Senin, 03 November 2014

PENGEMBANGAN KURIKULUM, PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN AUD



MAKALAH
PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN



DISUSUN OLEH
Kelas A 2010 :
1.      Devy Intan Pujiawati                  (101684010)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PRODI PG PAUD
2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah survei di AS pada 1918 mengenai IQ menemukan “paradoks” yang membahayakan: bagaimana skor IQ anak-anak makin tinggi, namun kecerdasan emosi mereka justru turun. Dan data hasil survei pada 1970 dan 1980 terhadap orang tua dan guru menunjukkan bahwa anak-anak generasi sekarang lebih sering mengalami masalah emosi dibanding generasi terdahulu. Mereka tumbuh dalam kesepian dan depresi, gampang marah, sulit diatur, cenderung cemas dan agresif.
Disinilah peran pendidik sangat diperlukan karena masih banyak orang tua peserta didik yang menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab mendidik pada pendidik (guru). Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru, antara lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkan melalui pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi.
 Karena begitu pentingnya peran pendidik dalam lingkungan pendidikan yang nantinya mempengaruhi pertumbuhan seseorang (peserta didik) oleh karena itu, kami merasa penting untuk mengangkat masalah tentang Pengembangan Rencana Pembelajaran untuk mempermudah pendidik dalam melaksanakan pengajaran terhadap peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang tersebut, maka masalahnya akan dirumuskan secara terperinci. Adapun rumusan masalah penulisan adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana langkah-langkah umum pengembangan rencana pembelajaran ?
2. Bagaimana format rencana pembelajaran ?



BAB II

                                                             PEMBAHASAN

2.1  LANGKAH-LANGKAH UMUM PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN

2.1.1 Perumusan Tujuan

                 Tujuan pembelajaran merupakan target yang ingin dicapai oleh kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dijabarkan dari yang paling tinggi tingkatannya kepada yang paling operasional. Secara lebih rinci hierarki tujuan pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Hierarki Tujuan

a.      Tujuan Pendidikan Nasional
        Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan(UU SPN, Bab II Pasal 4).

b.    Tujuan Institusional/Lembaga
            Tujuan institusional merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap sekolah atau lembaga pendidikan. Tujuan institusional ini merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan sesuai dengan jenis dan sifat sekolah atau lembaga pendidikan. Tujuan institusional ini sifatnya lebih konkret sesuai dengan tujuan lembaga pendidikan tiap sekolah.

c.    Tujuan Kurikuler
          Tujuan kurikurer adalah tujuan yang hendak dicapai oleh setiap bidang GBPP(Garis-garis Besar Program Pembelajaran) pada setiap bidang studi. Tujuan kurikurer merupakan penjabaran dari tujuan institusional sehingga kumulasi dari setiap tujuan kurikuler ini akan menggambarkan tujuan institusional.

