatu pengertian umum; suatu set atau sistem pernyataan yang
menjelaskan serangkaian fakta, di mana pernyataan tersebut harus memadukan,
universal, dan meramalkan. Prinsip
merupakan suatu aturan/ kaidah untuk melakukan sesuatu, atau kebenaran dasar
sebagai titik tolak untuk berpikir. Proses
adalah serangkaian gerakan, perubahan, perkembangan atau suatu cara/prosedur
untuk melakukan kegiatan secara operasional. Nilai adalah suatu pola, ukuran/norma, atau suatu tipe/model,
berkaitan dengan pengetahuan atas kebenaran yang bersifat umum. Keterampilan adalah suatu kemampuan
untuk berbuat sesuatu, baik dalam pengertian fisik maupun mental.
1.1.3
Perencanaan
Kegiatan Pembelajaran
Dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang harus terlaksana.
Yang pertama adalah kegiatan guru dan yang kedua adalah kegiatan siswa.
a. Kegiatan Guru
Bentuk kegiatan guru yang perlu dilakukan
tergantung kepada jenis-jenis metode pembelajaran yang akan digunakan. Dalam
kegiatan ini guru merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatu yang akan
dilaksanakan dalam proses pembelajarannya.
b. Kegiatan Siswa
Seperti halnya kegiatan guru, kegiatan
siswa pun tergantung pada jenis-jenis metode pembelajaran yang digunakan oleh
guru. Dalam merencanakan kegiatan siswa, jenis-jenis kegiatan yang ditetapkan
sebaiknya sangat spesifik dan operasional sehingga memudahkan untuk melakukan
pengukuran atau evaluasi.
Untuk dapat mengetahui sejauh mana
kegiatan belaja-mengajar dapat terlaksana dengan baik dan dapat selesai pada
waktunya, dalam merencanakan kegiatan-kegiatan belajar tersebut sebaiknya
ditetapkan alokasi waktu yang disediakan untuk setiap kegiatan pembelajaran.
2.2
FORMAT RENCANA PEMBELAJARAN
2.2.1
Rencana Pembelajaran Bentuk Lajur
Rencana pembelajaran yang menggunakan format
lajur ini banyak dikembangkan tatkala Kurikulum 1994 dilaksanakan. Secara rinci
format rencana pembelajaran tersebut sebagai berikut. (lampiran 1)
2.2.2
Rencana Pembelajaran Bentuk Matriks
Berbeda
dengan rencana pembelaran bentuk lajur, rencana pembelajaran bentuk matriks ini
banyak dipakai dan dikembangkan tatkala Kurikulum 1984 dilaksanakan. Secara
rinci format rencana pembelajaran tersebut sebagai berikut. (lampiran 2)
2.3
KASUS-KASUS DALAM PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN
2.3.1
Sikap Guru dan Administrator
Kasus yang sering
muncul berkaitan dengan sikap guru dan administrator terhadap rencana
pembelajaran adalah guru sering kali tidak membuat rencana pembelajaran,
khususnya guru-guru yang telah
bermanfaat
BalasHapus