d.    Tujuan Pembelajaran/Intruksional
          Tujuan pembelajaran merupakan tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1)      Tujuan Pembelajaran Umum/Tujuan Instruksional Umum(TPU/TIU)
              Tujuan Pembelajaran Umum adalah tujuan pembelajaran yang sifatnya masih umum dan tidak menggambarkan tingkah laku yang spesifik. Tujuan pembelajaran umum ini dapat dilihat dari tujuan setiap topik atau pokok bahasan suatu bidang studi yang ada dalam GBPP.
2)      Tujuan Pembelajaran Khusus/Tujuan Instruksional Khusus(TPK/TIK)
              Tujuan instruksional khusus merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum. Tujuan ini digunakan guru untuk dapat dispesifikasikan lebih terperinci dan mudah diukur tingkat ketercapaiannya. Penjabaran dan perumusan tujuan instruksional khusus ini dapat dilakukan dengan mengacu pada empat kriteria, yaitu ABCD; A = Audience, B = Behavior, C = Condition, dan D = Degree (Baker, 1971). Sedangkan menurut Lee (1973) mengemukakan lima kriteria, yaitu who (Siapa; siswa/anak didik), behavior (Tingkah laku), what (tentang apa, apa yang dipelajari), criterion (kriteria ketercapaian tujuan), dan condition (dalam kondisi pembelajaran yang bagaimana).
A =       audience; sasaran/siapa yang belajar
              Harus dirumuskan secara spesifiik agar jelas untuk siapa tujuan belajar                    itu diarahkan .
              Contoh: Siswa SD kelas 6, Siswa SMU kelas 1 semester 1.
B =        behavior; perilaku spesifik yang diharapkan dilakukan atau                            dimunculkan siswa setelah KBM.
              Rumusan perilakuini mencakup kata kerja aktif transitif dan objeknya
              Contoh: Menyebutkan bagian-bagian tumbuhan.
C =        condition; keadaan/syarat yang harus dipenuhi/dikerjakan siswa sat                         dites.
              Contoh: Dengan mengamati, tanpa membaca kamus, dengan                          menggunakan peta.
D =       degree; batas minimal/tingkat keberhasilan terendah yang harus                               dipenuhi dalam mencapai perilaku yang diharapkan.
              Penentuan batas ini tergantung pada jenis bahan/materi, penting                              tidaknya materi, tinggi rendahnya sekolah, dan sifat kemampuan yang                         harus dimiliki.
              Contoh: Paling sedikit 3 buah, paling lambat satu minggu.

              Selain mengandung komponen-komponen ABCD tersebut, rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dikatakan baik bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.      Menggunakan kata kerja operasional.(Lihat rumusan Bloom)
Contohnya: Siswa dapat menerpkan rumus .....bukan Siswa dapat memahami ......
2.      Harus dalam bentuk tingkah laku siswa, bukan tingkah laku guru.
Contohnya: Siswa dapat menjelaskan..... bukan Guru dapat menjelaskan......
3.      Harus berbentuk tingkah laku siswa, bukan tingkah laku guru
Contohnya: Siswa dapat......bukan Guru dapat menjelaskan......
4.      Hanya meliputi satu jenis kemampuan, agar mudah dalam menilai pencapaian tujuan.
·         Domain Kognitif (taksonomi Bloom)
Jenjang
Kemampuan Internal
Kata Kerja Operasional
Pengetahuan


Pemahaman






Penerapan




Analisis



Sintesis



Evaluasi



Mengetahui


Menerjemahkan, menafsirkan, memahami, menentukan




Memecahkan masalah




Mengenali kesalahan, membedakan, menganalisis

Menghasilkan, menyusun



Menilai berdasarkan norma, mempertimbangkan
Mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukan

Menjelaskan, menguraikan, merumuskan, memberi contoh tentang, menerangkan
Mendemonstrasikan, menghitung, membuktikan, melengkapi, menyesuaikan.

Memisahkan, menerima, menghubungkan, memilih, membandingkan, membagi,membuat diagram.

Mengkategorikan, mengkombinasikan, mengarang, mengatur, menyusun kembali

Memperbandingkan, menyimpulkan, mengkritik, memilih atau menolak, mendukung

Memperbandingkan, menyimpulkan, mengkritik, memilih atau menolak, mendukung.

·      Domain Afektif ( Taksonomi Krathwohl)
Jenjang
Kemampuan Internal
Kata Kerja Operasional
Penenerimaan




Pemberian Respon




Penilaian
Menunjukkan, mengakui




Mematuhi, ikut serta secara aktif




Menerima suatu nilai, menyukai, menyepakati, menghargai, mengakui
Menanyakan, mengikuti, menjawab, mendengarkan, menyatakan, menempatkan
Membantu, menawarkan diri, menyambut, menolong, mendatangi, berlatih, mempratikkan.

Menunjukkan, melaksanakan, menyatakan pendapat, mengikuti, mengambil prakarsa, ikut serta, mengusulkan, membela menolak.

·         Domain Afektif (Taksonomi Krathwohl)
Jenjang
Kemampuan Internal
Kata Kerja Operasional
Pengorganisasian






Karakteristik/ Pembentukkan pola
Membentuk sistem nilai, bertanggungjawab





Menunjukkan, mem-
pertimbangkan, melibatkan diri
Merumuskan, menghubungkan, menyusun, mengubah, me
lengkapi, menyesuaikan, mempertahankan, memodifikasi.

Bertindak, menyatakan, memperlihatkan, melayani, mengundurkan diri, membuktikan, bertahan, mempertimbangkan.

·         Domain Psikomotor (Taksonomi Siropson)
Jenjang
Kemampuan Internal
Kata Kerja Operasional
Persepsi





Kesiapan



Gerakan terbimbing


Gerakan terbiasa




Gerakan kompleks

Penyesuaian pola gerakan


Kreativitas
Menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan, mendiskriminasikan



Berkonsentrasi, menyiap-
kan diri.


Meniru contoh



Berketrampilan, ber-
pegang pada pola




berketrampilan secara lancar


menyesuaikan diri



menciptakan yang baru, berinisiatif
Memilih, membedakan, mempersiapkan, menyisihkan, menunjukkan, mengidentifikasikan, menghubungkan.

Memulai, mengawali, bereaksi, mempersiapkan, memprakarsai, menanggapi

Mempraktikkan, memainkan, mengikuti, mengerjakan, mencoba, memperlihatkan

Memasang, membangun, mengoperasikan, mem-
bongkar, memperbaiki, menyusun, mengatur, me-
mainkan.

Sda


Mengubah, mengadaptasi, mengatur kembali, membuat variasi.

Merancang, menyusun, me-
ciptakan, mendesain, mengatur, merencanakan




1.1.2                   Pengembangan Alat Evaluasi
                 Evaluasi merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Proses evaluasi yang baik harus dapat menilai hasil-hasil yang nyata atau autentik yang dilakukan dengan mengetes sampai manakah hasil tersebut dapat ditransfer. Evaluasi juga harus dilakukan dengan tepat, teliti, dan objektif terhadap hasil belajar sehingga menjadi alat untuk mengecek kemampuan siswa dalam kegiatan belajarnya dan dapat mempertinggi prestasi belajarnya.
                 Secara umum evaluasi pembelajaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan dengan tujuan untuk melihat sejauh mana efektifitas pelaksanaan pembelajaran dapat dipahami oleh siswa. Sedangkan evaluasi sumatif lebih menekankan pada pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan guru.
                 Kriteria yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran juga secara umum ada dua macam, yaitu PAP (penilaian acuan patokan) dan PAN(penilaian acuan norma), PAP adalah kriteria penilaian berdasarkan patokan tertentu yang ditetapkan, misalnya penguasaan siswa minimal 80%, jika tidak maka dianggap tidak lulus. Sedangkan PAN adalah kriteria penilaian yang didasarka paa norma kelompok. Kriterian penilaian tertinggi terdapat pada nilai tertinggi di kelompok tersebut. Dengan demikian bisa jadi antara kelas atau kelompok yang satu dengan yang lainnya berbeda nilai standarnya.
2.1.3. Perencanaan Materi Pelajaran
                 Meteri pelajaran ditetapkan dalam langkah ketiga setelah perumusan tujuan dan alat evaluasi. Materi pelajaran dapat berupa pokok-pokok bahan pelajaran dan rincian setiap pokok bahasan.
                 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetepkan materi pelajaran, diantaranya :
a.       materi pelajaran hendaknya sesuai dan menunjang terhadap tercapainya tujuan intruksional;
b.      materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan siswa pada umumnya;
c.       materi pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematis berkesinambungan;
d.      materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.
                     Dengan mengacu pada ketentuan di atas, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih dan menetapkan materi pelajaran, yaitu sebagai berikut:
a.       Tujuan pembelajaran; materi pelajaran hendaknya ditetapkan dengan mengacu pada tujuan-tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
b.      Pentingnya bahan; materi yang disampaikan hendaknya merupakan bahan yang betul-betul penting, baik dilihat dari tujuan yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari bahan berikutnya.
c.       Nilai praktis; materi yang dipilih hendaknya bermakna bagi siswa, dalam arti mengandung nilai praktis dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
d.      Tingkat perkembangan peserta didik; kedalaman materi yang dipilih hendaknya ditetapkan dengan memperhitungkan tingkat perkembangan berpikir siswa yang bersangkutan, dalam hal ini biasanya telah dipertimbangkan dalam kurikulum sekolah yang bersangkutan.
e.       Tata urutan; materi yang diberikan hendaknya ditata dalam urutan yang memudahkan dipelajarinya oleh peserta didik atau siswa.

            Isi kurikulum atau bahan pembelajaran itu dapat dikategorikan menjadi 6 jenis, yaitu fakta, konsep/teori, prinsip, proses, nilai, dan keterampilan. Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi atau telah dialami/ dikerjakan, bisa berupa objek atau keadaan tentang sesuatu hal. Konsep/ teori adalah suatu ide atau gagasan atau suatu pengertian umum; suatu set atau sistem pernyataan yang menjelaskan serangkaian fakta, di mana pernyataan tersebut harus memadukan, universal, dan meramalkan. Prinsip merupakan suatu aturan/ kaidah untuk melakukan sesuatu, atau kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir. Proses adalah serangkaian gerakan, perubahan, perkembangan atau suatu cara/prosedur untuk melakukan kegiatan secara operasional. Nilai adalah suatu pola, ukuran/norma, atau suatu tipe/model, berkaitan dengan pengetahuan atas kebenaran yang bersifat umum. Keterampilan adalah suatu kemampuan untuk berbuat sesuatu, baik dalam pengertian fisik maupun mental.

1.1.3                 Perencanaan Kegiatan Pembelajaran
            Dalam merencanakan kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang harus terlaksana. Yang pertama adalah kegiatan guru dan yang kedua adalah kegiatan siswa.
a.      Kegiatan Guru
      Bentuk kegiatan guru yang perlu dilakukan tergantung kepada jenis-jenis metode pembelajaran yang akan digunakan. Dalam kegiatan ini guru merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajarannya.


b.      Kegiatan Siswa
      Seperti halnya kegiatan guru, kegiatan siswa pun tergantung pada jenis-jenis metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam merencanakan kegiatan siswa, jenis-jenis kegiatan yang ditetapkan sebaiknya sangat spesifik dan operasional sehingga memudahkan untuk melakukan pengukuran atau evaluasi.

      Untuk dapat mengetahui sejauh mana kegiatan belaja-mengajar dapat terlaksana dengan baik dan dapat selesai pada waktunya, dalam merencanakan kegiatan-kegiatan belajar tersebut sebaiknya ditetapkan alokasi waktu yang disediakan untuk setiap kegiatan pembelajaran.

2.2 FORMAT RENCANA PEMBELAJARAN
2.2.1 Rencana Pembelajaran Bentuk Lajur
    Rencana pembelajaran yang menggunakan format lajur ini banyak dikembangkan tatkala Kurikulum 1994 dilaksanakan. Secara rinci format rencana pembelajaran tersebut sebagai berikut. (lampiran 1)
2.2.2 Rencana Pembelajaran Bentuk Matriks
       Berbeda dengan rencana pembelaran bentuk lajur, rencana pembelajaran bentuk matriks ini banyak dipakai dan dikembangkan tatkala Kurikulum 1984 dilaksanakan. Secara rinci format rencana pembelajaran tersebut sebagai berikut. (lampiran 2)
2.3 KASUS-KASUS DALAM PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN
2.3.1 Sikap Guru dan Administrator
       Kasus yang sering muncul berkaitan dengan sikap guru dan administrator terhadap rencana pembelajaran adalah guru sering kali tidak membuat rencana pembelajaran, khususnya guru-guru yang telah






           



1 komentar: